25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Menanti Jurus Maut Mahatir

Waktu saya dari Kota Bahru mau ke Ipoh harus muter ke selatan dulu lewat Terengganu, Kuantan dan Pahang. Baru memutar lagi ke utara. Selama ini arus barang dari pantai barat Semenanjung harus diangkut pakai kapal: memutari Singapura.

Itulah sebabnya, dulu, Mahathir sewot. Minta kepada Singapura untuk sama-sama membongkar coastway bay. Jalan yang menghubungkan Singapura-Johor. Yang dibangun di zaman penjajahan Inggris. Dengan cara menguruk laut.

Mahathir minta jalan itu diganti. Dengan membangun jembatan tinggi. Yang di bawahnya bisa dilewati kapal.

Malaysia membangun jembatan dari sisi Johor. Singapura membangunnya dari sisinya. Bertemu di tengah. Tidak sulit. Tidak mahal. Jembatan serupa sudah dibangun di arah yang lebih barat.

Singapura menolak ide Mahathir itu. Mahathir sewot. Dia bangun sendiri jembatan tinggi itu. Dari sisi Malaysia sampai di atas batas laut.

Ujungnya seperti jerapah sedang melongok Singapura. Itu karena jembatan yang dari arah Singapura tidak kunjung dibangun.

Begitulah keras hatinya Mahathir. Saat masih lebih muda dulu. Setelah Mahathir tidak berkuasa, ‘leher jerapah’ itu dibongkar.

Entah apa yang dipikirkannya sekarang. Setelah usianya menjelang 93 tahun. Tapi ia sudah lega. Yang Dipertuan Agong sudah setuju Anwar Ibrahim diampuni.

Hanya saja belum bisa bebas hari-hari ini. Seperti yang dikira keluarganya atau media. Yang sudah terlanjur bergerombol di luar pintu gerbang penjara Sungai Buloh.

Prosedurnya harus benar, makan waktu. Padahal tanpa ampunan pun tokoh oposisi itu sudah bisa keluar penjara tiga minggu lagi: 8 Juni. Setelah menjalani hukuman 2/3 dari seharusnya: 5 tahun.

Tapi Anwar perlu pengampunan itu. Agar hak-hak politiknya bisa pulih. Meski untuk jadi perdana menteri harus jadi anggota DPR dulu.

Bisa jadi istri Anwar mundur dari DPR. Lalu diadakan pemilu susulan di dapil istrinya itu.

Mahathir berkepentingan dengan itu: tidak mudah mencari pemimpin baru Malaysia yang bersih dan hebat.

Ia sudah coba Pak Lah, Abdullah Badawi. Gagal maju. Sudah coba pula Najib Razak: seperti itu.

Sejak dulu Mahathir mengakui Anwar sangat hebat. Ahli keuangan. Kalau berpidato memukau.

Tapi, saat itu, Mahathir belum mau diganti. Kini Mahathir menyadari umur 93 tahun itu sudah sangat tua. Ia perlu pemimpin muda seperti Anwar Ibrahim: 70 tahun.(***)

 

Waktu saya dari Kota Bahru mau ke Ipoh harus muter ke selatan dulu lewat Terengganu, Kuantan dan Pahang. Baru memutar lagi ke utara. Selama ini arus barang dari pantai barat Semenanjung harus diangkut pakai kapal: memutari Singapura.

Itulah sebabnya, dulu, Mahathir sewot. Minta kepada Singapura untuk sama-sama membongkar coastway bay. Jalan yang menghubungkan Singapura-Johor. Yang dibangun di zaman penjajahan Inggris. Dengan cara menguruk laut.

Mahathir minta jalan itu diganti. Dengan membangun jembatan tinggi. Yang di bawahnya bisa dilewati kapal.

Malaysia membangun jembatan dari sisi Johor. Singapura membangunnya dari sisinya. Bertemu di tengah. Tidak sulit. Tidak mahal. Jembatan serupa sudah dibangun di arah yang lebih barat.

Singapura menolak ide Mahathir itu. Mahathir sewot. Dia bangun sendiri jembatan tinggi itu. Dari sisi Malaysia sampai di atas batas laut.

Ujungnya seperti jerapah sedang melongok Singapura. Itu karena jembatan yang dari arah Singapura tidak kunjung dibangun.

Begitulah keras hatinya Mahathir. Saat masih lebih muda dulu. Setelah Mahathir tidak berkuasa, ‘leher jerapah’ itu dibongkar.

Entah apa yang dipikirkannya sekarang. Setelah usianya menjelang 93 tahun. Tapi ia sudah lega. Yang Dipertuan Agong sudah setuju Anwar Ibrahim diampuni.

Hanya saja belum bisa bebas hari-hari ini. Seperti yang dikira keluarganya atau media. Yang sudah terlanjur bergerombol di luar pintu gerbang penjara Sungai Buloh.

Prosedurnya harus benar, makan waktu. Padahal tanpa ampunan pun tokoh oposisi itu sudah bisa keluar penjara tiga minggu lagi: 8 Juni. Setelah menjalani hukuman 2/3 dari seharusnya: 5 tahun.

Tapi Anwar perlu pengampunan itu. Agar hak-hak politiknya bisa pulih. Meski untuk jadi perdana menteri harus jadi anggota DPR dulu.

Bisa jadi istri Anwar mundur dari DPR. Lalu diadakan pemilu susulan di dapil istrinya itu.

Mahathir berkepentingan dengan itu: tidak mudah mencari pemimpin baru Malaysia yang bersih dan hebat.

Ia sudah coba Pak Lah, Abdullah Badawi. Gagal maju. Sudah coba pula Najib Razak: seperti itu.

Sejak dulu Mahathir mengakui Anwar sangat hebat. Ahli keuangan. Kalau berpidato memukau.

Tapi, saat itu, Mahathir belum mau diganti. Kini Mahathir menyadari umur 93 tahun itu sudah sangat tua. Ia perlu pemimpin muda seperti Anwar Ibrahim: 70 tahun.(***)

 

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/