26 C
Medan
Saturday, October 26, 2024
spot_img

Toleransi Lubang Jalan

Walau agak sakit, kami lantas sempat tertawa. Mungkin karena kualat menghitungi jumlah motor yang jatuh…

Saya tidak bisa membayangkan, dalam sehari ada berapa orang jatuh di situ. Hanya gara-gara kondisi jalan yang amburadul.

Pada hari lain, ada teman lagi yang jatuh karena lubang. Sekali lagi, untung pelan, tidak ada cedera. Tapi, mobil di belakangnya harus mengerem. Nah, truk di belakang mobil itu ternyata ngebut (ini masalah lain lagi) dan tidak sempat mengerem tepat waktu.

Brakkkk, ditabraklah mobil sedan kecil itu dari belakang.

Tidak ada yang cedera. Tapi repot macam-macam urusan dan biaya.

Akhir pekan lalu satu lagi kejadian.

Kami sadar turunan itu agak berbahaya. Kondisinya berlubang-lubang. Khususnya di sisi kanan (cepat), sehingga banyak mobil menghindar ke kiri.

Kami turun pelan-pelan.

Eh, tetap saja satu orang tidak bisa menghindari lubang kecil tapi agak dalam. Brakkk, salto lah dia ke depan sepeda.

Syukur, dia tidak apa-apa. Jatuhnya ”bagus”. Walau sepedanya mengalami kerusakan sehingga harus diangkut mobil untuk pulang.

Di tempat yang sama, berkali-kali kami mendengar bunyi ”Dakkkk!” atau ”Brakkk!”. Yaitu bunyi mobil atau motor yang melaju kencang sehingga tidak sempat menghindari lubang di depannya. Walau tidak ada yang jatuh, pasti ada komponen yang kena dampaknya. Mungkin tidak rusak sekarang, tapi potensi rusak masa depan.

Dari segala cerita brakk itu, saya harus mengakui kesabaran dan toleransi masyarakat Indonesia ini. Kadang kagum juga karena toleransi terhadap jalan rusak –yang notabene membahayakan nyawa– bisa lebih tinggi terhadap suku atau ras lain.

Jalan tak kunjung diperbaiki, seolah menerima dengan lapang dada. Memaklumi siapa pun mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas masalah itu.

Diperbaiki bulan depan? Oh, tidak apa-apa. Paling hanya sepuluh atau seratus orang lagi yang akan jatuh dan terluka dalam sebulan ke depan.

Diperbaiki minggu depan? Bagus! Maksimal sepuluh orang akan jatuh dan terluka dalam seminggu ke depan.

Walau agak sakit, kami lantas sempat tertawa. Mungkin karena kualat menghitungi jumlah motor yang jatuh…

Saya tidak bisa membayangkan, dalam sehari ada berapa orang jatuh di situ. Hanya gara-gara kondisi jalan yang amburadul.

Pada hari lain, ada teman lagi yang jatuh karena lubang. Sekali lagi, untung pelan, tidak ada cedera. Tapi, mobil di belakangnya harus mengerem. Nah, truk di belakang mobil itu ternyata ngebut (ini masalah lain lagi) dan tidak sempat mengerem tepat waktu.

Brakkkk, ditabraklah mobil sedan kecil itu dari belakang.

Tidak ada yang cedera. Tapi repot macam-macam urusan dan biaya.

Akhir pekan lalu satu lagi kejadian.

Kami sadar turunan itu agak berbahaya. Kondisinya berlubang-lubang. Khususnya di sisi kanan (cepat), sehingga banyak mobil menghindar ke kiri.

Kami turun pelan-pelan.

Eh, tetap saja satu orang tidak bisa menghindari lubang kecil tapi agak dalam. Brakkk, salto lah dia ke depan sepeda.

Syukur, dia tidak apa-apa. Jatuhnya ”bagus”. Walau sepedanya mengalami kerusakan sehingga harus diangkut mobil untuk pulang.

Di tempat yang sama, berkali-kali kami mendengar bunyi ”Dakkkk!” atau ”Brakkk!”. Yaitu bunyi mobil atau motor yang melaju kencang sehingga tidak sempat menghindari lubang di depannya. Walau tidak ada yang jatuh, pasti ada komponen yang kena dampaknya. Mungkin tidak rusak sekarang, tapi potensi rusak masa depan.

Dari segala cerita brakk itu, saya harus mengakui kesabaran dan toleransi masyarakat Indonesia ini. Kadang kagum juga karena toleransi terhadap jalan rusak –yang notabene membahayakan nyawa– bisa lebih tinggi terhadap suku atau ras lain.

Jalan tak kunjung diperbaiki, seolah menerima dengan lapang dada. Memaklumi siapa pun mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas masalah itu.

Diperbaiki bulan depan? Oh, tidak apa-apa. Paling hanya sepuluh atau seratus orang lagi yang akan jatuh dan terluka dalam sebulan ke depan.

Diperbaiki minggu depan? Bagus! Maksimal sepuluh orang akan jatuh dan terluka dalam seminggu ke depan.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/