23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Metode Lama Mau Jadi Gubsu

Oleh : Faliruddin Lubis
Redaktur Pelaksana Sumut Pos

Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2013 masih lama. Tapi, berbagai sumber di masyarakat sudah bisa memprediksi ada 17 nama yang digadang-gadang akan maju jadi orang nomor satu di Sumut Itu belum termasuk calon yang masih malu-malu meskipun sudah memunculkan diri.

Tapi, apakah semua calon itu sudah dikenal oleh masyarakat Sumut? Atau apakah calon yang sudah muncul dan mengaku siap maju itu kalau terpilih bakal bisa memperbaiki kehidupan masyarakat? Kawan saya langsung nyeletuk,” Gimana kalau kita saja yang maju. Kan semua warga negara Indonesia yang berusia lebih dari 30 tahun dan tamat SMA bisa menjadi Gubernur?”

Kenapa kawan saya bilang begitu? Mungkin saja dia sudah tak percaya lagi dengan calon yang ingin maju atau dia sudah muak dengan gaya-gaya para calon yang dari periode ke periode tetap sama.

Nah, saya jadi berpikir dengan calon yang sebanyak itu, masyarakat memang bakal punya banyak pilihan. Tapi, bisa juga dengan calon sebanyak itu tak satu pun yang dianggap layak bagi masyarakat sehingga teman saya tadi mau maju sendiri.

Entahlah, yang pasti masyarakat selalu berharap pemimpin yang akan memimpin bisa memperbaiki kehidupannya. Jangan seperti selama ini, begitu terpilih apapun tak ada yang berubah malah tambah sekarat.

Jadi, jangan harap kalau calon yang maju nanti mengikuti metode yang sudah-sudah, masyarakat bakal memilihnya. Bisa-bisa hanya membuang uang saja. Beberapa calon memang sudah memulai metode yang lama-lama itu. Meskipun belum mengklaim bakal maju.

“Iya metode yang lama itu memang masih diterapkan. Takutnya belum memasuki masa kampanye uang sudah habis,” kata teman saya yang lain.
“Tapi kan uang mereka banyak!” kata saya.

“Gunung saja kalau ditarah terus bakal habis,” sambungnya.

Benar juga pikir saya. Tapi, gelagat-gelagatnya metode lama itu bakal tetap diterapkan oleh para calon yang bakal maju. Belum nampak inovasi baru untuk mencari simpati masyarakat. Jadi, kalau metode itu juga yang dilakukan para calon siap-siaplah kita dipimpin oleh calon yang seperti terdahulu. Bisa-bisa malah beberapa bulan dilantik sudah dibidik oleh KPK.

Begitu juga masyarakat jangan berharap banyak paling-paling hanya dapat sembako, kain sarung atau apalah. Namun, jaminan untuk kelangsungan hidup tetap juga tak bisa berubah.

Kenapa saya bilang begitu, karena metode lama itu tentu banyak menghabiskan uang demi untuk memperoleh suara. Jadi, begitu menjabat tentu saja si calon ingin mengembalikan uangnya. Akibatnya, si calon itu tak lagi mempedulikan masyarakat. yang ada dalam pikirannya hanya membalikkan modal.
Belum lagi janji-janji dengan para tim sukses (TS) yang harus dipenuhi. Kalau tidak bisa-bisa mereka marah dan malah mengungkit-ungkit keburukan calon yang dibelanya.

Jadi, sebaiknya para calon mencari metode baru yang betul-betul efektif untuk bisa meraih suara masyarakat. Kalau perlu tak banyak keluar uang dan janji-janji yang tak jelas. Jadi, begitu terpilih bisa bekerja untuk masyarakat tidak memikirkan beban mau balik modal dan menepati janji-janji. Tapi, apakah ada ya metode yang baru yang bakal diterapkan para calon yang akan maju nanti. Biar mereka saja yang memikirkan.
Yang pasti siapapun calon yang bakal menerapkan motode baru bakal membuat masyarakat terperangah. Bisa-bisa menang mutlak tanpa harus melewati putaran kedua. Kita tunggu saja. (*)

Oleh : Faliruddin Lubis
Redaktur Pelaksana Sumut Pos

Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2013 masih lama. Tapi, berbagai sumber di masyarakat sudah bisa memprediksi ada 17 nama yang digadang-gadang akan maju jadi orang nomor satu di Sumut Itu belum termasuk calon yang masih malu-malu meskipun sudah memunculkan diri.

Tapi, apakah semua calon itu sudah dikenal oleh masyarakat Sumut? Atau apakah calon yang sudah muncul dan mengaku siap maju itu kalau terpilih bakal bisa memperbaiki kehidupan masyarakat? Kawan saya langsung nyeletuk,” Gimana kalau kita saja yang maju. Kan semua warga negara Indonesia yang berusia lebih dari 30 tahun dan tamat SMA bisa menjadi Gubernur?”

Kenapa kawan saya bilang begitu? Mungkin saja dia sudah tak percaya lagi dengan calon yang ingin maju atau dia sudah muak dengan gaya-gaya para calon yang dari periode ke periode tetap sama.

Nah, saya jadi berpikir dengan calon yang sebanyak itu, masyarakat memang bakal punya banyak pilihan. Tapi, bisa juga dengan calon sebanyak itu tak satu pun yang dianggap layak bagi masyarakat sehingga teman saya tadi mau maju sendiri.

Entahlah, yang pasti masyarakat selalu berharap pemimpin yang akan memimpin bisa memperbaiki kehidupannya. Jangan seperti selama ini, begitu terpilih apapun tak ada yang berubah malah tambah sekarat.

Jadi, jangan harap kalau calon yang maju nanti mengikuti metode yang sudah-sudah, masyarakat bakal memilihnya. Bisa-bisa hanya membuang uang saja. Beberapa calon memang sudah memulai metode yang lama-lama itu. Meskipun belum mengklaim bakal maju.

“Iya metode yang lama itu memang masih diterapkan. Takutnya belum memasuki masa kampanye uang sudah habis,” kata teman saya yang lain.
“Tapi kan uang mereka banyak!” kata saya.

“Gunung saja kalau ditarah terus bakal habis,” sambungnya.

Benar juga pikir saya. Tapi, gelagat-gelagatnya metode lama itu bakal tetap diterapkan oleh para calon yang bakal maju. Belum nampak inovasi baru untuk mencari simpati masyarakat. Jadi, kalau metode itu juga yang dilakukan para calon siap-siaplah kita dipimpin oleh calon yang seperti terdahulu. Bisa-bisa malah beberapa bulan dilantik sudah dibidik oleh KPK.

Begitu juga masyarakat jangan berharap banyak paling-paling hanya dapat sembako, kain sarung atau apalah. Namun, jaminan untuk kelangsungan hidup tetap juga tak bisa berubah.

Kenapa saya bilang begitu, karena metode lama itu tentu banyak menghabiskan uang demi untuk memperoleh suara. Jadi, begitu menjabat tentu saja si calon ingin mengembalikan uangnya. Akibatnya, si calon itu tak lagi mempedulikan masyarakat. yang ada dalam pikirannya hanya membalikkan modal.
Belum lagi janji-janji dengan para tim sukses (TS) yang harus dipenuhi. Kalau tidak bisa-bisa mereka marah dan malah mengungkit-ungkit keburukan calon yang dibelanya.

Jadi, sebaiknya para calon mencari metode baru yang betul-betul efektif untuk bisa meraih suara masyarakat. Kalau perlu tak banyak keluar uang dan janji-janji yang tak jelas. Jadi, begitu terpilih bisa bekerja untuk masyarakat tidak memikirkan beban mau balik modal dan menepati janji-janji. Tapi, apakah ada ya metode yang baru yang bakal diterapkan para calon yang akan maju nanti. Biar mereka saja yang memikirkan.
Yang pasti siapapun calon yang bakal menerapkan motode baru bakal membuat masyarakat terperangah. Bisa-bisa menang mutlak tanpa harus melewati putaran kedua. Kita tunggu saja. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/