26 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Takdir, Bisnis, dan LeBron

Percayakah Anda pada takdir? Seberapa yakin Anda pada takdir diri sendiri? LeBron James bisa jadi contoh. Bahkan sampai dijadikan studi kasus di Harvard Business School.

***

Azrul Ananda

Ya, sekarang sedang ramai Piala Eropa. Tapi, tulisan ini tidak akan bicara soal sepak bola. Tulisan ini akan mengambil contoh dari olahraga lain: Basket. Tapi, Anda tidak perlu jadi penggemar basket, atau bahkan penggemar olahraga, untuk mungkin bisa belajar dari tulisan ini.

Tulisan ini akan bicara soal takdir seseorang, keyakinannya dalam menentukan masa depan sendiri, dan keberaniannya dalam membuat keputusan-keputusan bisnis hebat.

Saking dahsyatnya sosok ini, keputusan-keputusannya sampai dijadikan bahan studi kasus MBA di Harvard Business School.

Orang itu adalah LeBron James, megastar NBA yang Minggu lalu (19/6) baru saja merebut gelar juara bersama Cleveland Cavaliers secara dramatis dan historis.

Kemenangan itu menunjukkan bahwa sukses adalah takdir. Bahwa sukses menuntut keberanian.

LeBron James lahir dan besar di Akron, Negara Bagian Ohio, di dekat Cleveland. Jadi, Cavaliers adalah home team-nya. Kok ya jodoh, pada 2003, Cavaliers mendapat hak pilih pemain nomor satu, dan mereka langsung memanfaatkannya untuk memilih James.

Tak kunjung juara hingga 2010, James memilih hengkang dulu ke Miami Heat selama empat tahun. Warga Cleveland (dan Ohio) begitu marah. Mereka membakar jersey-nya, menghujatnya habis-habisan.

Empat tahun di Heat, James masuk final empat kali dan jadi juara dua kali. Misinya jadi juara telah selesai. Setelah itu, dia punya opsi untuk bergabung dengan tim hebat mana saja. Pilihannya? Kembali ke Cleveland, membangun lagi tim untuk memburu juara, menuntaskan unfinished business di sana.

Pada 2015, dia membawa Cavaliers masuk final, tapi gagal juara. Tahun ini, dia kembali membawa Cavaliers masuk final, dan nyaris gagal lagi.

Dalam final berformat best-of-seven itu, Cavaliers kalah 1-3 pada empat game pertama. Dalam sejarah NBA, belum pernah ada tim yang jadi juara setelah tertinggal 1-3 di final. Cavaliers harus menang tiga kali berturut-turut, termasuk dua kali di kandang lawan, untuk menjadi juara.

LeBron James pun ’’meledak’’, Cavaliers menang tiga kali berturut-turut atas Golden State Warriors, dan jadi juara.

Sejarah tambahan: Ini adalah gelar olahraga profesional pertama untuk Cleveland sejak 1964. Bisa dibayangkan seperti apa pesta di sana, dan diraih berkat ’’putra daerah’’ sendiri.

James sukses menuntaskan takdirnya. Sekarang mau apa, itu masalah yang berbeda lagi.

Mungkin tidak ada atlet di dunia ini, dalam cabang apa pun, yang begitu berani dalam membuat keputusan seperti LeBron James. Berani mengecewakan dulu ’’rakyatnya’’ selama empat tahun sebelum menunjukkan kebahagiaan yang sebenarnya.

Dan kehebatan membuat keputusan itu bukan hanya dalam hal basket. Dalam bisnis, dia sama beraninya. Saking beraninya, kasus bisnis LeBron James ini merupakan salah satu yang dibahas di tingkat MBA di Harvard Business School, yang mungkin sekolah bisnis paling bergengsi di dunia.

Percayakah Anda pada takdir? Seberapa yakin Anda pada takdir diri sendiri? LeBron James bisa jadi contoh. Bahkan sampai dijadikan studi kasus di Harvard Business School.

***

Azrul Ananda

Ya, sekarang sedang ramai Piala Eropa. Tapi, tulisan ini tidak akan bicara soal sepak bola. Tulisan ini akan mengambil contoh dari olahraga lain: Basket. Tapi, Anda tidak perlu jadi penggemar basket, atau bahkan penggemar olahraga, untuk mungkin bisa belajar dari tulisan ini.

Tulisan ini akan bicara soal takdir seseorang, keyakinannya dalam menentukan masa depan sendiri, dan keberaniannya dalam membuat keputusan-keputusan bisnis hebat.

Saking dahsyatnya sosok ini, keputusan-keputusannya sampai dijadikan bahan studi kasus MBA di Harvard Business School.

Orang itu adalah LeBron James, megastar NBA yang Minggu lalu (19/6) baru saja merebut gelar juara bersama Cleveland Cavaliers secara dramatis dan historis.

Kemenangan itu menunjukkan bahwa sukses adalah takdir. Bahwa sukses menuntut keberanian.

LeBron James lahir dan besar di Akron, Negara Bagian Ohio, di dekat Cleveland. Jadi, Cavaliers adalah home team-nya. Kok ya jodoh, pada 2003, Cavaliers mendapat hak pilih pemain nomor satu, dan mereka langsung memanfaatkannya untuk memilih James.

Tak kunjung juara hingga 2010, James memilih hengkang dulu ke Miami Heat selama empat tahun. Warga Cleveland (dan Ohio) begitu marah. Mereka membakar jersey-nya, menghujatnya habis-habisan.

Empat tahun di Heat, James masuk final empat kali dan jadi juara dua kali. Misinya jadi juara telah selesai. Setelah itu, dia punya opsi untuk bergabung dengan tim hebat mana saja. Pilihannya? Kembali ke Cleveland, membangun lagi tim untuk memburu juara, menuntaskan unfinished business di sana.

Pada 2015, dia membawa Cavaliers masuk final, tapi gagal juara. Tahun ini, dia kembali membawa Cavaliers masuk final, dan nyaris gagal lagi.

Dalam final berformat best-of-seven itu, Cavaliers kalah 1-3 pada empat game pertama. Dalam sejarah NBA, belum pernah ada tim yang jadi juara setelah tertinggal 1-3 di final. Cavaliers harus menang tiga kali berturut-turut, termasuk dua kali di kandang lawan, untuk menjadi juara.

LeBron James pun ’’meledak’’, Cavaliers menang tiga kali berturut-turut atas Golden State Warriors, dan jadi juara.

Sejarah tambahan: Ini adalah gelar olahraga profesional pertama untuk Cleveland sejak 1964. Bisa dibayangkan seperti apa pesta di sana, dan diraih berkat ’’putra daerah’’ sendiri.

James sukses menuntaskan takdirnya. Sekarang mau apa, itu masalah yang berbeda lagi.

Mungkin tidak ada atlet di dunia ini, dalam cabang apa pun, yang begitu berani dalam membuat keputusan seperti LeBron James. Berani mengecewakan dulu ’’rakyatnya’’ selama empat tahun sebelum menunjukkan kebahagiaan yang sebenarnya.

Dan kehebatan membuat keputusan itu bukan hanya dalam hal basket. Dalam bisnis, dia sama beraninya. Saking beraninya, kasus bisnis LeBron James ini merupakan salah satu yang dibahas di tingkat MBA di Harvard Business School, yang mungkin sekolah bisnis paling bergengsi di dunia.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru