31.7 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Doa untuk Olahraga

Azrul AnandaHoree, Olimpiade sudah berlangsung dan berakhir. Horee, Indonesia berhasil merebut satu medali emas. Habis ini hore apa lagi?

***

Olimpiade Rio sudah berakhir. Indonesia bisa lebih berbangga. Merebut lagi satu medali emas. Berkat olahraga andalan kita sejak zaman dahulu kala: bulu tangkis.

Senang rasanya melihat semua media kita heboh membicarakan emas Indonesia. Di negara yang seolah-olah minim berita menyenangkan ini, senang ketika punya sesuatu yang sangat membanggakan.

Saya sempat bertukar pesan dengan teman saya bos Djarum, Victor Hartono, mengucapkan selamat dan terima kasih atas kontribusi perusahaannya yang begitu panjang serta konsisten di bulu tangkis.

Tanpa bulu tangkis, kita tetaplah negara tanpa emas di Olimpiade.

Ya, ini bukan kiprah satu pihak saja. Victor pun mengucapkan bahwa ini hasil kerja banyak pihak. Tapi bagaimanapun, kita harus mengucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat di bulu tangkis.

Sekali lagi, tanpa bulu tangkis, kita adalah bangsa tanpa emas.

Senang pula rasanya melihat betapa besarnya perhatian yang diberikan kepada para atlet kita. Bonus miliaran rupiah, uang bulanan seumur hidup. Dahsyat!
Bisa menjadi motivasi bagi atlet-atlet lain untuk tampil habis-habisan, meraih yang terbaik, di kesempatan-kesempatan selanjutnya.

Selamat tinggal, Rio. Selamat tinggal, Brasil.

Kesempatan selanjutnya ada di Tokyo. Di Jepang. Masih empat tahun lagi. Tapi, rasanya Olimpiade Tokyo nanti lebih mengasyikkan. Paling tidak, dalam hal organisasi dan penyelenggaraan, rasanya Jepang akan lebih bisa menghindari berbagai kontroversi dan problem seperti yang dihadapi Brasil (atau negara berkembang lain).

Perkenalan untuk Olimpiade Tokyo juga sudah begitu menjanjikan. Bayangkan, perdana menteri Jepang sampai muncul dengan dandanan superkeren sebagai Super Mario. Doraemon ikut tampil, begitu pula berbagai ikon pop culture Jepang yang lain.

Sekarang saya bertanya: Beranikah kita membayangkan seperti apa performa kontingen Indonesia di Jepang 2020?
Semoga saja bulu tangkis masih bisa mempersembahkan emas.

Semoga, Tuhan, semoga…
Tapi, bagaimana yang lain? Angkat besi sudah hampir. Mungkin dari sana kita bisa menuai emas.

Bagaimana yang lain?
Bukan, itu bukan pertanyaan untuk mereka yang terlibat di berbagai cabang tersebut. Pertanyaan itu bukan untuk memojokkan, menambah beban, dan lain sebagainya.

Itu pertanyaan untuk KITA SEMUA bangsa Indonesia. Termasuk untuk saya sendiri. Itu pertanyaan untuk memojokkan, menambah beban, dan lain sebagainya untuk KITA SEMUA. Termasuk saya sendiri.

Walau kita punya emas, saya pribadi masih iri kepada negara tetangga kita yang sebenarnya berukuran mini: Singapura.

Mereka juga punya satu emas. Tapi, emasnya sepertinya lebih menghebohkan daripada emas Indonesia. Mereka meraih emas dari cabang yang sangat populer, renang, dan itu mengalahkan salah satu bintang terbesar Olimpiade, Mr Phelps.

Azrul AnandaHoree, Olimpiade sudah berlangsung dan berakhir. Horee, Indonesia berhasil merebut satu medali emas. Habis ini hore apa lagi?

***

Olimpiade Rio sudah berakhir. Indonesia bisa lebih berbangga. Merebut lagi satu medali emas. Berkat olahraga andalan kita sejak zaman dahulu kala: bulu tangkis.

Senang rasanya melihat semua media kita heboh membicarakan emas Indonesia. Di negara yang seolah-olah minim berita menyenangkan ini, senang ketika punya sesuatu yang sangat membanggakan.

Saya sempat bertukar pesan dengan teman saya bos Djarum, Victor Hartono, mengucapkan selamat dan terima kasih atas kontribusi perusahaannya yang begitu panjang serta konsisten di bulu tangkis.

Tanpa bulu tangkis, kita tetaplah negara tanpa emas di Olimpiade.

Ya, ini bukan kiprah satu pihak saja. Victor pun mengucapkan bahwa ini hasil kerja banyak pihak. Tapi bagaimanapun, kita harus mengucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat di bulu tangkis.

Sekali lagi, tanpa bulu tangkis, kita adalah bangsa tanpa emas.

Senang pula rasanya melihat betapa besarnya perhatian yang diberikan kepada para atlet kita. Bonus miliaran rupiah, uang bulanan seumur hidup. Dahsyat!
Bisa menjadi motivasi bagi atlet-atlet lain untuk tampil habis-habisan, meraih yang terbaik, di kesempatan-kesempatan selanjutnya.

Selamat tinggal, Rio. Selamat tinggal, Brasil.

Kesempatan selanjutnya ada di Tokyo. Di Jepang. Masih empat tahun lagi. Tapi, rasanya Olimpiade Tokyo nanti lebih mengasyikkan. Paling tidak, dalam hal organisasi dan penyelenggaraan, rasanya Jepang akan lebih bisa menghindari berbagai kontroversi dan problem seperti yang dihadapi Brasil (atau negara berkembang lain).

Perkenalan untuk Olimpiade Tokyo juga sudah begitu menjanjikan. Bayangkan, perdana menteri Jepang sampai muncul dengan dandanan superkeren sebagai Super Mario. Doraemon ikut tampil, begitu pula berbagai ikon pop culture Jepang yang lain.

Sekarang saya bertanya: Beranikah kita membayangkan seperti apa performa kontingen Indonesia di Jepang 2020?
Semoga saja bulu tangkis masih bisa mempersembahkan emas.

Semoga, Tuhan, semoga…
Tapi, bagaimana yang lain? Angkat besi sudah hampir. Mungkin dari sana kita bisa menuai emas.

Bagaimana yang lain?
Bukan, itu bukan pertanyaan untuk mereka yang terlibat di berbagai cabang tersebut. Pertanyaan itu bukan untuk memojokkan, menambah beban, dan lain sebagainya.

Itu pertanyaan untuk KITA SEMUA bangsa Indonesia. Termasuk untuk saya sendiri. Itu pertanyaan untuk memojokkan, menambah beban, dan lain sebagainya untuk KITA SEMUA. Termasuk saya sendiri.

Walau kita punya emas, saya pribadi masih iri kepada negara tetangga kita yang sebenarnya berukuran mini: Singapura.

Mereka juga punya satu emas. Tapi, emasnya sepertinya lebih menghebohkan daripada emas Indonesia. Mereka meraih emas dari cabang yang sangat populer, renang, dan itu mengalahkan salah satu bintang terbesar Olimpiade, Mr Phelps.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/