Ya, kita punya satu emas. Tapi, ketika membaca liputan-liputan asing (dan saya sangat banyak membaca), rasanya kok tidak ada –atau tidak kelihatan– yang ikut menghebohkan emas cabang bulu tangkis.
Emas renang Singapura rasanya lebih mendapat sorotan dari media internasional. Benar-benar bikin iri.
Ya, emas renang Singapura itu mungkin emas kebetulan. Sedangkan emas bulu tangkis Indonesia adalah emas konsisten. Media exposure secara internasional? Rasanya menang emas Singapura.
Penduduk Indonesia ini di kisaran 300 juta. Kurang lebih sama dengan Amerika, yang menjadi juara umum. Penduduk Australia tak banyak, di atas 20 juta, tapi mampu meraih peringkat kesepuluh dengan delapan emas.
Hukum probabilitas? Seharusnya kita bisa lebih.
Walau banyak berkecimpung di dunia olahraga, saya tidak akan sok menjadi pakar olahraga. Semoga saya juga tidak dianggap sok tahu.
Ada lebih banyak orang yang lebih paham dan tahu tentang olahraga Indonesia daripada saya.
Saya punya pendapat kira-kira mengapa. Dan pendapat saya mungkin tidak beda jauh dengan orang-orang yang lebih hebat itu. Malah mungkin kebanyakan orang juga sudah tahu kenapa. Tapi, saya tidak akan menulisnya di sini.
Daripada mengkritik dan sok tahu, saya akan mengakhiri tulisan ini dengan beberapa doa.
Ya Tuhan, kami bangga telah mendapatkan medali emas dan berkahilah orang-orang yang telah bekerja keras untuk meraihnya.
Ya Tuhan, kami bangga kepada atlet-atlet kami yang telah memberikan segalanya, berkahilah hidup mereka di kemudian hari.
Ya Tuhan, semoga bangsa kami segera mendapat pencerahan, bagaimana secara kumulatif bisa meraih prestasi yang lebih baik lagi, lebih konsisten lagi.
Ya Tuhan, semoga semakin banyak anak bangsa kami yang semakin terinspirasi untuk serius berolahraga, bukan hanya untuk lifestyle, tapi juga memburu prestasi.
Ya Tuhan, semoga semakin banyak opportunity bagi anak-anak bangsa kami untuk berkiprah di dunia olahraga. Semoga semakin banyak kompetisi diselenggarakan, dalam cabang apa pun, memacu semakin banyak partisipasi dan itu mendorong prestasi serta industri olahraga.
Ya Tuhan, kalau semoga yang terakhir itu terwujud, semoga itu menjadi titik balik, di mana akhirnya di Indonesia ini akan ada lebih banyak olahragawan seriusnya daripada pengurus olahraganya… (*)