30 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Moral ala Agatha Christie

 

Oleh AZRUL ANANDA

 

Rasanya pengin sekali ”mengumpan” anak-anak saya dengan novel Agatha Christie. Karena itu bacaan saya waktu kelas II SD dulu…

***

Sebelum akhir 2017 ini, kalau beruntung, bioskop di Indonesia akan kedatangan dua film adaptasi novel detektif karya Agatha Christie.

Yang pertama Murder on the Orient Express, yang akan menampilkan banyak superstar seperti Johnny Depp, Daisy Ridley, Michelle Pfeiffer, Kenneth Branagh, Judy Dench, dan lain sebagainya.

Satunya lagi Crooked House, juga menampilkan banyak bintang seperti Glenn Close, Gillian Anderson, dan Gemma Arterton.

Saya tidak tahu, Anda familier atau tidak dengan karya-karya Agatha Christie. Kalau saya memang sejak kecil tidak normal. Karena sejak kelas II SD sudah mulai membaca karya-karya penulis cerita detektif legendaris Inggris tersebut.

Awalnya ”diumpani” orang tua, tapi kemudian jadi keterusan. Dan saya tidak mengomel. Buat saya, membaca Agatha Christie dulu seperti ”naik kelas”. Setelah saat kelas I SD sudah ludes membaca novel-novel Lima Sekawan, Trio Detektif, dan lain sebagainya.

Beda sekali dengan anak-anak sekarang, ya?

Anak saya yang suka membaca pada 2017 ini masuk kelas IV SD. Bacaannya berat karena bukunya memang besar-besar. Wkwkwkwkwk. Tapi, bacaannya memang bukan novel, melainkan buku-buku ilmu pengetahuan, khususnya tentang hal-hal yang menyangkut engineering dan hal-hal di luar angkasa.

Rasanya pengin mengumpani dia buku Agatha Christie. Tapi, biarlah, tiap orang sukanya kan beda-beda. Gara-gara suka membaca, saya jadi penulis. Mungkin dia kelak jadi engineer hebat.

Kemudian, ini membuat saya berpikir, apakah bacaan saya dulu terlalu berat? Kalau anak saya diumpani Agatha Christie, apakah dia bisa menerimanya seperti saya dulu?

Kita harus ingat, dulu saya tidak punya opsi lain untuk menyibukkan pikiran. Kalau tidak baca buku, ya pergi ke luar rumah untuk main sepak bola sampai magrib.

Sedangkan anak saya, dan anak-anak lain, punya opsi lain yang jauh lebih menyibukkan. Namanya iPad. Atau juga laptop.

Lalu, saya berpikir lagi. Dengan membaca Agatha Christie, saya sudah terekspos dengan ”ilmu-ilmu berat” sejak masih SD. Ilmu-ilmu yang dulu tidak langsung saya pahami, tapi semakin tua semakin saya sadari, maklumi, bahkan apresiasi.

Sedangkan anak saya, dan anak-anak lain, mungkin terekspos dengan lebih banyak ilmu pengetahuan. Tapi, apakah mereka mulai diajari tentang pilihan-pilihan hidup, yang tidak selalu hitam-putih?

 

Oleh AZRUL ANANDA

 

Rasanya pengin sekali ”mengumpan” anak-anak saya dengan novel Agatha Christie. Karena itu bacaan saya waktu kelas II SD dulu…

***

Sebelum akhir 2017 ini, kalau beruntung, bioskop di Indonesia akan kedatangan dua film adaptasi novel detektif karya Agatha Christie.

Yang pertama Murder on the Orient Express, yang akan menampilkan banyak superstar seperti Johnny Depp, Daisy Ridley, Michelle Pfeiffer, Kenneth Branagh, Judy Dench, dan lain sebagainya.

Satunya lagi Crooked House, juga menampilkan banyak bintang seperti Glenn Close, Gillian Anderson, dan Gemma Arterton.

Saya tidak tahu, Anda familier atau tidak dengan karya-karya Agatha Christie. Kalau saya memang sejak kecil tidak normal. Karena sejak kelas II SD sudah mulai membaca karya-karya penulis cerita detektif legendaris Inggris tersebut.

Awalnya ”diumpani” orang tua, tapi kemudian jadi keterusan. Dan saya tidak mengomel. Buat saya, membaca Agatha Christie dulu seperti ”naik kelas”. Setelah saat kelas I SD sudah ludes membaca novel-novel Lima Sekawan, Trio Detektif, dan lain sebagainya.

Beda sekali dengan anak-anak sekarang, ya?

Anak saya yang suka membaca pada 2017 ini masuk kelas IV SD. Bacaannya berat karena bukunya memang besar-besar. Wkwkwkwkwk. Tapi, bacaannya memang bukan novel, melainkan buku-buku ilmu pengetahuan, khususnya tentang hal-hal yang menyangkut engineering dan hal-hal di luar angkasa.

Rasanya pengin mengumpani dia buku Agatha Christie. Tapi, biarlah, tiap orang sukanya kan beda-beda. Gara-gara suka membaca, saya jadi penulis. Mungkin dia kelak jadi engineer hebat.

Kemudian, ini membuat saya berpikir, apakah bacaan saya dulu terlalu berat? Kalau anak saya diumpani Agatha Christie, apakah dia bisa menerimanya seperti saya dulu?

Kita harus ingat, dulu saya tidak punya opsi lain untuk menyibukkan pikiran. Kalau tidak baca buku, ya pergi ke luar rumah untuk main sepak bola sampai magrib.

Sedangkan anak saya, dan anak-anak lain, punya opsi lain yang jauh lebih menyibukkan. Namanya iPad. Atau juga laptop.

Lalu, saya berpikir lagi. Dengan membaca Agatha Christie, saya sudah terekspos dengan ”ilmu-ilmu berat” sejak masih SD. Ilmu-ilmu yang dulu tidak langsung saya pahami, tapi semakin tua semakin saya sadari, maklumi, bahkan apresiasi.

Sedangkan anak saya, dan anak-anak lain, mungkin terekspos dengan lebih banyak ilmu pengetahuan. Tapi, apakah mereka mulai diajari tentang pilihan-pilihan hidup, yang tidak selalu hitam-putih?

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/