26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Moral ala Agatha Christie

Bukankah hidup ini 99 shades of grey, tidak ada yang nol persen putih dan tidak ada yang 100 persen hitam?

Membaca Trio Detektif atau Lima Sekawan, saya membaca bagaimana memecahkan misteri atau teka-teki serta mengetahui siapa yang jahat dan siapa yang tidak.

Membaca novel-novel Agatha Christie, kita dipaksa memahami bahwa jahat itu bisa baik dan membiarkan atau bahkan melakukan pembunuhan itu justru bisa menjadi pilihan terbaik.

Dulu, waktu SD, saya bingung. Sekarang saya lebih paham.

Karakter ciptaan Christie favorit saya adalah Hercule Poirot. Luar biasa brilian, bisa memecahkan misteri berdasar petunjuk-petunjuk yang begitu minor dan mendetail. Lebih menakjubkan lagi, dia bisa membuat keputusan-keputusan yang mengagetkan, tapi kita harus bisa memaklumi dan memahaminya. Kemudian ikut setuju membiarkannya.

Bayangkan, Poirot bisa membiarkan terjadinya pembunuhan berjamaah oleh sekelompok orang. Dia sudah memecahkan misterinya, tapi lantas melaporkan yang berbeda kepada pihak berwajib. Sebab, itu dia anggap sebagai solusi terbaik.

Bahkan, Poirot bisa melakukan sendiri pembunuhan itu! Sebab, dia menganggap itu sebagai solusi terbaik untuk mencegah terjadinya lebih banyak pembunuhan lain.

Tema-tema serupa juga dijumpai di novel Christie yang lain. Bahwa seseorang justru bisa melakukan pembunuhan atau bunuh diri demi kebaikan yang lain (atau semua).

Sulit dipercaya, saya membaca novel-novel seperti itu saat masih kelas II SD!

Bagi Anda yang pernah membaca karya-karya Christie, atau bahkan menggemari karya-karyanya, mungkin Anda bisa memahami apa yang saya maksud itu.

Bagi Anda yang belum pernah membaca, siapa tahu Anda jadi berminat. Dan membaca karya berkualitas tidak pernah merugikan…

Atau, kalau masih enggan membaca, tunggu saja beberapa pekan ke depan. Siapa tahu Murder on the Orient Express (dengan tokoh utama Hercule Poirot!) dan Crooked House benar-benar mampir di bioskop Indonesia. Minimal, silakan lihat di YouTube trailer-nya.

Sambil menunggu, saya akan terus berpikir serius apakah saya benar-benar akan mengumpani anak-anak saya (kelas IV, III, dan I SD) buku karya Agatha Christie…

Bagaimanapun, kita harus mulai mengajarkan kepada mereka abu-abunya hidup ini. Bukan berarti mengajari untuk membunuh lho ya! Tapi mengajarkan bagaimana kadang kita harus berani mengambil keputusan-keputusan tidak populer, keputusan-keputusan yang tidak dipahami atau disetujui orang, untuk berbuat sesuatu yang lebih baik… (*)

Bukankah hidup ini 99 shades of grey, tidak ada yang nol persen putih dan tidak ada yang 100 persen hitam?

Membaca Trio Detektif atau Lima Sekawan, saya membaca bagaimana memecahkan misteri atau teka-teki serta mengetahui siapa yang jahat dan siapa yang tidak.

Membaca novel-novel Agatha Christie, kita dipaksa memahami bahwa jahat itu bisa baik dan membiarkan atau bahkan melakukan pembunuhan itu justru bisa menjadi pilihan terbaik.

Dulu, waktu SD, saya bingung. Sekarang saya lebih paham.

Karakter ciptaan Christie favorit saya adalah Hercule Poirot. Luar biasa brilian, bisa memecahkan misteri berdasar petunjuk-petunjuk yang begitu minor dan mendetail. Lebih menakjubkan lagi, dia bisa membuat keputusan-keputusan yang mengagetkan, tapi kita harus bisa memaklumi dan memahaminya. Kemudian ikut setuju membiarkannya.

Bayangkan, Poirot bisa membiarkan terjadinya pembunuhan berjamaah oleh sekelompok orang. Dia sudah memecahkan misterinya, tapi lantas melaporkan yang berbeda kepada pihak berwajib. Sebab, itu dia anggap sebagai solusi terbaik.

Bahkan, Poirot bisa melakukan sendiri pembunuhan itu! Sebab, dia menganggap itu sebagai solusi terbaik untuk mencegah terjadinya lebih banyak pembunuhan lain.

Tema-tema serupa juga dijumpai di novel Christie yang lain. Bahwa seseorang justru bisa melakukan pembunuhan atau bunuh diri demi kebaikan yang lain (atau semua).

Sulit dipercaya, saya membaca novel-novel seperti itu saat masih kelas II SD!

Bagi Anda yang pernah membaca karya-karya Christie, atau bahkan menggemari karya-karyanya, mungkin Anda bisa memahami apa yang saya maksud itu.

Bagi Anda yang belum pernah membaca, siapa tahu Anda jadi berminat. Dan membaca karya berkualitas tidak pernah merugikan…

Atau, kalau masih enggan membaca, tunggu saja beberapa pekan ke depan. Siapa tahu Murder on the Orient Express (dengan tokoh utama Hercule Poirot!) dan Crooked House benar-benar mampir di bioskop Indonesia. Minimal, silakan lihat di YouTube trailer-nya.

Sambil menunggu, saya akan terus berpikir serius apakah saya benar-benar akan mengumpani anak-anak saya (kelas IV, III, dan I SD) buku karya Agatha Christie…

Bagaimanapun, kita harus mulai mengajarkan kepada mereka abu-abunya hidup ini. Bukan berarti mengajari untuk membunuh lho ya! Tapi mengajarkan bagaimana kadang kita harus berani mengambil keputusan-keputusan tidak populer, keputusan-keputusan yang tidak dipahami atau disetujui orang, untuk berbuat sesuatu yang lebih baik… (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/