32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Gerakan Antijalan Kaki

Oke, oke, ada koper yang harus diturunkan dan dibawa. Tapi, apakah koper itu butuh forklift untuk diangkut? Tidak, bukan? Emang sulit menyeret atau mengangkat koper untuk jarak ekstra 20 langkah?

Perilaku di airport itu berlaku sama dengan di sekolah-sekolah, khususnya yang banyak siswanya diantar pakai kendaraan. Baik mobil maupun motor.

Semua mobil antre dan berebut berhenti, bertumpukan di dekat pintu masuk sekolah. Itu bikin macet begitu luar biasa di jalanan sekitar sekolah tersebut.

Jujur, termasuk sekolah anak saya.

Apakah bisa berhenti sedikit lebih jauh, lalu sang anak disuruh jalan sedikit masuk ke sekolah? Tentu bisa. Tapi, apakah orang tua atau suster/asisten/driver-nya mau? Mungkin tidak.

Alasan orang tua: Takut anaknya capek.

Alasan lain: Takut anaknya jatuh atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lainnya saat berjalan ke pintu masuk. Walaupun hanya puluhan langkah.

Alasan suster/asisten/driver? Takut dimarahi orangtua karena anaknya disuruh jalan puluhan langkah.

Hayooo, siapa yang berpikirnya seperti itu?

Tuh, kan, gerakan antijalan itu sudah dilaksanakan di sekolah-sekolah! Sejak kecil, anak sudah diajari untuk jalan sesedikit mungkin!

Bagaimana di desa-desa atau kawasan lain? Bukan berarti orangnya sekarang masih mau jalan kaki, lho! Terima kasih dengan keberadaan motor, kunjungan tetangga 200 meter sekarang bisa dilakukan cukup dengan membakar sekian porsi bahan bakar.

Mau beli jajan di toko yang jaraknya 300 meter juga sama. Tidak perlu jalan kaki. Cukup nyalakan motor, jreng! Lalu menuju ke sana dan kembali ke rumah.

Anda pasti punya banyak contoh lain Gerakan Antijalan Kaki di sekeliling Anda. Bahkan mungkin banyak yang lebih ironis dan lucu bila dibandingkan dengan contoh-contoh saya itu.

Oke, oke, ada koper yang harus diturunkan dan dibawa. Tapi, apakah koper itu butuh forklift untuk diangkut? Tidak, bukan? Emang sulit menyeret atau mengangkat koper untuk jarak ekstra 20 langkah?

Perilaku di airport itu berlaku sama dengan di sekolah-sekolah, khususnya yang banyak siswanya diantar pakai kendaraan. Baik mobil maupun motor.

Semua mobil antre dan berebut berhenti, bertumpukan di dekat pintu masuk sekolah. Itu bikin macet begitu luar biasa di jalanan sekitar sekolah tersebut.

Jujur, termasuk sekolah anak saya.

Apakah bisa berhenti sedikit lebih jauh, lalu sang anak disuruh jalan sedikit masuk ke sekolah? Tentu bisa. Tapi, apakah orang tua atau suster/asisten/driver-nya mau? Mungkin tidak.

Alasan orang tua: Takut anaknya capek.

Alasan lain: Takut anaknya jatuh atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lainnya saat berjalan ke pintu masuk. Walaupun hanya puluhan langkah.

Alasan suster/asisten/driver? Takut dimarahi orangtua karena anaknya disuruh jalan puluhan langkah.

Hayooo, siapa yang berpikirnya seperti itu?

Tuh, kan, gerakan antijalan itu sudah dilaksanakan di sekolah-sekolah! Sejak kecil, anak sudah diajari untuk jalan sesedikit mungkin!

Bagaimana di desa-desa atau kawasan lain? Bukan berarti orangnya sekarang masih mau jalan kaki, lho! Terima kasih dengan keberadaan motor, kunjungan tetangga 200 meter sekarang bisa dilakukan cukup dengan membakar sekian porsi bahan bakar.

Mau beli jajan di toko yang jaraknya 300 meter juga sama. Tidak perlu jalan kaki. Cukup nyalakan motor, jreng! Lalu menuju ke sana dan kembali ke rumah.

Anda pasti punya banyak contoh lain Gerakan Antijalan Kaki di sekeliling Anda. Bahkan mungkin banyak yang lebih ironis dan lucu bila dibandingkan dengan contoh-contoh saya itu.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/