30 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Ribuan Bibit Kemenyan Tapanuli Siap Ditanam

Baringin Pardede salah seorang petani dan pemilik kebun kemenyan di wilayah HTI TPL Habinsaran mengaku, hasil kerjasama antara petani kemenyan BPK Aek Nauli dan perusahaan (TPL) memberikan pengetahuan baru tentang pengelolaan, pembibitan dan perbanyakan kemenyan.

Karena selama ini menurutnya mereka (petani) mengelola kebun kemenyan dengan cara tradisional, yakni dengan menyadap getahnya tanpa ada peremajaan pembibitan. Sehingga dengan pengetahuan dan sistem teknologi yang baru diharapkan meningkatkan hasil panen getah kemenyan terbaik.

“Harapan kami sangat besar terhadap pengetahuan dan kerjasama pembibitan ini, sehingga memungkinkan petani kemenyan melakukan peremajaan pohon, dan hasil getah yang banyak untuk dipanen, serta menambah perekonomian petani,” ujar Baringin Pardede.

Kemenyan secara global dikenal sebagai bahan untuk aroma dupa, obat tradisional, industri rokok bahkan pembuatan parfum. Di Indonesia pemanfaatan getah kemenyan telah dikenal sejak dulu, bahkan dijuluki sebagai tanaman nenek moyang. Jenis kemenyan Sumatrana (Styrax Benzoin Dryander) adalah yang terbaik karena memiliki senyawa bioaktif yang menguntungkan dunia usaha dan industri.

Di Sumatera Utara tanaman kehidupan ini banyak dijumpai di sejumlah daerah kawasan Tapanuli, serta Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL). Para petani mengambil getah kemenyan secara turun temurun sejak dulu sampai sekarang.

Getah kemenyan dipanen dengan cara disadap atau dipotong pada bagian batang pohonnya, hingga getahnya keluar. Setelah mengeras seperti kristal yang menempel dibatang kayu, barulah petani mengambil hasil getahnya. (rel/mea)

Baringin Pardede salah seorang petani dan pemilik kebun kemenyan di wilayah HTI TPL Habinsaran mengaku, hasil kerjasama antara petani kemenyan BPK Aek Nauli dan perusahaan (TPL) memberikan pengetahuan baru tentang pengelolaan, pembibitan dan perbanyakan kemenyan.

Karena selama ini menurutnya mereka (petani) mengelola kebun kemenyan dengan cara tradisional, yakni dengan menyadap getahnya tanpa ada peremajaan pembibitan. Sehingga dengan pengetahuan dan sistem teknologi yang baru diharapkan meningkatkan hasil panen getah kemenyan terbaik.

“Harapan kami sangat besar terhadap pengetahuan dan kerjasama pembibitan ini, sehingga memungkinkan petani kemenyan melakukan peremajaan pohon, dan hasil getah yang banyak untuk dipanen, serta menambah perekonomian petani,” ujar Baringin Pardede.

Kemenyan secara global dikenal sebagai bahan untuk aroma dupa, obat tradisional, industri rokok bahkan pembuatan parfum. Di Indonesia pemanfaatan getah kemenyan telah dikenal sejak dulu, bahkan dijuluki sebagai tanaman nenek moyang. Jenis kemenyan Sumatrana (Styrax Benzoin Dryander) adalah yang terbaik karena memiliki senyawa bioaktif yang menguntungkan dunia usaha dan industri.

Di Sumatera Utara tanaman kehidupan ini banyak dijumpai di sejumlah daerah kawasan Tapanuli, serta Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL). Para petani mengambil getah kemenyan secara turun temurun sejak dulu sampai sekarang.

Getah kemenyan dipanen dengan cara disadap atau dipotong pada bagian batang pohonnya, hingga getahnya keluar. Setelah mengeras seperti kristal yang menempel dibatang kayu, barulah petani mengambil hasil getahnya. (rel/mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/