MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tren bakal calon legislatif yang ‘lompat pagar’ alias pindah partai untuk didaftarkan sebagai peserta Pemilu Legislatif (Pileg) 2019, dinilai meningkat dibanding bacaleg lompat pagar pada Pileg 2014 lalu. Kkecenderungan ini disebabkan kehadiran parpol baru peserta pemilu, hingga 4 parpol. Termasuk di Sumatera Utara.
Angka pasti soal tren penyeberangan caleg ini, sesuai statistik memang belum diketahui. Tetapi mengambil basis analisis dari ketidakjelasan code of conduct partai-partai baru peserta pemilu, tren itu diperkirakan muncul. Parpol baru dimaksud antara lain Partai Perindo, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Garuda, dan Partai Berkarya.
“Hari ini, ada sejumlah parpol baru di mana nyaris tidak punya orang untuk direkrut dalam perspektif kader original. Juga belum punya pengalaman berpolitik seutuhnya. Maka diyakini tren ‘lompat pagar’ caleg akan lebih banyak dari sebelumnya,” kata Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Shohibul Ansor Siregar, kepada Sumut Pos, Rabu (1/8).
Hal kedua, lanjut dia, disebabkan faktor konflik di internal organisasi parpol sendiri. Antara lain saat parpol tersebut melakukan musyawarah penentuan pengurus baru di semua level. “Jadi ketika tidak terpilih, dia dan rezimnya keluar karena tidak dipakai oleh pengurus yang baru. Nah kalau di level nasional, konflik penentuan pengurus itu bisa menghasilkan parpol baru, seperti NasDem dan Perindo,” ungkapnya.
Oleh karenanya, hemat Shohibul lagi, kedua peristiwa yang saling berkaitan ini pulalah yang kerap menjadi garis besar dari penyebrangan para bacaleg itu. “Saya kira angka ataupun kecenderungan penyeberangan bacaleg akan meningkat di pemilu mendatang. Dan itu berpulang kepada parpol-parpol bersangkutan sesuai sistem politik tanah air kita,” imbuhnya.
Ia menyebut, idealnya setiap parpol punya kader yang harus dijejali dengan ideologi partai yang kuat. Di mana apabila ingin menyebrang ke parpol lain, tidak diperbolehkan dalam jangka waktu minimal tiga tahun. Tapi fakta yang ada, di Indonesia tidak bisa terjadi hal yang demikian. Terlebih semua parpol pasti ada penyokong dana dibelakangnya sehingga partai tersebut mampu berjalan sampai sekarang.
“Kalau nggak dari mana uangnya. Semuanya kan butuh pendanaan,” pungkasnya.
Di Sumatera Utara, fenomena bacaleg lompat pagar antara lain Nurhazizah Marpaung (mantan Wagubsu), sebelumnya dari Hanura, sekarang mencalon dari Partai NasDem.
Eks kader Demokrat, Srijati Pohan, melompat ke PAN. Eks Caleg PAN lompat ke Partai Gerindra Sumut, atas nama Subandi.
Godfried Effendi Lubis pada Pemilu 2014 lalu mendaftar dari Partai Gerindra, yang mengantarkannya duduk di DPRD Kota Medan. Sebelumnya pada pemilu 2009, Godfried duduk di DPRD Medan dari Partai Kesatuan Demokrasi Indonesia (PKDI). Sebelumnya, ia pun pernah bergabung di Partai Damai Sejahtera (PDS) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Pada Pileg 2019, Godfried mendaftar dari Perindo.
Politisi Lainnya adalah Landen Marbun. Dia sudah enam kali masuk-keluar parpol. Awal sekali di Golkar. Menjadi anggota DPRD Medan tahun 1999 dari Partai Bhinneka Tunggal Ika (PBI). Periode 2004 ia pindah ke Partai Patriot. Periode 2009 ia pindah ke Partai Damai Sejahtera (PDS). Dan 2014 lalu ia ke Hanura.
Pileg 2019, Landen mendaftar dari Partai Nasdem.
Wakil Gubernur Sumut pengganti antarwaktu periode 2013-2018, Nurhajizah Marpaung juga pindah partai. Semula kader Partai Hanura, kini Nurhajizah pindah ke partai Nasdem.
Caleg lainnya yang juga lompat pagar yakni Rony Situmorang, sebelumnya dari Partai Demokrat, kini mencalon dari Partai NasDem. Syahrial Tambunan dari Partai Demokrat juga pindah ke Nasdem. Sementara Januari Siregar lompat pagar dari PKPI, ke partai baru Perindo.
Masih banyak nama bacaleg yang lompat pagar di Sumut. Belum terhitung bacaleg di tingkat kabupaten/kota. (prn)