31.7 C
Medan
Sunday, May 26, 2024

Senat Akademik USU Akui Intervensi CPL

Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara
Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara

MEDAN, SUMUTPOS.CO  -Senat Akademik Universitas Sumatera Utara mengaku bahwa ada intervensi dari hasil rapat pemilihan anggota Majelis Wali Amanat (MWA) USU, Senin kemarin. Bahkan Ketua SA USU, Prof Chairul Yoel tidak membantah ada penggalangan kekuatan juga intervensi dari mantan Rektor USU Chairuddin P Lubis (CPL), serta terdapat intrik-intrik politik.

“Sebenarnya bukan politis. Namun perbedaan persepsi di antara dua kubu itukan sah-sah saja terjadi. Itulah dinamikanya,” kata Yoel saat dihubungi Sumut Pos, kemarin.

Menurut Yoel penggalangan kekuatan dalam kaitan pemilihan MWA di mana tujuan akhirnya pada pemilihan rektor wajar adanya. “Apa kubu yang lain tidak menggalang juga? Jadikan sama saja, ya gak ada masalah,” ucapnya.

Dirinya juga tak menampik jika CPL masih memiliki pengaruh besar di lingkup USU, termasuk dalam penetapan anggota MWA tersebut. “Salah rupanya kalau seseorang itu punya pengaruh? Artinya itu sah-sah saja. Di USU kalau mau kita sebut juga punya kubu-kubu. Tapi inikan sifatnya acara temporer saja, habis dari sini kita kembali ke akademik dan bagaimana memajukan USU. Persoalan galang-menggalang saya pikir bukan masalah yang harus kita perdebatkan,” kilahnya.

Mengenai sistem voting yang diambil pihaknya yang menurut kubu Syahril dikembalikan dulu ke MWA, ia mengatakan kalau hal itu sudah dilemparkan ke forum. Di mana akhirnya disetujui pihak terbanyak untuk diambil keputusan. “Di DPR juga begitu, bila akhirnya musyawarah tidak tercapai, maka diambillah voting. Kan artinya semua orang di situ memiliki pendapat,” ungkapnya.

Pihaknya menanggapi dingin terkait keberatan kubu rektor melalui surat tertulis yang diajukan kepada menteri dan MWA. “Silahkan saja. Tidak ada masalahnya itu,” ucap dia.

Terpisah, Chairuddin P Lubis berkilah dengan mengatakan tidak tahu menahu soal ‘kekacauan’ saat rapat tersebut. Ketika disinggung bahwa ada informasi yang menyebut dirinya menjadi ‘otak’ dibalik kekacauan tersebut, dokter spesialis anak ini hanya menjawab dengan santai. “Boleh-boleh saja orang mau bilang segala macam,” ujarnya saat dihubungi Sumut Pos, Rabu (1/10).

Menurut CPL tidak mungkin dirinya sehebat itu sampai bisa menyetel SA dan rapat pemilihan MWA USU kemarin. Dia mengatakan posisi Syahril sebagai petahana di USU harusnya mampu mengakomodir semua pihak dalam rapat tersebut.

“Kalau saya bisa mengondisikan semuanya, berarti hebat kalilah saya. Namanya orang punya hak suara jadi sah saja memilih siapapun yang mereka suka. Harusnya dia lebih berpengaruh ketimbang saya, karena dia kan incumben,” ungkapnya.

Mengenai sistem voting ia mengungkapkan tidak ada persoalan, sebab sejak tiga tahun lalu mekanismenya sudah berjalan seperti itu. Namun ketika disinggung pada aturan MWA tidak ada terdapat poin yang menjelaskan sistem voting, CPL terkesan melempar bola kalau kubu Syahril Pasaribu tidak yakin pihaknya akan menang, sehingga menolak sistem pemilihan melalui voting. “Kalau mereka merasa kuat pasti mereka kan voting. Jadi bukan soal peraturan, tapi karena mereka takut kalah,”
CPL tak menampik bahwa ia memiliki hubungan kekerabatannya begitu dekat dengan Ketua Senat Akademik  Chairul Yoel. Hal ini berkaitan dengan adanya informasi yang menyebut, hubungan itu dijadikan CPL lebih mudah mengintervensi sistem pemilihan melalui Chairul Yoel. Di samping itu pengaruh CPL yang begitu kuat meski berada diluar sistem, tetap bisa memonitoring kondisi di dalam USU. “Pastinya kalau dia rektor di situ, banyak yang mendukung dia. Karena petahana pasti lebih berkuasa. Jika sebagian orang menganggap saya masih punya kharisma, ya mana saya tau. Kan sah-sah saja bila Anda suka sama orang tertentu ataupun sebaliknya,” ujar CPL percaya diri.

CPL merasa masyarakat masih menghendakinya guna perbaikan di tubuh USU melalui ide dan gagasan yang ia miliki. Oleh karenanya ia mengaku diminta banyak pihak terutama orang-orang yang selama ini dekat padanya, untuk masuk ke dalam MWA dari unsur masyarakat. “Sebenarnya saya tidak ambisi lagi, namun selama inikan orang berpikiran saya tidak duduk di mana-mana termasuk di MWA. Nah dari situ mereka pikir saya bisa memberikan masukan jika masuk ke dalam sebagai MWA untuk perbaikan USU ke depan,” ucapnya.

Perihal rumor bahwa dirinya menjadi calon kuat MWA, CPL seolah merendah dengan mengatakan kalau SK dari hasil rapat itu belum ada. Dirinya terkesan ragu dengan hasil rapat penetapan kemarin, karena menteri yang akan menentukan keabsahan hasil rapat tersebut. “Sesudah SK keluar barulah saya pikirkan. Semuanya ada di tangan menteri. Karena itu haknya dia. Menteri setuju apa tidak saja terhadap hasil rapat itu kita belum mengetahuinya,” terang CPL. (prn/rbb)

Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara
Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara

MEDAN, SUMUTPOS.CO  -Senat Akademik Universitas Sumatera Utara mengaku bahwa ada intervensi dari hasil rapat pemilihan anggota Majelis Wali Amanat (MWA) USU, Senin kemarin. Bahkan Ketua SA USU, Prof Chairul Yoel tidak membantah ada penggalangan kekuatan juga intervensi dari mantan Rektor USU Chairuddin P Lubis (CPL), serta terdapat intrik-intrik politik.

“Sebenarnya bukan politis. Namun perbedaan persepsi di antara dua kubu itukan sah-sah saja terjadi. Itulah dinamikanya,” kata Yoel saat dihubungi Sumut Pos, kemarin.

Menurut Yoel penggalangan kekuatan dalam kaitan pemilihan MWA di mana tujuan akhirnya pada pemilihan rektor wajar adanya. “Apa kubu yang lain tidak menggalang juga? Jadikan sama saja, ya gak ada masalah,” ucapnya.

Dirinya juga tak menampik jika CPL masih memiliki pengaruh besar di lingkup USU, termasuk dalam penetapan anggota MWA tersebut. “Salah rupanya kalau seseorang itu punya pengaruh? Artinya itu sah-sah saja. Di USU kalau mau kita sebut juga punya kubu-kubu. Tapi inikan sifatnya acara temporer saja, habis dari sini kita kembali ke akademik dan bagaimana memajukan USU. Persoalan galang-menggalang saya pikir bukan masalah yang harus kita perdebatkan,” kilahnya.

Mengenai sistem voting yang diambil pihaknya yang menurut kubu Syahril dikembalikan dulu ke MWA, ia mengatakan kalau hal itu sudah dilemparkan ke forum. Di mana akhirnya disetujui pihak terbanyak untuk diambil keputusan. “Di DPR juga begitu, bila akhirnya musyawarah tidak tercapai, maka diambillah voting. Kan artinya semua orang di situ memiliki pendapat,” ungkapnya.

Pihaknya menanggapi dingin terkait keberatan kubu rektor melalui surat tertulis yang diajukan kepada menteri dan MWA. “Silahkan saja. Tidak ada masalahnya itu,” ucap dia.

Terpisah, Chairuddin P Lubis berkilah dengan mengatakan tidak tahu menahu soal ‘kekacauan’ saat rapat tersebut. Ketika disinggung bahwa ada informasi yang menyebut dirinya menjadi ‘otak’ dibalik kekacauan tersebut, dokter spesialis anak ini hanya menjawab dengan santai. “Boleh-boleh saja orang mau bilang segala macam,” ujarnya saat dihubungi Sumut Pos, Rabu (1/10).

Menurut CPL tidak mungkin dirinya sehebat itu sampai bisa menyetel SA dan rapat pemilihan MWA USU kemarin. Dia mengatakan posisi Syahril sebagai petahana di USU harusnya mampu mengakomodir semua pihak dalam rapat tersebut.

“Kalau saya bisa mengondisikan semuanya, berarti hebat kalilah saya. Namanya orang punya hak suara jadi sah saja memilih siapapun yang mereka suka. Harusnya dia lebih berpengaruh ketimbang saya, karena dia kan incumben,” ungkapnya.

Mengenai sistem voting ia mengungkapkan tidak ada persoalan, sebab sejak tiga tahun lalu mekanismenya sudah berjalan seperti itu. Namun ketika disinggung pada aturan MWA tidak ada terdapat poin yang menjelaskan sistem voting, CPL terkesan melempar bola kalau kubu Syahril Pasaribu tidak yakin pihaknya akan menang, sehingga menolak sistem pemilihan melalui voting. “Kalau mereka merasa kuat pasti mereka kan voting. Jadi bukan soal peraturan, tapi karena mereka takut kalah,”
CPL tak menampik bahwa ia memiliki hubungan kekerabatannya begitu dekat dengan Ketua Senat Akademik  Chairul Yoel. Hal ini berkaitan dengan adanya informasi yang menyebut, hubungan itu dijadikan CPL lebih mudah mengintervensi sistem pemilihan melalui Chairul Yoel. Di samping itu pengaruh CPL yang begitu kuat meski berada diluar sistem, tetap bisa memonitoring kondisi di dalam USU. “Pastinya kalau dia rektor di situ, banyak yang mendukung dia. Karena petahana pasti lebih berkuasa. Jika sebagian orang menganggap saya masih punya kharisma, ya mana saya tau. Kan sah-sah saja bila Anda suka sama orang tertentu ataupun sebaliknya,” ujar CPL percaya diri.

CPL merasa masyarakat masih menghendakinya guna perbaikan di tubuh USU melalui ide dan gagasan yang ia miliki. Oleh karenanya ia mengaku diminta banyak pihak terutama orang-orang yang selama ini dekat padanya, untuk masuk ke dalam MWA dari unsur masyarakat. “Sebenarnya saya tidak ambisi lagi, namun selama inikan orang berpikiran saya tidak duduk di mana-mana termasuk di MWA. Nah dari situ mereka pikir saya bisa memberikan masukan jika masuk ke dalam sebagai MWA untuk perbaikan USU ke depan,” ucapnya.

Perihal rumor bahwa dirinya menjadi calon kuat MWA, CPL seolah merendah dengan mengatakan kalau SK dari hasil rapat itu belum ada. Dirinya terkesan ragu dengan hasil rapat penetapan kemarin, karena menteri yang akan menentukan keabsahan hasil rapat tersebut. “Sesudah SK keluar barulah saya pikirkan. Semuanya ada di tangan menteri. Karena itu haknya dia. Menteri setuju apa tidak saja terhadap hasil rapat itu kita belum mengetahuinya,” terang CPL. (prn/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/