30.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

6 Bulan, Pembunuhan Mandor TPL Belum Terungkap

Foto: Istimewa Feri Wijaya, mandor TPL yang tewas digorok di hutan Tele, 6 bulan lalu.
Foto: Istimewa
Feri Wijaya, mandor TPL yang tewas digorok di hutan Tele, 6 bulan lalu.

PARMAKSIAN, SUMUTPOS.CO – Kasus pembunuhan Feri Wijaya (23), mandor TPL sudah 6 bulan berlalu, persisnya 184 hari, pada Selasa 3 Mei, namun polisi belum berhasil mengungkap siapa pembunuhnya.

TP Hutabarat, paman korban, didampingi manajer senior Humas TPL (PT Toba Pulp Lestari,Tbk) Tagor Manik, mengatakan, Feri adalah mandor pemanenan HTI (hutan tanaman industri) perusahaan pulp tersebut. Dia ditemukan tewas di hutan Tele, masuk wilayah hukum Samosir, Jumat 23 Oktober 2015, dalam kondisi sangat mengenaskan: tubuhnya membusuk, kepala putus dan bercerai dari badan, kedua tangan hilang, serta tubuh penuh luka sayatan.

“Barang-barang milik korban seperti sepeda motor, dompet dan handphone tidak ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara),” kata paman korban.

Hutabarat mewakili keluarga, pun segera membuat laporan pengaduan di Polres Samosir, di Pangururan, dan bahkan mendampingi kegiatan otopsi di RS Bhayangkara Polda Sumut di Medan.

Kasat Reskrim Polres Samosir, AKP Adi Alfian, pada saat otopsi mengatakan, korban meninggal dalam kondisi tidak wajar. Polres sudah melakukan penyelidikan tetapi hingga kini kasusnya belum terungkap.

Pada 3 Februari lalu, yakni pada saat usia kematiannya mencapai 108 hari, kata Hutabarat, pihak keluarga sempat menyurati dan bahkan berkunjung langsung ke Ditreskrimum Polda Sumut di Medan untuk meminta tanggapan. Ketika itu, penerimaan pihak Polda sangat baik. Namun gerak penyelidikan setelahnya tetap belum menemukan titik terang.  Semua masih gelap, misteri.

“Kami berharap Bapak Kapolda baru Irjen Pol Raden Budi Winarso bermurah hati membantu mempercepat penanganan kasus pembunuhan keponakan saya ini. Keluarga sudah sangat gelisah,” katanya.

Manajer TPL, Tagor Manik, membenarkan peristiwa pembunuhan sadis ini. “Feri  pengawas (mandor) kegiatan pemanenan kayu di sektor Tele. Ia diketahui hilang 13 Oktober tahun lalu. Kita tahu karena almarhum tidak masuk kerja, dan 16 Oktober kita mendampingi keluarga membuat pengaduan di Polres Samosir,” katanya.

Feri dinyatakan hilang 13 Oktober dan baru ditemukan dalam keadaan tewas di kawasan hutan tele, 10 hari kemudian. Kondisinya sangat mengenaskan. Barang-barang korban seperti sepeda motor, dompet dan handphone tidak ditemukan di lokasi kejadian. Tagor memahami tidak mudah mengungkap kasus kematian di kawasan hutan ini. Begitupun, ia berharap polisi bias segera mengungkap kasus tersebut. (rel/mea)

Foto: Istimewa Feri Wijaya, mandor TPL yang tewas digorok di hutan Tele, 6 bulan lalu.
Foto: Istimewa
Feri Wijaya, mandor TPL yang tewas digorok di hutan Tele, 6 bulan lalu.

PARMAKSIAN, SUMUTPOS.CO – Kasus pembunuhan Feri Wijaya (23), mandor TPL sudah 6 bulan berlalu, persisnya 184 hari, pada Selasa 3 Mei, namun polisi belum berhasil mengungkap siapa pembunuhnya.

TP Hutabarat, paman korban, didampingi manajer senior Humas TPL (PT Toba Pulp Lestari,Tbk) Tagor Manik, mengatakan, Feri adalah mandor pemanenan HTI (hutan tanaman industri) perusahaan pulp tersebut. Dia ditemukan tewas di hutan Tele, masuk wilayah hukum Samosir, Jumat 23 Oktober 2015, dalam kondisi sangat mengenaskan: tubuhnya membusuk, kepala putus dan bercerai dari badan, kedua tangan hilang, serta tubuh penuh luka sayatan.

“Barang-barang milik korban seperti sepeda motor, dompet dan handphone tidak ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara),” kata paman korban.

Hutabarat mewakili keluarga, pun segera membuat laporan pengaduan di Polres Samosir, di Pangururan, dan bahkan mendampingi kegiatan otopsi di RS Bhayangkara Polda Sumut di Medan.

Kasat Reskrim Polres Samosir, AKP Adi Alfian, pada saat otopsi mengatakan, korban meninggal dalam kondisi tidak wajar. Polres sudah melakukan penyelidikan tetapi hingga kini kasusnya belum terungkap.

Pada 3 Februari lalu, yakni pada saat usia kematiannya mencapai 108 hari, kata Hutabarat, pihak keluarga sempat menyurati dan bahkan berkunjung langsung ke Ditreskrimum Polda Sumut di Medan untuk meminta tanggapan. Ketika itu, penerimaan pihak Polda sangat baik. Namun gerak penyelidikan setelahnya tetap belum menemukan titik terang.  Semua masih gelap, misteri.

“Kami berharap Bapak Kapolda baru Irjen Pol Raden Budi Winarso bermurah hati membantu mempercepat penanganan kasus pembunuhan keponakan saya ini. Keluarga sudah sangat gelisah,” katanya.

Manajer TPL, Tagor Manik, membenarkan peristiwa pembunuhan sadis ini. “Feri  pengawas (mandor) kegiatan pemanenan kayu di sektor Tele. Ia diketahui hilang 13 Oktober tahun lalu. Kita tahu karena almarhum tidak masuk kerja, dan 16 Oktober kita mendampingi keluarga membuat pengaduan di Polres Samosir,” katanya.

Feri dinyatakan hilang 13 Oktober dan baru ditemukan dalam keadaan tewas di kawasan hutan tele, 10 hari kemudian. Kondisinya sangat mengenaskan. Barang-barang korban seperti sepeda motor, dompet dan handphone tidak ditemukan di lokasi kejadian. Tagor memahami tidak mudah mengungkap kasus kematian di kawasan hutan ini. Begitupun, ia berharap polisi bias segera mengungkap kasus tersebut. (rel/mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/