26.7 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Melihat Kondisi Bangunan Sekolah di Sergai

Mejanya Lapuk-lapuk, Dindingnya Mau Tumbang

Pememerintah Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) adalah salah satu kabupaten yang mendapatkan penghargaan tingkat nasional “Anugerah Aksara Madya”  dari Menteri Pendidikan RI beberapa waktu lalu.

Tapi, bukan berarti dunia pendidikan di kabupaten pemekaran ini sepenuhnya patut mendapat penghargaan. Soalnya, masih ada bangunan sekolah yang kondisinya amat sangat memprihatinkan, seperti di Sekolah Dasar (SD) Negeri 102036 di Jalan Gempolan Desa Tapian Nauli, Kecamatan Sei Bamban, Sergai.

Pantauan wartawan koran ini, Jumat (3/2) di sekolah tersebut, terlihat tiang penyangga bangunan sekolah sudah patah dan dikwatirkan akan rubuh atau tumbang. Kondisi ini tentunya sangat mengancam keselamat para murid yang tengah menimba ilmu di sekolah milik pemerinah tersebut.

Bahkan, sebagian besar mobiler sekolah, seperti meja dan kursi yang digunakan siswa, juga sudah lapuk alias dimakan rayap. Padahal, Pemkab Sergai juga menerima dana sebesar  Rp2,7 miliar untuk rehabilitasi dan mobiler 91 sekolah dasar.
Dari enam ruang kelas yang ada di sekolah itu, tiga ruang kelas nyaris rubuh, diantaranya ruang kelas IV, V dan VI. Keiga kelas ini, dihuni 64 siswa dari 120 siswa yang belajar di seklah tersebut.

Sepintas, keceriaan ratusan murid yang masih berumur 6 sampai 9 tahun di sekolah ini, seakan menutupi kecemasan para guru akan keselamatan mereka. Padahal, jika dilihat dari kondisi bangunannya, nyawa para murid di sekolah ini setiap saat dapat terancam.
Di sekeliling bangunan yang nyaris runtuh itu, para siswa bermain dan mendapat pengajaran dari guru-guru mereka. Ketika ditanya kepada siswa apakah mereka tidak takut sekolahnya akan runtuh? Mereka menjawab takut dengan serentak. “Katanya mau dibagusi, kapan pak dibagusinya, dari dulu mau dibagusi tapi tidak juga,” teriak polos siswa kepada wartawan koran ini.

Para guru-guru yang sedang melakukan proses belajar mengajar di sekolah tersebut, tidak banyak berkomentar dengan sekolahnya. “Ya, sekolah ini memang sudah lama kondisinya seperti ini, kadang kalau angin kencang plafon sekolah sudah mulai berbunyi seperti mau runtuh, untuk mengantisipasinya para murid kita suruh keluar,” uangkap para guru disekolah ini minta namanya tidak disebutkan. “Kami hanya berharap adanya perbaikan dengan segera, untuk komentar lebih, kami tidak berani, kami takut,” tambah para guru-guru ini.

Menyikapi hal tersebut, Sekretaris Dinas Pendidikan Sergai Edi Sahputra, yang dikonfirmasi Sumut Pos Jum’at (3/2) mengatakan, sekolah tersebut dalam rehaban, dan itu direhab hanya dua kelas saja. “Untuk rehab selanjutnya, kita harus menunggu anggaran tahun depan,” ketusnya. (mag-16)

Mejanya Lapuk-lapuk, Dindingnya Mau Tumbang

Pememerintah Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) adalah salah satu kabupaten yang mendapatkan penghargaan tingkat nasional “Anugerah Aksara Madya”  dari Menteri Pendidikan RI beberapa waktu lalu.

Tapi, bukan berarti dunia pendidikan di kabupaten pemekaran ini sepenuhnya patut mendapat penghargaan. Soalnya, masih ada bangunan sekolah yang kondisinya amat sangat memprihatinkan, seperti di Sekolah Dasar (SD) Negeri 102036 di Jalan Gempolan Desa Tapian Nauli, Kecamatan Sei Bamban, Sergai.

Pantauan wartawan koran ini, Jumat (3/2) di sekolah tersebut, terlihat tiang penyangga bangunan sekolah sudah patah dan dikwatirkan akan rubuh atau tumbang. Kondisi ini tentunya sangat mengancam keselamat para murid yang tengah menimba ilmu di sekolah milik pemerinah tersebut.

Bahkan, sebagian besar mobiler sekolah, seperti meja dan kursi yang digunakan siswa, juga sudah lapuk alias dimakan rayap. Padahal, Pemkab Sergai juga menerima dana sebesar  Rp2,7 miliar untuk rehabilitasi dan mobiler 91 sekolah dasar.
Dari enam ruang kelas yang ada di sekolah itu, tiga ruang kelas nyaris rubuh, diantaranya ruang kelas IV, V dan VI. Keiga kelas ini, dihuni 64 siswa dari 120 siswa yang belajar di seklah tersebut.

Sepintas, keceriaan ratusan murid yang masih berumur 6 sampai 9 tahun di sekolah ini, seakan menutupi kecemasan para guru akan keselamatan mereka. Padahal, jika dilihat dari kondisi bangunannya, nyawa para murid di sekolah ini setiap saat dapat terancam.
Di sekeliling bangunan yang nyaris runtuh itu, para siswa bermain dan mendapat pengajaran dari guru-guru mereka. Ketika ditanya kepada siswa apakah mereka tidak takut sekolahnya akan runtuh? Mereka menjawab takut dengan serentak. “Katanya mau dibagusi, kapan pak dibagusinya, dari dulu mau dibagusi tapi tidak juga,” teriak polos siswa kepada wartawan koran ini.

Para guru-guru yang sedang melakukan proses belajar mengajar di sekolah tersebut, tidak banyak berkomentar dengan sekolahnya. “Ya, sekolah ini memang sudah lama kondisinya seperti ini, kadang kalau angin kencang plafon sekolah sudah mulai berbunyi seperti mau runtuh, untuk mengantisipasinya para murid kita suruh keluar,” uangkap para guru disekolah ini minta namanya tidak disebutkan. “Kami hanya berharap adanya perbaikan dengan segera, untuk komentar lebih, kami tidak berani, kami takut,” tambah para guru-guru ini.

Menyikapi hal tersebut, Sekretaris Dinas Pendidikan Sergai Edi Sahputra, yang dikonfirmasi Sumut Pos Jum’at (3/2) mengatakan, sekolah tersebut dalam rehaban, dan itu direhab hanya dua kelas saja. “Untuk rehab selanjutnya, kita harus menunggu anggaran tahun depan,” ketusnya. (mag-16)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/