25.6 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Hari Ini, Kapoldasu Beri Bantuan ke Pengungsi Sinabung

Kapoldasu Irjen Pol Paulus Waterpauw.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu), Irjen Pol Paulus Waterpauw merasa prihatin atas bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo. Karenanya, hari ini Kapoldasuingin melihat langsung dari dekat dampak letusan terhadap warga sekitar.

Khusus kepada Sumut Pos dia menyebut, sebagai seorang jendral polisi dan seorang manusia, dia mengaku prihatin dengan yang dialami masyarakat di kawasan Karo yang mengalami dampak letusan Sinabung. Dia memboyong sejumlah pejabat utama Poldasu, Sabtu (5/7) pagi ini, berangkat ke Tanah Karo.

“Saya merasa prihatin dengan kondisi masyarakat di sana. Mereka butuh bantuan dan dukungan. Kedatangan saya rombongan, pejabat Poldasu besok (hari ini) semata-mata untuk meringankan kesulitan saudara-saudara kita,” ungkap Paulus, Jumat (4/7) malam.

Nantinya, di sana dia beserta rombongan akan menyerahkan bantuan kepada masyakat yang mengalami kerugian materil dan harus meninggalkan kampung halamannya. “Memang pada dasarnya ini bukan tugas utamanya Polisi. Jadi ini yang ingin saya tanamkan agar polisi juga harus ikut membantu meringankan beban saudara-saudara kita yang tengah kesusahan. Intinya bekerja dengan hati,” ujar Paulus.

Menjadi ciri khasnya, Paulus merasa perlu untuk mendengar langsung dari masyarakat apa yang mereka perlukan dan harapkan terhadap polisi di sana. “Seperti yang saya bilang tadi, sebagai seorang polisi saya juga seorang manusia, ada beban moral melihat saudara kita yang lain tertimpa bencana. Mudah-mudahan, kehadiran saya di sana nanti berarti besar dan saya akan mendengarkan apa yang diinginkan masyarakat di sekitaran Sinabung,” pungkasnya.

Tak cuma bantuan, dia tentunya mengecek kesiapan personel di sana mengawal dan mengayomi masyarakat yang terdampak erupsi. “Saya juga belum tahu di mana-mana saja yang paling parah, makanya besok saya mau turun langsung ke sana,” ujar Paulus.

Sementara erupsi yang terjadi kemarin, makin menambah panjang riwayat letusan Gunung Sinabung. Sejak 15 September 2013, Gunung Sinabung mengalami erupsi hingga kini. Karena itu, hingga kini dari 127 gunung api aktif di Indonesia, Sinabung menjadi satu-satunya gunung dengan status awas.

Seorang peneliti,  Matteo Lupi dalam papernya menilai, Gunung Sinabung merupakan salah satu dari banyak gunung berapi yang berada di wilayah subduksi Sumatera di Laut India. Wilayah ini merupakan bagian dari Cincin Api, sebuah lokasi geologi yang sangat aktif. Kaldera di Danau Toba, yang terletak 40 kilometer dari tenggara Gunung Sinabung, merupakan lokasi dari erupsi supervulkanik di bumi, yang terjadi 75.000 tahun lalu.

Relawan Bencana, Ma’rufin Sudibyo menuturkan, sebuah studi yang dituliskan peneliti Matteo Lupi dan Stephen Miller menunjukkan, kemungkinan hubungan antara rangkaian gempa di Sumatera dengan aktifnya kembali Gunung Sinabung setelah terlelap 1.200 tahun.

Dalam papernya tersebut, dijelaskan Gunung Sinabung kemungkinan aktif kembali karena imbas dari gempa gempa akbar Simeulue-Nias 28 Maret 2005 dengan magnitude 8,7 skala richter, kemudian disusul gempa akbar berganda Mentawai-Enggano 12 September 2007 dengan magnitude 7,9 dan 8,4 skala richter.

Rentetan gempa tersebut yang disusul sejumlah gempa darat di berbagai titik dalam sistem patahan besar Sumatera menyebabkan tegasan (stress) yang selama ini menekan dan menyungkup dapur magma Sinabung melemah. Akibat pelemahan itu, memungkinkan magma bermigrasi ke atas melewati retakan-retakan baru yang terbentuk hingga akhirnya meluap dari puncak.

Ma’rufin menjelaskan, letusan gunung berapi khususnya erupsi magmatik akan berhenti bila tekanan magma segarnya sudah tidak sanggup lagi mendorong magma keluar menuju permukaan Bumi.

“Jadi bukan soal habis tidaknya magmanya (gunung berapi). Kalaupun masih ada magma segar di dalam kantung magma sebuah vulkan, tapi tekanannya sudah cukup lemah ya letusan akan berhenti,” katanya.

Dalam kasus Gunung Sinabung, kata Ma’rufin, tekanan terhadap magma segar bisa dilihat, salah satunya melalui kejadian-kejadian gempa vulkanik dalam dan dangkal di sekitar gunung. “Dalam kasus Sinabung masih tinggi, artinya masih ada tekanan kuat yang mendorong magma segar ke atas hingga kini,” kata dia.

Tim Tanggap Darurat Gunung Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, telah terjadi luncuran awan panas sebanyak 19 kali, Rabu 2 Agustus 2017. Selain itu, tercatat tingginya awan panas dengan tertinggi 4,5 kilometer. Kemudian, abu vulkanik tertinggi 4,2 kilometer. Dengan Arah guguran awan panas ke Tenggara-Timur, ke arah Sigarang Garang, Sukanalu dan Gamber. (dvs/adz)

Kapoldasu Irjen Pol Paulus Waterpauw.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu), Irjen Pol Paulus Waterpauw merasa prihatin atas bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo. Karenanya, hari ini Kapoldasuingin melihat langsung dari dekat dampak letusan terhadap warga sekitar.

Khusus kepada Sumut Pos dia menyebut, sebagai seorang jendral polisi dan seorang manusia, dia mengaku prihatin dengan yang dialami masyarakat di kawasan Karo yang mengalami dampak letusan Sinabung. Dia memboyong sejumlah pejabat utama Poldasu, Sabtu (5/7) pagi ini, berangkat ke Tanah Karo.

“Saya merasa prihatin dengan kondisi masyarakat di sana. Mereka butuh bantuan dan dukungan. Kedatangan saya rombongan, pejabat Poldasu besok (hari ini) semata-mata untuk meringankan kesulitan saudara-saudara kita,” ungkap Paulus, Jumat (4/7) malam.

Nantinya, di sana dia beserta rombongan akan menyerahkan bantuan kepada masyakat yang mengalami kerugian materil dan harus meninggalkan kampung halamannya. “Memang pada dasarnya ini bukan tugas utamanya Polisi. Jadi ini yang ingin saya tanamkan agar polisi juga harus ikut membantu meringankan beban saudara-saudara kita yang tengah kesusahan. Intinya bekerja dengan hati,” ujar Paulus.

Menjadi ciri khasnya, Paulus merasa perlu untuk mendengar langsung dari masyarakat apa yang mereka perlukan dan harapkan terhadap polisi di sana. “Seperti yang saya bilang tadi, sebagai seorang polisi saya juga seorang manusia, ada beban moral melihat saudara kita yang lain tertimpa bencana. Mudah-mudahan, kehadiran saya di sana nanti berarti besar dan saya akan mendengarkan apa yang diinginkan masyarakat di sekitaran Sinabung,” pungkasnya.

Tak cuma bantuan, dia tentunya mengecek kesiapan personel di sana mengawal dan mengayomi masyarakat yang terdampak erupsi. “Saya juga belum tahu di mana-mana saja yang paling parah, makanya besok saya mau turun langsung ke sana,” ujar Paulus.

Sementara erupsi yang terjadi kemarin, makin menambah panjang riwayat letusan Gunung Sinabung. Sejak 15 September 2013, Gunung Sinabung mengalami erupsi hingga kini. Karena itu, hingga kini dari 127 gunung api aktif di Indonesia, Sinabung menjadi satu-satunya gunung dengan status awas.

Seorang peneliti,  Matteo Lupi dalam papernya menilai, Gunung Sinabung merupakan salah satu dari banyak gunung berapi yang berada di wilayah subduksi Sumatera di Laut India. Wilayah ini merupakan bagian dari Cincin Api, sebuah lokasi geologi yang sangat aktif. Kaldera di Danau Toba, yang terletak 40 kilometer dari tenggara Gunung Sinabung, merupakan lokasi dari erupsi supervulkanik di bumi, yang terjadi 75.000 tahun lalu.

Relawan Bencana, Ma’rufin Sudibyo menuturkan, sebuah studi yang dituliskan peneliti Matteo Lupi dan Stephen Miller menunjukkan, kemungkinan hubungan antara rangkaian gempa di Sumatera dengan aktifnya kembali Gunung Sinabung setelah terlelap 1.200 tahun.

Dalam papernya tersebut, dijelaskan Gunung Sinabung kemungkinan aktif kembali karena imbas dari gempa gempa akbar Simeulue-Nias 28 Maret 2005 dengan magnitude 8,7 skala richter, kemudian disusul gempa akbar berganda Mentawai-Enggano 12 September 2007 dengan magnitude 7,9 dan 8,4 skala richter.

Rentetan gempa tersebut yang disusul sejumlah gempa darat di berbagai titik dalam sistem patahan besar Sumatera menyebabkan tegasan (stress) yang selama ini menekan dan menyungkup dapur magma Sinabung melemah. Akibat pelemahan itu, memungkinkan magma bermigrasi ke atas melewati retakan-retakan baru yang terbentuk hingga akhirnya meluap dari puncak.

Ma’rufin menjelaskan, letusan gunung berapi khususnya erupsi magmatik akan berhenti bila tekanan magma segarnya sudah tidak sanggup lagi mendorong magma keluar menuju permukaan Bumi.

“Jadi bukan soal habis tidaknya magmanya (gunung berapi). Kalaupun masih ada magma segar di dalam kantung magma sebuah vulkan, tapi tekanannya sudah cukup lemah ya letusan akan berhenti,” katanya.

Dalam kasus Gunung Sinabung, kata Ma’rufin, tekanan terhadap magma segar bisa dilihat, salah satunya melalui kejadian-kejadian gempa vulkanik dalam dan dangkal di sekitar gunung. “Dalam kasus Sinabung masih tinggi, artinya masih ada tekanan kuat yang mendorong magma segar ke atas hingga kini,” kata dia.

Tim Tanggap Darurat Gunung Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, telah terjadi luncuran awan panas sebanyak 19 kali, Rabu 2 Agustus 2017. Selain itu, tercatat tingginya awan panas dengan tertinggi 4,5 kilometer. Kemudian, abu vulkanik tertinggi 4,2 kilometer. Dengan Arah guguran awan panas ke Tenggara-Timur, ke arah Sigarang Garang, Sukanalu dan Gamber. (dvs/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/