27.8 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Pengungsi Gantian Pakai Bilik Asmara

Erupsi Sinabung selama empat bulan ini tidak hanya menelan korban jiwa dan kerugian material yang tidak sedikit. Kejiwaan pengungsi juga mengalami tekanan, misalnya mengalami trauma. Selain itu, bagi pasang suami istri, hasrat bilogis pun tersendat. Maka, ketika pemerintah menyediakan bilik asmara, pengungsi langsung memanfaatkan fasilitas tersebut.

Bilik asmara Sinabung
Bilik asmara Sinabung

Hal dapat terlihat di posko pengungsian di Desa Telagah Kecamatan  Seibingai-Langkat. Pemerintah setempat menyediakan dua bilik asmara berupa tenda berbentuk keong. Bilik asmara ini diperuntukkan bagi 223 KK. Tidak diketahui persis siapa deklarator ataupun pemberi instruksi mendirikan 2 bilik asmara itu, namun keberadaannya mendapat sambutan hangat pengungsi berstatus pasutri. Biasanya,  sebelum menggunakan bilik setiap pasangan akan melapor ke petugas atau koordinator Posko sehingga penggunaannya dilakukan bergantian.

Untuk menghindari penyalahgunaan pemakaian di posko yang menampung 726 jiwa itu, bilik berwarna biru yang berjarak sekitar 10 hingga 15 meter dari camp pengungsian ini dijaga relawan. Makanya, bagi yang bukan pasangan suami istri jangan pernah berkhayal menggunakannya.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Langkat, Iwan Syahri, ketika dihubungi Sumut Pos, Rabu (5/2), mengenai bilik tersebut membenarkan tenda dimaksud milik BPBD. Pengaktifannya dilalui dengan perencanaan sebelumnya karena dinilai bahagian kebutuhan dan cukup manusiawi.

“Sebelum tenda atau bilik itu kita aktifkan, memang sudah direncanakan dahulu sebelumnya. Dasarnya sederhana hanya kemanusiaan saja, makanya kita awasi betul dalam pemakaiannya,” tukas Iwan.

Terhambat Sikap Labil Karo Jambi

Dari Karo, relokasi penduduk yang berada di zona merah gunung api Sinabung masih terhalang sikap tidak pasti dari Pemkab Karo.Idealnya, jika ingin cepat Bupati Karo Kena Ukur Karo Jambi Surbakti secepatnya memastikan di mana titik baru perpindahan penduduk. Sejauh ini, dengan ketidakpastian dimana titik relokasi itu akan dibuat sudah banyak menimbulkan persepsi di tengah tengah rakyat. Apalagi setelahnya muncul anggapan kalau dalam penentuan lahan baru ini ada keinginan beberapa pihak memanfaatkannya guna kepentingan pribadi menarik keuntungan dari jual beli lahan yang nantinya akan dijadikan tempat hunian baru bagi warga Desa Sukameriah Kecamatan Payung dan Bekerah-Simacem- Sukanalu-Sigaranggarang Kecamatan Namanteran.

“Bupati harus cepat menentukan dimana lahannya sekarang karena ini punya dampak jika diperlama. Hanya kita akan tetap usulkan agar dalam pemberian hunian baru itu tetap mengacu kepada ketersediaan lahan pertanian,” ujar peneliti dari lembaga sosial Lentera Karo,Medi Juna Sembiring.

Di lain pihak kebingungan Bupati Karo menentukan areal hunian baru bagi sekitar 900-an kk penduduk asal desa yang berada di radius 3 km dari Sinabung ini juga dipandang aneh. Pasalnya, sebagai kepala daerah, harusnya dia dapat cepat melihat tata wilayahnya. Karo Jambi juga diminta untuk tidak terlalu terpaku dengan alasan relokasi kali ini akan memungkinkan warga tetap dekat dengan lahan pertaniannya selama ini.  “Kalau itu yang jadi acuan sudah barang tentu daerah yang dipilih berada di sekitar Kecamatan Simpang Empat atau jalan tembus Karo-Langkat Kecamatan Namanteran,” tambah peneliti kebencanaan dan paska bencana dari Source of Indonesia, Darma Lubis.

Penilaian Darma ini keluar dengan mengacu kepada beberapa pengalaman di lokasi bencana gunung api seperti Merapi yang tingkatan rawannya pernah mencapai hingga radius 15 km. Sehingga dalam penentuan relokasi lebih layak dilangsungkan pada jarak yang relatif aman agar hal ini tidak berulang-ulang. Apalagi, sebenarnya Pemkab Karo memiliki cadangan lahan di beberapa tempat. “Kalau tidak salah Pemkab punya lahan di Desa Nagara yang pada zaman Bupati Karo dijabat Sinar Perangin angin telah dibeli Pemkab. Dengan luasan diatas 40 hektare, ini harusnya jadi titik awal keputusan agar dana yang lain dapat digunakan untuk kepentingan pencarian lahan tambahan, “ terang Darma.

Sebelumnya, sempat tercetus kalau relokasi warga dari zona merah Sinabung salah satunya akan dilakukan di Desa Perteguhan Kecamatan Simpang Empat. Namun, dengan keadaan desa yang terjepit dan lahan yang tidak begitu luas hal itu sangat tidak mungkin. Kepala Desa Perteguhan, Jeremia Bangun, pun hal itu tak mungkin. “Kita belum ada dikabari soal itu, tetapi ini sungguh sulit terealisasi karena masyarakat pasti menolak. Lahan pertanian kita juga tidak begitu banyak, “ paparnya.

Pasar Kabanjahe Direlokasi

Permasalahan relokasi bagi pengungsi SInabung belum juga tuntas. Mendadak pemerintah membuat keputusan baru lagi. Pasar Kabanjahe yang terkena imbas juga akan direlokasi. Dan, dana Rp900 juta telah disiapkan untuk rencana itu.

Hal ini diungkapkan Deputi Pengembangan Dan Restrukturisasi Kementerian Koperasi dan UKM Braman Setyo. Dia mengatakan lahan baru untuk relokasi pasar seluas sekitar 700 meter persegi sudah disiapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo. Namun, Braman tidak menyebutkan lahan mana yang dimaksud. Pembangunan pasar ini ditargetkan kelar dalam dua bulan mendatang. Relokasi ini sebagai bagian dari solusi meringankan beban pedagang yan mengalami kerugian akibat terdampak erupsi Sinabung. Sekaligus, untuk menggeliatkan lagi roda perekonomian rakyat.

“Sebagian pengungsi kan pekerjaannya bertani. Jika memang ada yang akan menjual hasil taninya, tentu mereka butuh pasar tradisional ini,” katanya. Selain itu, empat koperasi yang ada di Karo juga akan mendapatkan kucuran dana bantuan, masing-masing sebesar Rp50 Juta.

Evakuasi Dihentikan

Di sisi lain, secara resmi, Badan SAR Nasional (Basarnas) menyatakan mennghentikan upaya  evakuasi untuk menelisik kemungkinan masih adanya korban erupsi Gunung Sinabung. Langkah penghentian evakuasi berdasar rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang menyimpulkan Gunung Sinabung masih sangat membahayakan.

“Sehubungan dengan aktivitas Sinabung sampai saat ini masih tinggi, Pusat Vulkanologi merekomendasikan untuk tidak masuk dulu ke wilayah Sukameriah untuk evakuasi,” ujar Direktur Operasi dan Latihan Basarnas Brigjen TNI Tatang Zainuddin saat memberikan keterangan pers di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta Pusat, kemarin (5/2).

Upaya evakuasi akan dilanjutkan jika sudah ada pernyataan dari PVMBG bahwa Sinabung erupsinya mulai reda.  “Jadi sampai situasi aman, baru kami lakukan pencarian lagi,” lanjut Tatang. Itu alasan pertama.

Alasan kedua, kata Tatang, hingga kemarin belum ada laporan warga yang mengaku kehilangan  sanak-saudaranya yang hilang di zona bahaya. “Kami belum mendapat laporan lagi sejauh ini jika ada pengungsi yang hilang,” kata Tatang. (nng/smg/jie/sam/rbb)

Erupsi Sinabung selama empat bulan ini tidak hanya menelan korban jiwa dan kerugian material yang tidak sedikit. Kejiwaan pengungsi juga mengalami tekanan, misalnya mengalami trauma. Selain itu, bagi pasang suami istri, hasrat bilogis pun tersendat. Maka, ketika pemerintah menyediakan bilik asmara, pengungsi langsung memanfaatkan fasilitas tersebut.

Bilik asmara Sinabung
Bilik asmara Sinabung

Hal dapat terlihat di posko pengungsian di Desa Telagah Kecamatan  Seibingai-Langkat. Pemerintah setempat menyediakan dua bilik asmara berupa tenda berbentuk keong. Bilik asmara ini diperuntukkan bagi 223 KK. Tidak diketahui persis siapa deklarator ataupun pemberi instruksi mendirikan 2 bilik asmara itu, namun keberadaannya mendapat sambutan hangat pengungsi berstatus pasutri. Biasanya,  sebelum menggunakan bilik setiap pasangan akan melapor ke petugas atau koordinator Posko sehingga penggunaannya dilakukan bergantian.

Untuk menghindari penyalahgunaan pemakaian di posko yang menampung 726 jiwa itu, bilik berwarna biru yang berjarak sekitar 10 hingga 15 meter dari camp pengungsian ini dijaga relawan. Makanya, bagi yang bukan pasangan suami istri jangan pernah berkhayal menggunakannya.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Langkat, Iwan Syahri, ketika dihubungi Sumut Pos, Rabu (5/2), mengenai bilik tersebut membenarkan tenda dimaksud milik BPBD. Pengaktifannya dilalui dengan perencanaan sebelumnya karena dinilai bahagian kebutuhan dan cukup manusiawi.

“Sebelum tenda atau bilik itu kita aktifkan, memang sudah direncanakan dahulu sebelumnya. Dasarnya sederhana hanya kemanusiaan saja, makanya kita awasi betul dalam pemakaiannya,” tukas Iwan.

Terhambat Sikap Labil Karo Jambi

Dari Karo, relokasi penduduk yang berada di zona merah gunung api Sinabung masih terhalang sikap tidak pasti dari Pemkab Karo.Idealnya, jika ingin cepat Bupati Karo Kena Ukur Karo Jambi Surbakti secepatnya memastikan di mana titik baru perpindahan penduduk. Sejauh ini, dengan ketidakpastian dimana titik relokasi itu akan dibuat sudah banyak menimbulkan persepsi di tengah tengah rakyat. Apalagi setelahnya muncul anggapan kalau dalam penentuan lahan baru ini ada keinginan beberapa pihak memanfaatkannya guna kepentingan pribadi menarik keuntungan dari jual beli lahan yang nantinya akan dijadikan tempat hunian baru bagi warga Desa Sukameriah Kecamatan Payung dan Bekerah-Simacem- Sukanalu-Sigaranggarang Kecamatan Namanteran.

“Bupati harus cepat menentukan dimana lahannya sekarang karena ini punya dampak jika diperlama. Hanya kita akan tetap usulkan agar dalam pemberian hunian baru itu tetap mengacu kepada ketersediaan lahan pertanian,” ujar peneliti dari lembaga sosial Lentera Karo,Medi Juna Sembiring.

Di lain pihak kebingungan Bupati Karo menentukan areal hunian baru bagi sekitar 900-an kk penduduk asal desa yang berada di radius 3 km dari Sinabung ini juga dipandang aneh. Pasalnya, sebagai kepala daerah, harusnya dia dapat cepat melihat tata wilayahnya. Karo Jambi juga diminta untuk tidak terlalu terpaku dengan alasan relokasi kali ini akan memungkinkan warga tetap dekat dengan lahan pertaniannya selama ini.  “Kalau itu yang jadi acuan sudah barang tentu daerah yang dipilih berada di sekitar Kecamatan Simpang Empat atau jalan tembus Karo-Langkat Kecamatan Namanteran,” tambah peneliti kebencanaan dan paska bencana dari Source of Indonesia, Darma Lubis.

Penilaian Darma ini keluar dengan mengacu kepada beberapa pengalaman di lokasi bencana gunung api seperti Merapi yang tingkatan rawannya pernah mencapai hingga radius 15 km. Sehingga dalam penentuan relokasi lebih layak dilangsungkan pada jarak yang relatif aman agar hal ini tidak berulang-ulang. Apalagi, sebenarnya Pemkab Karo memiliki cadangan lahan di beberapa tempat. “Kalau tidak salah Pemkab punya lahan di Desa Nagara yang pada zaman Bupati Karo dijabat Sinar Perangin angin telah dibeli Pemkab. Dengan luasan diatas 40 hektare, ini harusnya jadi titik awal keputusan agar dana yang lain dapat digunakan untuk kepentingan pencarian lahan tambahan, “ terang Darma.

Sebelumnya, sempat tercetus kalau relokasi warga dari zona merah Sinabung salah satunya akan dilakukan di Desa Perteguhan Kecamatan Simpang Empat. Namun, dengan keadaan desa yang terjepit dan lahan yang tidak begitu luas hal itu sangat tidak mungkin. Kepala Desa Perteguhan, Jeremia Bangun, pun hal itu tak mungkin. “Kita belum ada dikabari soal itu, tetapi ini sungguh sulit terealisasi karena masyarakat pasti menolak. Lahan pertanian kita juga tidak begitu banyak, “ paparnya.

Pasar Kabanjahe Direlokasi

Permasalahan relokasi bagi pengungsi SInabung belum juga tuntas. Mendadak pemerintah membuat keputusan baru lagi. Pasar Kabanjahe yang terkena imbas juga akan direlokasi. Dan, dana Rp900 juta telah disiapkan untuk rencana itu.

Hal ini diungkapkan Deputi Pengembangan Dan Restrukturisasi Kementerian Koperasi dan UKM Braman Setyo. Dia mengatakan lahan baru untuk relokasi pasar seluas sekitar 700 meter persegi sudah disiapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo. Namun, Braman tidak menyebutkan lahan mana yang dimaksud. Pembangunan pasar ini ditargetkan kelar dalam dua bulan mendatang. Relokasi ini sebagai bagian dari solusi meringankan beban pedagang yan mengalami kerugian akibat terdampak erupsi Sinabung. Sekaligus, untuk menggeliatkan lagi roda perekonomian rakyat.

“Sebagian pengungsi kan pekerjaannya bertani. Jika memang ada yang akan menjual hasil taninya, tentu mereka butuh pasar tradisional ini,” katanya. Selain itu, empat koperasi yang ada di Karo juga akan mendapatkan kucuran dana bantuan, masing-masing sebesar Rp50 Juta.

Evakuasi Dihentikan

Di sisi lain, secara resmi, Badan SAR Nasional (Basarnas) menyatakan mennghentikan upaya  evakuasi untuk menelisik kemungkinan masih adanya korban erupsi Gunung Sinabung. Langkah penghentian evakuasi berdasar rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang menyimpulkan Gunung Sinabung masih sangat membahayakan.

“Sehubungan dengan aktivitas Sinabung sampai saat ini masih tinggi, Pusat Vulkanologi merekomendasikan untuk tidak masuk dulu ke wilayah Sukameriah untuk evakuasi,” ujar Direktur Operasi dan Latihan Basarnas Brigjen TNI Tatang Zainuddin saat memberikan keterangan pers di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta Pusat, kemarin (5/2).

Upaya evakuasi akan dilanjutkan jika sudah ada pernyataan dari PVMBG bahwa Sinabung erupsinya mulai reda.  “Jadi sampai situasi aman, baru kami lakukan pencarian lagi,” lanjut Tatang. Itu alasan pertama.

Alasan kedua, kata Tatang, hingga kemarin belum ada laporan warga yang mengaku kehilangan  sanak-saudaranya yang hilang di zona bahaya. “Kami belum mendapat laporan lagi sejauh ini jika ada pengungsi yang hilang,” kata Tatang. (nng/smg/jie/sam/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/