30 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Gadis Ini Jadi Suka Makan Kulit Bekas Luka

Foto: Gibson/PM Maria Panjaitan dengan luka-luka di punggungnya, ditemani tantenya, Lince Nainggolan saat visum di RS Bhayangkara Medan.
Foto: Gibson/PM
Maria Panjaitan dengan luka-luka di punggungnya, ditemani tantenya, Lince Nainggolan saat visum di RS Bhayangkara Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Selain luka fisik, penyiksaan selama bertahun-tahun membuat kejiwaan Maria Cristina Natalia Panjaitan (28) terguncang hingga kerap bertindak tak normal. Gadis ini jadi suka makan kulit bekas lukanya.

Kebiasaan tak lazim itu terungkap Rabu (4/2) siang ketika wartawan menyambangi rumah ibu tirinya, Setiana br Siahaan di Jalan Selam IV, No. 42, Kel. Tegal Sari Mandala I, Kec. Medan Denai.

Di rumah tersebut, wartawan bertemu dengan Eko Panjaitan yang tak lain adalah adik kandung Maria. Diakuinya, korban memang beberapa kali dilihatnya dianiaya ibu tiri mereka.

Hanya saja, kata Eko, penganiayaan tersebut tidak sekeji seperti yang disampaikan keluarga mereka yang berada di Sidamanik, Simalungun. “Ada pemukulannya. Tapi tidak seperti yang diceritakan mereka. Mereka terlampau memojokkan keluarga di sini,” sebutnya.

Diceritakannya, pemukulan terhadap kakaknya bukan tanpa sebab. Maria beberapa kali ketahuan mencuri sehingga membuat keluarga, khususnya ibu tiri mereka kesal.

“Siapa yang nggak kesal bang? Dia suka mencuri meski sudah sering dinasehati. Nggak tahu kenapa, semua nasehat itu tidak pernah digubrisnya,” kata Eko.

Lanjutnya, selama tinggal bersama, dia melihat kelakuan kakaknya sangat aneh. Walau telah diberi makan banyak, korban tetap kelaparan. Untuk memuaskan lapar itu, tak jarang Maria mencuri makanan saat seluruh keluarga tidur.

“Pada 30 Januari itu misalnya, dia (Maria) menghabiskan bakso sampai 2 mangkok. Malamnya dia minta makan lagi. Kami memergokinya mengambil nasi dari magic jar, makanya kami ikat tangannya,” ungkap Eko.

Masih di malam yang sama, meski tangannya diikat, Maria tetap berusaha mengambil makanan dari lemari dengan menggeser meja. Tapi tidak tahu kenapa, meja itu patah.

Patahnya meja diketahui keluarga pada Sabtu (31/1) pagi. Ketika ditanya ibu tiri mereka, Maria menyebutkan kalau meja itu patah karena dinaiki kucing. “Kan tidak logis bang. Memangnya berapa banyak kucing yang naiki meja itu makanya patah,” kesalnya.

“Karena jatuh dari meja, kaki kakakku pincang. Gara-gara itu, kami dimarahi bapak. Kesannya bapak berpikiran kami menyiksa dia. Padahal enggak. Bapak sama mamak pun jadi berantam gara-gara itu,” bebernya.

Foto: Rano K Hutasoit/Metro Siantar/JPNN Maria Christina Pandjaitan menangis histeris, ketika ditemui di kediaman kakak sepupunya di Kelurahan Sarimatondang, Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara, Rabu (4/2).
Foto: Rano K Hutasoit/Metro Siantar/JPNN
Maria Christina Pandjaitan menangis histeris, ketika ditemui di kediaman kakak sepupunya di Kelurahan Sarimatondang, Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara, Rabu (4/2).

Tak ingin kejadian serupa terjadi, mereka mengikat kaki dan tangan Maria sebelum tidur. Melihat itu, ayah mereka kembali bertengkar dengan ibu tiri mereka. “Siap itu lah bang, baru dia dibawa ke sana (Sidamanik),” tungkasnya.

Terlepas dari itu, Eko mengaku sangat menyesalkan tindakan keluarganya yang lepas tangan ketika beberapa waktu lalu Maria diperkosa di Sidikalang.

“Apa rupanya yang sudah mereka (keluarga di Sidikalang) lakukan untuk kakakku. Sampai sekarang mereka tidak melaporkan pemerkosaan itu ke Polisi. Mereka mengungkap penganiayaan ini karena sakit hati. Karena tahun 2001 lalu, bapak memarahi mereka,” ketus Eko.

Diceritakannya, tahun 2001 silam, Diana Sagala mendatangi rumah mereka di Sibolga. Saat itu Diana mau minta uang kepada ayah mereka untuk menebus harta peninggalan oppung mereka.

“Waktu itu banyak ngasih uang untuk menebus warisan yang mereka gadaikan. Sebagai bukti telah dibayar, bapak meminta surat tanahnya. Belakangan terungkap kalau tanah itu ternyata dijual, makanya bapak memaki-maki mereka. Itulah makanya mereka sakit hati,” kenangnya.

Kembali ke Maria, Eko memastikan kalau penganiayaan terhadap kakaknya tersebut tidak sampai 9 tahun. Sebab Maria tinggal bersama mereka sejak tahun 2011 silam.

“2011 lalu, aku yang menjemput kakak dari kampung. Waktu itu, pakaian kakakku sangat kusam dan tidak layak pakai. Mereka itu yang sudah nyiksa Maria,” yakinnya.

Tambah Eko, kelakuan Maria yang suka mencengangkan keluarga adalah tingkahnya yang suka memakan kulit bekas lukanya.

“Luka yang uda dikupeknya dimakaninya bang. Aneh tingkahnya. Jadi, bagusnya dibawa dia itu ke psikiater. Biar tahu kita gimana sebenarnya kelakuannya itu. Soalnya, awalnya lukanya itu kecil bang,” pungkasnya. (ts/ind/ras)

Foto: Gibson/PM Maria Panjaitan dengan luka-luka di punggungnya, ditemani tantenya, Lince Nainggolan saat visum di RS Bhayangkara Medan.
Foto: Gibson/PM
Maria Panjaitan dengan luka-luka di punggungnya, ditemani tantenya, Lince Nainggolan saat visum di RS Bhayangkara Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Selain luka fisik, penyiksaan selama bertahun-tahun membuat kejiwaan Maria Cristina Natalia Panjaitan (28) terguncang hingga kerap bertindak tak normal. Gadis ini jadi suka makan kulit bekas lukanya.

Kebiasaan tak lazim itu terungkap Rabu (4/2) siang ketika wartawan menyambangi rumah ibu tirinya, Setiana br Siahaan di Jalan Selam IV, No. 42, Kel. Tegal Sari Mandala I, Kec. Medan Denai.

Di rumah tersebut, wartawan bertemu dengan Eko Panjaitan yang tak lain adalah adik kandung Maria. Diakuinya, korban memang beberapa kali dilihatnya dianiaya ibu tiri mereka.

Hanya saja, kata Eko, penganiayaan tersebut tidak sekeji seperti yang disampaikan keluarga mereka yang berada di Sidamanik, Simalungun. “Ada pemukulannya. Tapi tidak seperti yang diceritakan mereka. Mereka terlampau memojokkan keluarga di sini,” sebutnya.

Diceritakannya, pemukulan terhadap kakaknya bukan tanpa sebab. Maria beberapa kali ketahuan mencuri sehingga membuat keluarga, khususnya ibu tiri mereka kesal.

“Siapa yang nggak kesal bang? Dia suka mencuri meski sudah sering dinasehati. Nggak tahu kenapa, semua nasehat itu tidak pernah digubrisnya,” kata Eko.

Lanjutnya, selama tinggal bersama, dia melihat kelakuan kakaknya sangat aneh. Walau telah diberi makan banyak, korban tetap kelaparan. Untuk memuaskan lapar itu, tak jarang Maria mencuri makanan saat seluruh keluarga tidur.

“Pada 30 Januari itu misalnya, dia (Maria) menghabiskan bakso sampai 2 mangkok. Malamnya dia minta makan lagi. Kami memergokinya mengambil nasi dari magic jar, makanya kami ikat tangannya,” ungkap Eko.

Masih di malam yang sama, meski tangannya diikat, Maria tetap berusaha mengambil makanan dari lemari dengan menggeser meja. Tapi tidak tahu kenapa, meja itu patah.

Patahnya meja diketahui keluarga pada Sabtu (31/1) pagi. Ketika ditanya ibu tiri mereka, Maria menyebutkan kalau meja itu patah karena dinaiki kucing. “Kan tidak logis bang. Memangnya berapa banyak kucing yang naiki meja itu makanya patah,” kesalnya.

“Karena jatuh dari meja, kaki kakakku pincang. Gara-gara itu, kami dimarahi bapak. Kesannya bapak berpikiran kami menyiksa dia. Padahal enggak. Bapak sama mamak pun jadi berantam gara-gara itu,” bebernya.

Foto: Rano K Hutasoit/Metro Siantar/JPNN Maria Christina Pandjaitan menangis histeris, ketika ditemui di kediaman kakak sepupunya di Kelurahan Sarimatondang, Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara, Rabu (4/2).
Foto: Rano K Hutasoit/Metro Siantar/JPNN
Maria Christina Pandjaitan menangis histeris, ketika ditemui di kediaman kakak sepupunya di Kelurahan Sarimatondang, Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara, Rabu (4/2).

Tak ingin kejadian serupa terjadi, mereka mengikat kaki dan tangan Maria sebelum tidur. Melihat itu, ayah mereka kembali bertengkar dengan ibu tiri mereka. “Siap itu lah bang, baru dia dibawa ke sana (Sidamanik),” tungkasnya.

Terlepas dari itu, Eko mengaku sangat menyesalkan tindakan keluarganya yang lepas tangan ketika beberapa waktu lalu Maria diperkosa di Sidikalang.

“Apa rupanya yang sudah mereka (keluarga di Sidikalang) lakukan untuk kakakku. Sampai sekarang mereka tidak melaporkan pemerkosaan itu ke Polisi. Mereka mengungkap penganiayaan ini karena sakit hati. Karena tahun 2001 lalu, bapak memarahi mereka,” ketus Eko.

Diceritakannya, tahun 2001 silam, Diana Sagala mendatangi rumah mereka di Sibolga. Saat itu Diana mau minta uang kepada ayah mereka untuk menebus harta peninggalan oppung mereka.

“Waktu itu banyak ngasih uang untuk menebus warisan yang mereka gadaikan. Sebagai bukti telah dibayar, bapak meminta surat tanahnya. Belakangan terungkap kalau tanah itu ternyata dijual, makanya bapak memaki-maki mereka. Itulah makanya mereka sakit hati,” kenangnya.

Kembali ke Maria, Eko memastikan kalau penganiayaan terhadap kakaknya tersebut tidak sampai 9 tahun. Sebab Maria tinggal bersama mereka sejak tahun 2011 silam.

“2011 lalu, aku yang menjemput kakak dari kampung. Waktu itu, pakaian kakakku sangat kusam dan tidak layak pakai. Mereka itu yang sudah nyiksa Maria,” yakinnya.

Tambah Eko, kelakuan Maria yang suka mencengangkan keluarga adalah tingkahnya yang suka memakan kulit bekas lukanya.

“Luka yang uda dikupeknya dimakaninya bang. Aneh tingkahnya. Jadi, bagusnya dibawa dia itu ke psikiater. Biar tahu kita gimana sebenarnya kelakuannya itu. Soalnya, awalnya lukanya itu kecil bang,” pungkasnya. (ts/ind/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/