30 C
Medan
Saturday, April 27, 2024

Ayah Kandung: Cerai Pun Jadi…

Foto: Gibson/PM Maria Panjaitan saat membuat visum di RS Bhayangkara Medan. Ia menderita akibat disiksa ibu tirinya.
Foto: Gibson/PM
Maria Panjaitan saat membuat visum di RS Bhayangkara Medan. Ia menderita akibat disiksa ibu tirinya.

SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Penganiayaan yang dialami Maria Cristina Natalia Panjaitan (28) dari ibu tirinya, ternyata tidak hanya diketahui keluarganya, tetapi juga diketahui teman-teman seprofesi Richard Panjaitan (59), ayah Maria.

Karena iba dengan penderitaan korban, beberapa rekannya sesama guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Sibolga, bahkan kerap menyarankan Richard agar menceraikan istri keduanya.

Itu diungkap salah seorang guru, ketika ditemui wartawan di SMKN 3 Sibolga. Sambil menunggu Richard, ayah korban, guru yang tidak ingin namanya dipublikasikan tersebut mengaku sangat mengenal kehidupan Richard.

Diceritakannya, tahun 90-an Richard dan istri pertamanya Boru Nainggolan tinggal di Pandan dekat komplek BTN. Setelah istrinya meninggal akibat leukemia atau kanker darah, Richard pun menikahi Setiana.

Sekitar tahun 2000-an, kejadian pertama terjadi. Setiana menyetrika tubuh Maria. Atas perbuatannya itu, warga sekitar melaporkan Setiana ke polisi. Tidak hanya melaporkan, wanita tersebut juga diusir dari kompleks dan pergi ke Medan.

Pasca kejadian itu, Richard disarankan agar memperhatikan kelakuan istrinya atas Maria. Namun kenyataannya, kejadian yang sama terulang kembali.

Karena istri dan anak-anaknya tinggal di Medan, lanjut sumber, Richard selalu menyempatkan diri ke Medan walau hanya sekedar mengantar uang belanja. Terkadang, bila tidak punya uang, Richard tidak sungkan minjam kepada rekan-rekannya.

“Kadang sekali seminggu, kadang sekali dua minggu, tergantung uang. Dia nggak bisa pulang kalau gak ada uang. Mungkin istrinya marah, terpaksa terkadang ia minjam uang dari kawan-kawan untuk bisa berangkat ke Medan,” beber sumber.

Karena tuntutan itu pula, Richard tidak langsung pulang ke rumah meski telah selesai mengajar. Ayah tiga anak tersebut nyambi menjadi sopir serap Angkot. “Nyerap angkot lah di Kalangan. Kalau nggak gitu, darimana lagi untuk memenuhi tuntutan istrinya,” ketusnya.

Singkat cerita, karena Richard terlalu lama ditunggu dan tak terlihat, wartawan disarankan langsung menemuinya di tempat tinggalnya. “Ini ’kan bukan urusan kedinasan. Lebih bagus ditemui aja bapak itu di kontrakannya, dekat kok dari sini,” imbuh Awaliul, Kepala SMKN 3 Sibolga.

Atas saran tersebut, kru menyambangi tempat kos Richard yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari SMKN 3 Sibolga. Sayangnya, ketika sampai di sana, pintu kamar berukuran 3X3 meter tersebut bergembok.

Menurut tetangga sebelah kamarnya, Richard jarang menempati kamar. “Jarang di sini. Kadang di sekolah, kan dekatnya sekolah tempat dia mengajar,” ungkap wanita muda yang duduk di kamar sebelah kiri kamar kos Richard.

Tidak patah arang, wartawan coba menunggu Richard sembari duduk di grosir seberang jalan lokasi kos-kosan. Tak lama, seorang pria dengan tinggi badan sekitar 160 cm (mirip ciri-ciri Richard) mendekati grosir dan membeli rokok. Sayangnya saat dihampiri, pria tersebut langsung tancap gas.

Menurut pemilik grosir, K. Panjaitan, pria tersebut adalah guru SMKN 3 Sibolga bermarga Panjaitan. “Iya, pak Panjaitan, guru STM (SMKN 3), kenapa, ada apa sama bapak itu,” tanyanya penasaran.

Melihat Richard menghindar, wartawan memilih meninggalkan grosir. Sekitar 1 jam setelah meninggalkan kompleks kos-kosan, Richard menelpon dan menceritakan kejadian yang menimpa putrinya.

Diungkapkannya, Jumat (30/1) lalu dia pergi ke Medan untuk mengantar uang belanja istri dan anaknya. Setibanya disana, dia mendapati tubuh Maria penuh luka. Olehnya, luka tersebut dipertanyakan kepada Setiana. Namun seperti biasa, pertanyaan yang berhubungan dengan Maria selalu berujung pertengkaran.

Beha ma, molo ni sukkun, diboan guttur. Memang nga sering hami guttur alani dak-danak on, selalu mandok sirang. (Bagaimanalah, kalau ditanya, selalu dibawa ribut/berantam dan minta cerai, red),” kesah guru bidang studi tehnik mesin ini.

Tak tega melihat penderitaan Maria, Richard memutuskan membawa lari putrinya tersebut ketika Setiana belanja ke pasar. Minggu (1/2), Maria diantar dan dititipkan ke rumah saudaranya di Sidamanik, Simalungun.

Sepeninggal Maria di rumah keluarganya tersebut, dalam hatinya Richard sudah pasrah bila harus berpisah dengan Setiana. Sebab, kasih sayangnya tetap lebih besar terhadap Maria.

Huboan sajo, pas ibana dang dijabu, lao belanja tu pasar. Hu titip dijabu ni ito di Sidamanik. Nga pasrah au, molo tung pe ikkon marsirang. Alana tong do alani holong niba tu gelleng niba on. (Kubawa aja, waktu dia (Setiana) lagi ke pasar. Kutitip di rumah ito di Sidamanik. Aku sudah pasrah kalaupun memang harus bercerai. Ini karena kasih sayang sama anak kita ini, red),” ungkapnya.

Lanjutnya, setelah istri pertamanya meninggal dunia pada tahun 1994, dirinya menikah dengan Setiana yang diperkenalkan teman-temannya pada tahun 1997.

Seperti diungkap rekannya, Richard juga menyebutkan kalau Maria pernah mengalami penganiayaan sekitar tahun 2004 lalu. Karena dilaporkan, istrinya melarikan diri dan tinggal di rumah mertuanya di Medan hingga saat ini.

“Di kejadian pertama i pe, berjanji do ibana asa berubah, dung lao ibana tu Medan, tu jabu ni simatua hu. Ketepatan muse, ro simatua hu mandok asa pindah hami tu Medan, asa adong mengurupi. Kebetulan lagi marsahit muse simatua i. (Saat itu dia (Setiana) janji akan berubah setelah pergi ke Medan, di rumah mertua. Dan ketepatan mertua minta agar kami pindah ke Medan, sekalian merawat orangtuanya yang sudah sakit-sakitan, red),” terang Richard.

Sempat Richard mengusulkan agar Maria, yang punya keterbelakangan mental dititip ke panti asuhan. Namun Septiana melarang dan berjanji akan merubah sikapnya.

“Tolu gelleng hu sian na parjolo, molo sian on holan sada do. Ai namarbaju namatua do najolo on hu tanda. Jadi, nga sanga naeng hu titip hon on (Maria) tu panti asuhan. Alai, nina berubah pe ibana, makana dang saut. (tiga anakku dari istriku yang pertama, kalau dari Setiana hanya 1. Karena, dia (septiana) waktu kukenal adalah wanita perawan tua. Jadi, sudah sempat mau kutitip ini (Maria) ke pantia asuhan, tapi katanya selalu ingin berubah. Makanya gak jadi, red),” pungkasnya.

Terkait rencana keluarganya yang hendak melaporkan Setiana ke Polda, Richard mengaku akan membicarakan hal tersebut terlebih dahulu kepada seluruh keluarganya.

“Taringot tusi, ni hataan majo tu akka keluarga. (Teringat kesitu, saya akan bicarakan dulu sama keuarga disana, red),” tandasnya mengakhiri pembicaraan dan menutup ponselnya. (ts/ind/ras)

Foto: Gibson/PM Maria Panjaitan saat membuat visum di RS Bhayangkara Medan. Ia menderita akibat disiksa ibu tirinya.
Foto: Gibson/PM
Maria Panjaitan saat membuat visum di RS Bhayangkara Medan. Ia menderita akibat disiksa ibu tirinya.

SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Penganiayaan yang dialami Maria Cristina Natalia Panjaitan (28) dari ibu tirinya, ternyata tidak hanya diketahui keluarganya, tetapi juga diketahui teman-teman seprofesi Richard Panjaitan (59), ayah Maria.

Karena iba dengan penderitaan korban, beberapa rekannya sesama guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Sibolga, bahkan kerap menyarankan Richard agar menceraikan istri keduanya.

Itu diungkap salah seorang guru, ketika ditemui wartawan di SMKN 3 Sibolga. Sambil menunggu Richard, ayah korban, guru yang tidak ingin namanya dipublikasikan tersebut mengaku sangat mengenal kehidupan Richard.

Diceritakannya, tahun 90-an Richard dan istri pertamanya Boru Nainggolan tinggal di Pandan dekat komplek BTN. Setelah istrinya meninggal akibat leukemia atau kanker darah, Richard pun menikahi Setiana.

Sekitar tahun 2000-an, kejadian pertama terjadi. Setiana menyetrika tubuh Maria. Atas perbuatannya itu, warga sekitar melaporkan Setiana ke polisi. Tidak hanya melaporkan, wanita tersebut juga diusir dari kompleks dan pergi ke Medan.

Pasca kejadian itu, Richard disarankan agar memperhatikan kelakuan istrinya atas Maria. Namun kenyataannya, kejadian yang sama terulang kembali.

Karena istri dan anak-anaknya tinggal di Medan, lanjut sumber, Richard selalu menyempatkan diri ke Medan walau hanya sekedar mengantar uang belanja. Terkadang, bila tidak punya uang, Richard tidak sungkan minjam kepada rekan-rekannya.

“Kadang sekali seminggu, kadang sekali dua minggu, tergantung uang. Dia nggak bisa pulang kalau gak ada uang. Mungkin istrinya marah, terpaksa terkadang ia minjam uang dari kawan-kawan untuk bisa berangkat ke Medan,” beber sumber.

Karena tuntutan itu pula, Richard tidak langsung pulang ke rumah meski telah selesai mengajar. Ayah tiga anak tersebut nyambi menjadi sopir serap Angkot. “Nyerap angkot lah di Kalangan. Kalau nggak gitu, darimana lagi untuk memenuhi tuntutan istrinya,” ketusnya.

Singkat cerita, karena Richard terlalu lama ditunggu dan tak terlihat, wartawan disarankan langsung menemuinya di tempat tinggalnya. “Ini ’kan bukan urusan kedinasan. Lebih bagus ditemui aja bapak itu di kontrakannya, dekat kok dari sini,” imbuh Awaliul, Kepala SMKN 3 Sibolga.

Atas saran tersebut, kru menyambangi tempat kos Richard yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari SMKN 3 Sibolga. Sayangnya, ketika sampai di sana, pintu kamar berukuran 3X3 meter tersebut bergembok.

Menurut tetangga sebelah kamarnya, Richard jarang menempati kamar. “Jarang di sini. Kadang di sekolah, kan dekatnya sekolah tempat dia mengajar,” ungkap wanita muda yang duduk di kamar sebelah kiri kamar kos Richard.

Tidak patah arang, wartawan coba menunggu Richard sembari duduk di grosir seberang jalan lokasi kos-kosan. Tak lama, seorang pria dengan tinggi badan sekitar 160 cm (mirip ciri-ciri Richard) mendekati grosir dan membeli rokok. Sayangnya saat dihampiri, pria tersebut langsung tancap gas.

Menurut pemilik grosir, K. Panjaitan, pria tersebut adalah guru SMKN 3 Sibolga bermarga Panjaitan. “Iya, pak Panjaitan, guru STM (SMKN 3), kenapa, ada apa sama bapak itu,” tanyanya penasaran.

Melihat Richard menghindar, wartawan memilih meninggalkan grosir. Sekitar 1 jam setelah meninggalkan kompleks kos-kosan, Richard menelpon dan menceritakan kejadian yang menimpa putrinya.

Diungkapkannya, Jumat (30/1) lalu dia pergi ke Medan untuk mengantar uang belanja istri dan anaknya. Setibanya disana, dia mendapati tubuh Maria penuh luka. Olehnya, luka tersebut dipertanyakan kepada Setiana. Namun seperti biasa, pertanyaan yang berhubungan dengan Maria selalu berujung pertengkaran.

Beha ma, molo ni sukkun, diboan guttur. Memang nga sering hami guttur alani dak-danak on, selalu mandok sirang. (Bagaimanalah, kalau ditanya, selalu dibawa ribut/berantam dan minta cerai, red),” kesah guru bidang studi tehnik mesin ini.

Tak tega melihat penderitaan Maria, Richard memutuskan membawa lari putrinya tersebut ketika Setiana belanja ke pasar. Minggu (1/2), Maria diantar dan dititipkan ke rumah saudaranya di Sidamanik, Simalungun.

Sepeninggal Maria di rumah keluarganya tersebut, dalam hatinya Richard sudah pasrah bila harus berpisah dengan Setiana. Sebab, kasih sayangnya tetap lebih besar terhadap Maria.

Huboan sajo, pas ibana dang dijabu, lao belanja tu pasar. Hu titip dijabu ni ito di Sidamanik. Nga pasrah au, molo tung pe ikkon marsirang. Alana tong do alani holong niba tu gelleng niba on. (Kubawa aja, waktu dia (Setiana) lagi ke pasar. Kutitip di rumah ito di Sidamanik. Aku sudah pasrah kalaupun memang harus bercerai. Ini karena kasih sayang sama anak kita ini, red),” ungkapnya.

Lanjutnya, setelah istri pertamanya meninggal dunia pada tahun 1994, dirinya menikah dengan Setiana yang diperkenalkan teman-temannya pada tahun 1997.

Seperti diungkap rekannya, Richard juga menyebutkan kalau Maria pernah mengalami penganiayaan sekitar tahun 2004 lalu. Karena dilaporkan, istrinya melarikan diri dan tinggal di rumah mertuanya di Medan hingga saat ini.

“Di kejadian pertama i pe, berjanji do ibana asa berubah, dung lao ibana tu Medan, tu jabu ni simatua hu. Ketepatan muse, ro simatua hu mandok asa pindah hami tu Medan, asa adong mengurupi. Kebetulan lagi marsahit muse simatua i. (Saat itu dia (Setiana) janji akan berubah setelah pergi ke Medan, di rumah mertua. Dan ketepatan mertua minta agar kami pindah ke Medan, sekalian merawat orangtuanya yang sudah sakit-sakitan, red),” terang Richard.

Sempat Richard mengusulkan agar Maria, yang punya keterbelakangan mental dititip ke panti asuhan. Namun Septiana melarang dan berjanji akan merubah sikapnya.

“Tolu gelleng hu sian na parjolo, molo sian on holan sada do. Ai namarbaju namatua do najolo on hu tanda. Jadi, nga sanga naeng hu titip hon on (Maria) tu panti asuhan. Alai, nina berubah pe ibana, makana dang saut. (tiga anakku dari istriku yang pertama, kalau dari Setiana hanya 1. Karena, dia (septiana) waktu kukenal adalah wanita perawan tua. Jadi, sudah sempat mau kutitip ini (Maria) ke pantia asuhan, tapi katanya selalu ingin berubah. Makanya gak jadi, red),” pungkasnya.

Terkait rencana keluarganya yang hendak melaporkan Setiana ke Polda, Richard mengaku akan membicarakan hal tersebut terlebih dahulu kepada seluruh keluarganya.

“Taringot tusi, ni hataan majo tu akka keluarga. (Teringat kesitu, saya akan bicarakan dulu sama keuarga disana, red),” tandasnya mengakhiri pembicaraan dan menutup ponselnya. (ts/ind/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/