32.8 C
Medan
Wednesday, May 1, 2024

Terindikasi Dimanfaatkan Oknum-oknum Perdagangan Satwa Liar

KONFLIK: Harimau mati tombak, setelah masuk ke kolong rumah warga di Kabupaten Mandailing Natal.(istimewa)

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Konflik manusia dengan harimau di Kecamatan Batang Natal di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) terindikasi adanya oknum-oknum yang memanfaatkan konflik tersebut untuk mengambil keuntungan melalui perdagangan satwa liar dilindungi.

Hal itu diungkapkan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Hotmauli Sianturi.

Sebab, lanjut Hotmauli, dari hasil penyidikan petugas BBKSDA Sumut yang turun langsung ke lokasi, beberapa organ tubuh harimau jantan tersebut, hilang.

“Organ tubuh satwa yang hilang itu seperti taring, kulit bagian dahi, kulit bagian ekor, dan juga kuku harimau,”ungkap Hotmauli kepada wartawan di Kantor BBKSDA Sumut, Senin (5/3) siang.

Dijelaskannya, adanya indikasi oleh oknum-oknum perdagangan satwa liar tersebut dari hilangnya bagian-bagian tubuh harimau tersebut. “Kalau hanya untuk mempertahankan diri dengan alasan keamanan. Dimatikan saja kan cukup, ini kok bisa diambil organ-organ tubuh harimau itu. Ini yang membuat kita curiga,” jelasnya.

Terkait indikasi itupula, lanjut Hotmauli, pihaknya sudah melayangkan surat ke Polda Sumut untuk menindaklanjuti penyelidikan atas kasus ini. “Di sini penting pembuktian untuk mengetahui ada atau tidaknya perburuan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu dengan mengatasnamakan konflik satwa liar dengan manusia,” tuturnya.

Hotmauli juga mengungkapkan, tim gabungan dari BBKSDA dan Balai Taman Nasional Batang Gadis dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sempat mengalami penyekapan oleh warga di Madina. Hal itu, terjadi pada Sabtu (24/2) lalu, saat masyarakat dihebohkan munculnya harimau di Desa Ampung Siala. Kemudian, hal yang sama juga terjadi pada Senin 26 Februari di sekitar Desa Hatupang.

KONFLIK: Harimau mati tombak, setelah masuk ke kolong rumah warga di Kabupaten Mandailing Natal.(istimewa)

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Konflik manusia dengan harimau di Kecamatan Batang Natal di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) terindikasi adanya oknum-oknum yang memanfaatkan konflik tersebut untuk mengambil keuntungan melalui perdagangan satwa liar dilindungi.

Hal itu diungkapkan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Hotmauli Sianturi.

Sebab, lanjut Hotmauli, dari hasil penyidikan petugas BBKSDA Sumut yang turun langsung ke lokasi, beberapa organ tubuh harimau jantan tersebut, hilang.

“Organ tubuh satwa yang hilang itu seperti taring, kulit bagian dahi, kulit bagian ekor, dan juga kuku harimau,”ungkap Hotmauli kepada wartawan di Kantor BBKSDA Sumut, Senin (5/3) siang.

Dijelaskannya, adanya indikasi oleh oknum-oknum perdagangan satwa liar tersebut dari hilangnya bagian-bagian tubuh harimau tersebut. “Kalau hanya untuk mempertahankan diri dengan alasan keamanan. Dimatikan saja kan cukup, ini kok bisa diambil organ-organ tubuh harimau itu. Ini yang membuat kita curiga,” jelasnya.

Terkait indikasi itupula, lanjut Hotmauli, pihaknya sudah melayangkan surat ke Polda Sumut untuk menindaklanjuti penyelidikan atas kasus ini. “Di sini penting pembuktian untuk mengetahui ada atau tidaknya perburuan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu dengan mengatasnamakan konflik satwa liar dengan manusia,” tuturnya.

Hotmauli juga mengungkapkan, tim gabungan dari BBKSDA dan Balai Taman Nasional Batang Gadis dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sempat mengalami penyekapan oleh warga di Madina. Hal itu, terjadi pada Sabtu (24/2) lalu, saat masyarakat dihebohkan munculnya harimau di Desa Ampung Siala. Kemudian, hal yang sama juga terjadi pada Senin 26 Februari di sekitar Desa Hatupang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/