26.7 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Meliana dan Dua Tersangka Provokator Minta Maaf

Foto: Metro Asahan/Sumut Pos Grup Meliana, wanita yang meminta volume toa masjid dikurangi, hingga massa membakar vihara dan kelnteng di Tanjungbalai, meminta maaf.
Foto: Metro Asahan/Sumut Pos Grup
Meliana, wanita yang meminta volume toa masjid dikurangi, hingga massa membakar vihara dan kelnteng di Tanjungbalai, meminta maaf.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Wali Kota Tanjungbalai M Syahrial menemui Meliana (41), –wanita yang meminta volume suara azan Masjid Al Maksum dikurangi–, di Mapolres Tanjungbalai, Kamis (4/8) malam. Hadir pula dua tersangka provokator kerusuhan yang berujung pada perusakan dan pembakaran sejumlah wihara, Budi Herianto dan Aldo. Di hadapan wali kota dan Kapolres Tanjungbalai, Meliana bersama Budi Herianto dan Aldo menyampaikan permohonan maaf dan penyesalan mendalam.

Meliana yang masih berstatus terlapor atas dugaan penistaan agama ini mengaku tidak mengira, gara-gara ulahnya telah menyebabkan kerusuhan berbau suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

“Saya mau minta maaf pak kepada masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Tanjungbalai atas kesalahpahaman yang saya perbuat. Saya minta maaf sedalam-dalamnya. Kami minta maaf ya pak,” kata Meiliana didampingi suaminya Liam Tiu.

Permintaan maaf itu disampaikan Meliana berulang-ulang. Dia juga memohon maaf kepada masyarakat muslim di seluruh Indonesia. “Dari lubuk hati saya paling dalam, saya meminta maaf,” ucapnya lagi.

Meiliana berharap agar warga Kota Tanjungbalai dapat kembali rukun dan damai. “Semoga Kota Tanjungbalai ini bisa hidup rukun dan damai seperti sediakala, supaya hidup rukun bertetangga ya pak,” ungkapnya.

Dua orang yang disangka sebagai provokator dan pelaku pembakaran juga menyampaikan permohonan maaf. “Kami memohon maaf kepada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Tanjungbalai atas insiden 29 Juli lalu, dalam perusakan rumah-rumah ibadah. Kami berjanji ini tidak akan terulang lagi,” kata Budi.

Budi mengimbau agar masyarakat tidak mengikuti apa yang telah dilakukannya dengan memprovokasi sehingga membangkitkan kemarahan warga. “Tolong maafkan saya. Saya menyesal sehingga terjadi kerusuhan di Tanjungbalai,” ujarnya.

Sementara Alrivai Zuherisyah alias Aldo, selain menyesal, dirinya juga mengimbau kepada masyarakat supaya tetap menjaga kerukunan umat beragama dan tetap bersatu. “Dari dalam hati yang paling dalam, saya memohon maaf kepada masyarakat,” ujarnya.

Mendengar pengakuan ketiganya, Wali Kota Tanjungbalai Muhammad Syahrial mengingatkan para pelaku supaya tidak mengulangi perbuatannya. “Saya harap, jangan terulang lagi,” ujarnya.

Syahrial juga mengimbau warganya agar mau memaafkan para pelaku yang terlibat dalam kerusuhan yang menyebabkan wihara dan kelenteng rusak serta terbakar. “Mereka sudah meminta maaf. Masyarakat jangan lagi menaruh kebencian kepada siapa pun. Mari kita saling memaafkan. Supaya ke depan bisa membangun Kota Tanjungbalai,” ujarnya.

Sementara Kapolres Tanjung Balai AKBP Ayep Wahyu Gunawan mengatakan, walaupun permintaan maaf sudah disampaikan, proses hukum tetap dilanjutkan. Menurutnya, permintaan maaf itu hanya sebagai wujud penyesalan atas apa yang telah mereka lakukan sehingga mencederai nilai-nilai kerukunan antarumat beragama di Kota Tanjungbalai.

“Tapi, bisa saja permohonan maaf mereka menjadi bahan pertimbangan hakim untuk meringankan hukumannya,” ujarnya.

Hingga saat ini Ayep mengatakan, jumlah tersangka kerusuhan masih 20 orang. Sedangkan 65 orang menjadi saksi dan sudah diminta keterangan. Sementara status Meliana yang diduga sebagai pemicu kerusuhan belum ditetapkan sebagai tersangka.

“Statusnya masih terlapor. Saat ini masih dalam penyelidikan tim ahli bahasa dari Universitas Sumatera Utara,” ujarnya. (ilu/ted)

Foto: Metro Asahan/Sumut Pos Grup Meliana, wanita yang meminta volume toa masjid dikurangi, hingga massa membakar vihara dan kelnteng di Tanjungbalai, meminta maaf.
Foto: Metro Asahan/Sumut Pos Grup
Meliana, wanita yang meminta volume toa masjid dikurangi, hingga massa membakar vihara dan kelnteng di Tanjungbalai, meminta maaf.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Wali Kota Tanjungbalai M Syahrial menemui Meliana (41), –wanita yang meminta volume suara azan Masjid Al Maksum dikurangi–, di Mapolres Tanjungbalai, Kamis (4/8) malam. Hadir pula dua tersangka provokator kerusuhan yang berujung pada perusakan dan pembakaran sejumlah wihara, Budi Herianto dan Aldo. Di hadapan wali kota dan Kapolres Tanjungbalai, Meliana bersama Budi Herianto dan Aldo menyampaikan permohonan maaf dan penyesalan mendalam.

Meliana yang masih berstatus terlapor atas dugaan penistaan agama ini mengaku tidak mengira, gara-gara ulahnya telah menyebabkan kerusuhan berbau suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

“Saya mau minta maaf pak kepada masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Tanjungbalai atas kesalahpahaman yang saya perbuat. Saya minta maaf sedalam-dalamnya. Kami minta maaf ya pak,” kata Meiliana didampingi suaminya Liam Tiu.

Permintaan maaf itu disampaikan Meliana berulang-ulang. Dia juga memohon maaf kepada masyarakat muslim di seluruh Indonesia. “Dari lubuk hati saya paling dalam, saya meminta maaf,” ucapnya lagi.

Meiliana berharap agar warga Kota Tanjungbalai dapat kembali rukun dan damai. “Semoga Kota Tanjungbalai ini bisa hidup rukun dan damai seperti sediakala, supaya hidup rukun bertetangga ya pak,” ungkapnya.

Dua orang yang disangka sebagai provokator dan pelaku pembakaran juga menyampaikan permohonan maaf. “Kami memohon maaf kepada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Tanjungbalai atas insiden 29 Juli lalu, dalam perusakan rumah-rumah ibadah. Kami berjanji ini tidak akan terulang lagi,” kata Budi.

Budi mengimbau agar masyarakat tidak mengikuti apa yang telah dilakukannya dengan memprovokasi sehingga membangkitkan kemarahan warga. “Tolong maafkan saya. Saya menyesal sehingga terjadi kerusuhan di Tanjungbalai,” ujarnya.

Sementara Alrivai Zuherisyah alias Aldo, selain menyesal, dirinya juga mengimbau kepada masyarakat supaya tetap menjaga kerukunan umat beragama dan tetap bersatu. “Dari dalam hati yang paling dalam, saya memohon maaf kepada masyarakat,” ujarnya.

Mendengar pengakuan ketiganya, Wali Kota Tanjungbalai Muhammad Syahrial mengingatkan para pelaku supaya tidak mengulangi perbuatannya. “Saya harap, jangan terulang lagi,” ujarnya.

Syahrial juga mengimbau warganya agar mau memaafkan para pelaku yang terlibat dalam kerusuhan yang menyebabkan wihara dan kelenteng rusak serta terbakar. “Mereka sudah meminta maaf. Masyarakat jangan lagi menaruh kebencian kepada siapa pun. Mari kita saling memaafkan. Supaya ke depan bisa membangun Kota Tanjungbalai,” ujarnya.

Sementara Kapolres Tanjung Balai AKBP Ayep Wahyu Gunawan mengatakan, walaupun permintaan maaf sudah disampaikan, proses hukum tetap dilanjutkan. Menurutnya, permintaan maaf itu hanya sebagai wujud penyesalan atas apa yang telah mereka lakukan sehingga mencederai nilai-nilai kerukunan antarumat beragama di Kota Tanjungbalai.

“Tapi, bisa saja permohonan maaf mereka menjadi bahan pertimbangan hakim untuk meringankan hukumannya,” ujarnya.

Hingga saat ini Ayep mengatakan, jumlah tersangka kerusuhan masih 20 orang. Sedangkan 65 orang menjadi saksi dan sudah diminta keterangan. Sementara status Meliana yang diduga sebagai pemicu kerusuhan belum ditetapkan sebagai tersangka.

“Statusnya masih terlapor. Saat ini masih dalam penyelidikan tim ahli bahasa dari Universitas Sumatera Utara,” ujarnya. (ilu/ted)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/