SUMUTPOS.CO-Gunung Sinabung kembali meletus pada Selasa (5/11). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, dalam letusan yang berlangsung selama 20 menit sejak Pukul 14.31 WIB tersebut, terlihat adanya awan panas yang mengalir dari lereng gunung sejauh satu kilometer ke arah tenggara. Selain itu juga terlihat adanya abu vulkanik pada ketinggian 3.000 meter yang terbawa angin ke arah barat daya. “Berdasarkan laporan PVMBG ke posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ini pertama kalinya awan panas keluar dari kawah Gunung Sinabung sejak meletus September 2013 lalu. Namun tak ada korban terkait awan panas ini, karena masyarakat telah mengungsi,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Selasa (5/11).
Dijelaskan Sutopo, letusan yang kembali terjadi kali ini, memerlihatkan jika ancaman terhadap masyarakat Tanah Karo, Sumatera Utara, belum juga berakhir. Bahkan belum dapat diprediksi kapan ancaman ini akan berakhir. Karena itu terhadap masyarakat yang berada di radius tiga kilometer diminta untuk sementara tetap mengungsi ke tempat yang aman. Terutama masyarakat yang berada di Desa Sukameriah (selatan puncak), Simacem (timur puncak), Bekerah (tenggara puncak) dan Mardinding (baratdaya puncak). “Kita tak tau sampai kapan aktivitas gunungnya. Karena tergantung dari alam. Namun dengan adanya luncuran awan panas, masyarakat diimbau selalu meningkatkan kesiapsiagaan,” ujarnya yang memastikan PVMBG masih menetapkan status siaga level III terhadap aktivitas Gunung Sinabung.
Masih kata Sutopo, status siaga level III ditetapkan karena dari hasil pengamatan yang dilakukan, PVMBG menyimpulkan kegempaan vulkanik Gunung Sinabung hingga saat ini, berfluktuasi dan cenderung meningkat cukup signifikan. Selain itu amplituda tremor letusan serta lama tremor dari hari ke hari juga semakin bertambah besar. PVMBG juga menyebutkan, dari pengukuran deformasi yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur jarak jauh elektronik pada beberapa titik, mengindikasikan deformasi inflasi relatif tak besar. Hasil pengukuran fluks emisi gas SO2 juga menunjukkan kecenderungan yang menurun cukup signifikan, mengindikasikan gejala penyumbatan fluks emisi gas.
Selain awan panas, erupsi kata Sutopo, juga masih berpotensi terjadi. Kondisi ini diperparah dengan datangnya musim penghujan. Untuk itu kepada masyarakat yang bermukim dekat sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Sinabung, juga diminta tetap waspada. Terutama yang berada di Desa Sukameriah sampai dengan Desa Bekerah, Desa Kutagugung dan Desa Sigarang-garang. “Setelah erupsi, satu ancaman yang juga perlu diantisipasi yaitu akan adanya lahar dingin. Namun begitu masyarakat kita harapkan tetap tenang dan agar senantiasa mengikuti arahan dari pejabat terkait. Kebutuhan logistik pengungsi juga masih mencukupi hingga saat ini,” katanya.
Untuk menghadapi eskalasi erupsi yang cenderung datang setiap hari ini, Tim Tanggap Darurat yang telah terbentuk difokuskan menangani pengungsi. Karena setelah menetapkan masa tanggap darurat per 3 november 2013 lalu, perintah mengosongkan 4 Desa di Tiga Kecamatan, Naman Teran (Bekerah – Simacem), Payung (Suka Meriah) dan Tiga Nderket (Mardinding), Pemkab Karo sebut Plt Kaban Kesbang Pol dan Linmas, Ronda Tarigan menyatakan kini prioritas diarahkan mencukupi logistik. “Kita sekarang fokuskan penyediaan kebutuhan dasar pengungsi, ini adalah penanganan pertama yang kita lakukan secara fisik, baru setelahnya langkah langkah lain, termasuk penyiapan kenderaan evakuasi juga disiapkan,” tegas Ronda Tarigan.
Sampai saat ini, jumlah pengungsi asal 4 desa yang berada di tiga kecamatan pada radius 3 km dari titik erupsi gunung api Sinabung tidak banyak mengalami perubahan. Angka yang berfluktuatif ini kemungkinan mendekati 2.000 jiwa. Sampai siang kemarin, di lokasi pengungsian Tiga Nderket 920 jiwa, Payung 402 ojiwa dan Naman Teran 352 jiwa. Erupsi yang terjadi saat libur tengah minggu ini pun menjadi tontonan tersendiri bagi para wisatawan di kota Berastagi, khususnya yang berada di puncak bukit Gundaling. Begitupun halnya di pinggir Danau Lau Kawar Desa Kuta Gugung Kec. Naman Teran, kegiatan pariwisata disana tidak banyak terhambat. Wisatawan yang berkunjung malah semakin ingin melihat dari dekat. Kondisi ini tentu sedikit menentramkan, karena pada kenyataannya ini tidak banyak menggangu aktifitas social ekonomi warga di luar Desa Desa beradius 3 km dari titik erupsi. (gir/deo)