26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Posko Pengungsi Sinabung: Siang Sunyi, Malam Ramai

Foto: Dessy Boru Tarigan/Sumut Pos Para pengungsi yang sedang memasak mempersiapkan makan malam di posko pengungsian.
Foto: Dessy Boru Tarigan/Sumut Pos
Para pengungsi yang sedang memasak mempersiapkan makan malam di posko pengungsian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tak seperti saat sore hingga malam, suasana di posko pengungsian terlihat lebih lengang pada pagi hingga siang. Pengungsian didominasi anak-anak dan lansia. Ya, sejumlah orang dewasa beraktifitas dengan menjadi pekerja di ladang orang.

Seperti di Posko Gereja Katolik Kabanjahe, Selasa (7/7) pagi. Tak terlihat jika posko itu dihuni 987 pengungsi. Terlihat lengang, karena warga dewasa meninggalkan pengungsian untuk beraktivitas dan bekerja sebagai ‘Aron’ (pekerja lepas di kebun atau ladang) milik warga yang daerahnya bebas dari zona merah dampak erupsi Gunung Sinabung.

Amatan kru koran ini, ada 11 tenda pengungsi, satu tenda untuk polisi dan TNI berjaga, satu tenda untuk dapur umum, juga wc dan kamar mandi umum. Anak-anak menyibukkan diri dengan main voli dan sepak bola. Sebagian orang dewasa, khususnya ibu-ibu, terlihat beristirahat di salah satu sudut ruang aula yang salah satu ruangannya difungsikan sebagai ruang perawatan kesehatan.

Ada pula yang menyibukkan diri dengan menenun dan membuat anyaman tikar. Selain itu, di sudut pintu masuk area pengungsian juga terdapat satu kandang besar berisi 200 ekor anak ayam kampung pemberian pihak kepolisian untuk diternakkan pengungsi.

“Kalau betah memang betah di lokasi pengungsian Gunung Sinabung ini, Bang! Tapi, kalau diperbolehkan pulang, kami lebih senang,” tutur Yusmainar (40), ibu 3 anak. Yusminar yang tengah berpuasa menuturkan, selama bulan ramadhan, aktivitas pengungsi muslim menjalankan ibadah termasuk puasa, begitu diperhatikan.

Di area pengungsian telah didirikan satu tenda yang berfungsi sebagai Musholla dan satu tenda lainnya berfungsi sebagai tempat untuk persiapan makan sahur dan berbuka puasa. Begitu pun di malam hari, tenda itu jadi tempat sholat berjamaah dan tarawih. Sejak awal puasa, seluruh kebutuhan sahur dan berbuka puasa bersama para pengungsi, tercukupi dari para dermawan.

Sementara, aksi simpati juga dilakukan Merdi Sihombing, desainer kondang asal Jakarta. Dia mengunjungi pengungsi dan juga memberikan bekal untuk berkreasi dengan menenun kain tradisional. Salah satunya kain ‘Batu Jala’ yang memiliki motif bunga dan bercorak terang.

“Untuk menghindari kejenuhan serta kepenatan sembari dapat berproduksi bagi para kaum ibu pengungsi, saya mengajak dan berbagi ilmu tentang seni tenun kain tradisional,” tukas Merdi di lokasi pengungsian. Untuk bahan baku kain, Merdi membawa sendiri dari Jakarta.

Foto: Dessy Boru Tarigan/Sumut Pos Para pengungsi yang sedang memasak mempersiapkan makan malam di posko pengungsian.
Foto: Dessy Boru Tarigan/Sumut Pos
Para pengungsi yang sedang memasak mempersiapkan makan malam di posko pengungsian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tak seperti saat sore hingga malam, suasana di posko pengungsian terlihat lebih lengang pada pagi hingga siang. Pengungsian didominasi anak-anak dan lansia. Ya, sejumlah orang dewasa beraktifitas dengan menjadi pekerja di ladang orang.

Seperti di Posko Gereja Katolik Kabanjahe, Selasa (7/7) pagi. Tak terlihat jika posko itu dihuni 987 pengungsi. Terlihat lengang, karena warga dewasa meninggalkan pengungsian untuk beraktivitas dan bekerja sebagai ‘Aron’ (pekerja lepas di kebun atau ladang) milik warga yang daerahnya bebas dari zona merah dampak erupsi Gunung Sinabung.

Amatan kru koran ini, ada 11 tenda pengungsi, satu tenda untuk polisi dan TNI berjaga, satu tenda untuk dapur umum, juga wc dan kamar mandi umum. Anak-anak menyibukkan diri dengan main voli dan sepak bola. Sebagian orang dewasa, khususnya ibu-ibu, terlihat beristirahat di salah satu sudut ruang aula yang salah satu ruangannya difungsikan sebagai ruang perawatan kesehatan.

Ada pula yang menyibukkan diri dengan menenun dan membuat anyaman tikar. Selain itu, di sudut pintu masuk area pengungsian juga terdapat satu kandang besar berisi 200 ekor anak ayam kampung pemberian pihak kepolisian untuk diternakkan pengungsi.

“Kalau betah memang betah di lokasi pengungsian Gunung Sinabung ini, Bang! Tapi, kalau diperbolehkan pulang, kami lebih senang,” tutur Yusmainar (40), ibu 3 anak. Yusminar yang tengah berpuasa menuturkan, selama bulan ramadhan, aktivitas pengungsi muslim menjalankan ibadah termasuk puasa, begitu diperhatikan.

Di area pengungsian telah didirikan satu tenda yang berfungsi sebagai Musholla dan satu tenda lainnya berfungsi sebagai tempat untuk persiapan makan sahur dan berbuka puasa. Begitu pun di malam hari, tenda itu jadi tempat sholat berjamaah dan tarawih. Sejak awal puasa, seluruh kebutuhan sahur dan berbuka puasa bersama para pengungsi, tercukupi dari para dermawan.

Sementara, aksi simpati juga dilakukan Merdi Sihombing, desainer kondang asal Jakarta. Dia mengunjungi pengungsi dan juga memberikan bekal untuk berkreasi dengan menenun kain tradisional. Salah satunya kain ‘Batu Jala’ yang memiliki motif bunga dan bercorak terang.

“Untuk menghindari kejenuhan serta kepenatan sembari dapat berproduksi bagi para kaum ibu pengungsi, saya mengajak dan berbagi ilmu tentang seni tenun kain tradisional,” tukas Merdi di lokasi pengungsian. Untuk bahan baku kain, Merdi membawa sendiri dari Jakarta.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/