26 C
Medan
Friday, December 6, 2024
spot_img

Listrik Padam Cuma 15 Menit di Tj. Pura

Foto: Metro Asahan Kantor PLN Tanjungpura yang dijarah dan dirusak massa. Pelakunya belum tertangkap.
Foto: Metro Asahan
Kantor PLN Tanjungpura yang dijarah dan dirusak massa. Pelakunya belum tertangkap.

TANJUNGPURA, SUMUTPOS.CO – Aksi massa merusak Kantor Ranting PLN Tanjungpura, berbuah manis bagi warga setempat. Pasalnya, sejak perusakan tersebut, listrik di sana tak mengulah lagi seperti biasa.

“Memang aneh, sebelum dirusak warga, listrik matinya bisa sampai 15 kali dalam beberapa menit. Sekarang kalau mati cuma 15 menit saja, dan nggak pernah pulak ada lagi pemadaman,” ujar T Sya’fii (53) salah seorang tokoh masyarakat Tanjungpura kru koran ini Senin (8/9) siang, seraya mengaku beberapa hari ini listrik aman untuk Tanjungpura.

“Memang pas malam kejadian itu luar biasa pemadamannya. Baru menyala dua menit padam lagi. Gitu kita nyalakan lampu sentir, listriknya hidup lagi. Gitu kita padamkan lampu sentirnya, listriknya menyala lagi. Pokoknya kesal dibuatnya. Jadi kayaknya wajar masyarakat emosi malam itu,” timpal pria yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi ini.

“Yang anehnya, sekarang kok bisa listriknya nggak padam lagi. Berarti kan nunggu dihancurin dulu Kantor PLN itu baru listriknya nggak byarpet lagi. Terkadang pemadaman listrik ini memang sudah diluar kewajaran rasanya,” ketusnya.

“Misalnya ketika malam Jumat, saat orang sedang wirit yasin lampu mati. Sudah itu, saat anak-anak mau belajar atau mengaji di malam hari, listrik mati. Dampaknya pada perangkat elektronik juga begitu terasa. Jadi kalau dihitung-hitung sudah terlalu banyak warga dirugikan dari pemadaman listrik tersebut. Sialnya setiap bulan masyarakat bayar juga rekeningnya,” katanya.

“Memang perusakan fasilitas negara tersebut tidaklah dapat dibenarkan. Tapi harus dilihat juga akar masalahnya apa hingga masyarakat berbuat seperti itu. Kalau boleh jujur, ini semua merupakan akumulasi kekesalan dan keresahan masyarakat yang telah lama membeku. Harusnya pihak PLN bisa menyikapi masalah ini sejak dini,” urainya.

Terpisah, meski belum dapat beraktifitas normal, namun pelayanan terhadap pelanggan di Kantor PLN Ranting Tanjungpura masih berjalan. Seperti penuturan Akri dan beberapa petugas lain yang saat ditemui, Minggu (7/9) malam. ”Ya setelah massa kemarin malam menghancurkan kantor kami, keadaan kantor kami ini jadi gelap. Semua bola lampu yang biasanya menerangi kantor juga dipecahkan dan belum juga diganti,” jelasnya.

Diakuinya, rasa kuatir masih menghinggapi mereka. “Selain itu juga kami masih was-was dengan kejadian itu. Sementara pemadaman bergilir ini bukan kehendak kami. Ini merupakan buah dari devisit listrik kita atau memang ini sudah dari sananya,” jelas Iwan.

”Kami juga tadi ada beberapa orang sudah dipanggil polisi untuk memberikan keterangan atas kerusakan dan hilangnya tv dari rumah dinas manajer. Kami tidak ada satupun yang mengenali para pelaku tersebut. Karena selain mereka terlalu ramai dan kami juga ketakutan dan memilih menghindar untuk menyelamatkan diri. Juga saat kejadian lampu padam Bang, makanya kami tak mengenali mereka,” tambahnya. Kembali ke Akri.

”Sekarang, tiap kali malam hari lampu padam, baik karena gangguan atau karena pemadaman bergilir, kami memilih keluar dari kantor. Kami takut hal serupa terjadi lagi. Kami pula yang menjadi sasaran nanti. Masalah yang lalu aja kami masih trauma, apa lagi pelakunya belum ada satupun yang ditangkap polisi,” bebernya.

Sementara, warga sekitar mengaku pemadaman pada malam perusakan sampai 6 kali. “Celakanya lagi, aksi massa kemungkinan dipicu akibat tindakan arogan kepala PLN yang melakukan pemutusan terhadap rumah warga dengan berbagai alasan yang kami tak tahu. Mereka menggunakan bahasa yang hanya orang PLN saja yang mengetahuinya. Seperti opal atau kawat jamper dan macam-macam istilah mereka itu. Tiap kali kami melakukan komplain, Kepala PLN Bosman Panjaitan tak pernah bertoleransi dengan mengenakan denda kepada kami yang tak tanggung-tanggung jumlahnya,” jelas sumber.

Dibebernya juga, ada warga yang memindahkan meteran dari sebelah rumah ke rumah sebelahnya, tapi pemiliknya sama dan tanpa membuka segel. Namun PLN dikenakan denda lebih dari satu juta.

“Apakah itu tak memberatkan dan belum lagi masalah katanya ada memasang kawat jamper. Sedangkan apa yang namanya kawat jamper tersebut juga kami tak tahu. Belum lagi pemutusan aliran listrik tanpa pemberitahuan kepada pemilik rumah atau pemerintahan setempat. Hal ini kerap terjadi di Tanjungpura ini Bang,” urai sumber lagi, mewanti namanya dirahasiakan.

Terpisah, Kepala PLN Ranting Tanjungpura, Bosman Panjaitan mengaku aksi massa kemungkinan karena pemadaman saja. “Memang hari itu ada beberapa kali pemadaman selain pemadaman yang dikarenakan defisit, karena di daerah Gebang ada masalah dengan pohon. Malam kejadian tersebut, selain listrik padam, juga hujan deras. Makanya keadaan gelap sehingga aksi massa tersebut tak ada yang mengenalinya. Namun atas kejadian tersebut sudah kita laporkan ke polisi,” jelasnya.

Bosman juga menyangkal soal tudingan arogan. “Tuduhan-tuduhan yang diisukan itu tidak benar apalagi menyangkut pemutusan atau opal itu kami lakukan sebatas yang bentuknya pelanggan melakukan pencurian arus. Kalau mengenai menunggak, sebelum melakukan pemutusan terlebih dahulu kami panggil ke kantor. Bila yang bersangkutan masih mau membayar maka tidak kami putus dan kalaupun kami putus itu kami juga tetap memanggil yang bersangkutan ke kantor untuk menyelesaikan yang menjadi tanggung jawabnya,” terangnya.

”Mengenai pemutusan arus atau pencabutan KWH Meter tersebut, itu bukan semata ide saya saja. Itu juga sudah ada petugasnya sendiri yaitu P2TL. Tapi kalaupun ada pelanggan kita yang mengeluhkan anggota saya yang melakukan pemutusan tidak sesuai dengan prosedur, akan kita tindak dengan tegas. Laporkan saja sama saya pastilah saya tanggapi,” tegasnya.

“Pun demikian mengenai pemadaman bergilir ini juga telah kita sampaikan melalui surat kepada camat, kepala desa dan lurah serta tokoh masyarakat agar kiranya hal ini dapat disosialisasikan kepada masyarakat. Agar terjadinya pemadaman tersebut dapat dipahami dan dimaklumi. Tetapi apakah itu efektif atau tidak ya kedepan saya akan coba mengumumkan melalui radio atau yang lain. Tetapi surat yang saya layangkan tersebut juga melampirkan surat dari Gubernur Sumatra Utara prihal Hemat Listrik,” ujarnya.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Tanjungpura, Aiptu Romy Simanjuntak ketika ditemui di rumahnya mengaku pihak PLN sudah ada tiga orang yang diperiksa sebagai saksi. “Diantaranya satpam yang bertugas malam itu Ahmad Sukri, Udin dan Marianto. Tapi masih sebagai saksi. Dari hasil pemeriksaan terhadap saksi-saksi tersebut belum ada yang mengarah kepada salah seorang pelaku pun. Namun mereka mengakui bahwa adanya melihat orang membawa tv yang hilang dari rumah dinas manajer,” jelasnya. (dw/zd/trg/deo)

Foto: Metro Asahan Kantor PLN Tanjungpura yang dijarah dan dirusak massa. Pelakunya belum tertangkap.
Foto: Metro Asahan
Kantor PLN Tanjungpura yang dijarah dan dirusak massa. Pelakunya belum tertangkap.

TANJUNGPURA, SUMUTPOS.CO – Aksi massa merusak Kantor Ranting PLN Tanjungpura, berbuah manis bagi warga setempat. Pasalnya, sejak perusakan tersebut, listrik di sana tak mengulah lagi seperti biasa.

“Memang aneh, sebelum dirusak warga, listrik matinya bisa sampai 15 kali dalam beberapa menit. Sekarang kalau mati cuma 15 menit saja, dan nggak pernah pulak ada lagi pemadaman,” ujar T Sya’fii (53) salah seorang tokoh masyarakat Tanjungpura kru koran ini Senin (8/9) siang, seraya mengaku beberapa hari ini listrik aman untuk Tanjungpura.

“Memang pas malam kejadian itu luar biasa pemadamannya. Baru menyala dua menit padam lagi. Gitu kita nyalakan lampu sentir, listriknya hidup lagi. Gitu kita padamkan lampu sentirnya, listriknya menyala lagi. Pokoknya kesal dibuatnya. Jadi kayaknya wajar masyarakat emosi malam itu,” timpal pria yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi ini.

“Yang anehnya, sekarang kok bisa listriknya nggak padam lagi. Berarti kan nunggu dihancurin dulu Kantor PLN itu baru listriknya nggak byarpet lagi. Terkadang pemadaman listrik ini memang sudah diluar kewajaran rasanya,” ketusnya.

“Misalnya ketika malam Jumat, saat orang sedang wirit yasin lampu mati. Sudah itu, saat anak-anak mau belajar atau mengaji di malam hari, listrik mati. Dampaknya pada perangkat elektronik juga begitu terasa. Jadi kalau dihitung-hitung sudah terlalu banyak warga dirugikan dari pemadaman listrik tersebut. Sialnya setiap bulan masyarakat bayar juga rekeningnya,” katanya.

“Memang perusakan fasilitas negara tersebut tidaklah dapat dibenarkan. Tapi harus dilihat juga akar masalahnya apa hingga masyarakat berbuat seperti itu. Kalau boleh jujur, ini semua merupakan akumulasi kekesalan dan keresahan masyarakat yang telah lama membeku. Harusnya pihak PLN bisa menyikapi masalah ini sejak dini,” urainya.

Terpisah, meski belum dapat beraktifitas normal, namun pelayanan terhadap pelanggan di Kantor PLN Ranting Tanjungpura masih berjalan. Seperti penuturan Akri dan beberapa petugas lain yang saat ditemui, Minggu (7/9) malam. ”Ya setelah massa kemarin malam menghancurkan kantor kami, keadaan kantor kami ini jadi gelap. Semua bola lampu yang biasanya menerangi kantor juga dipecahkan dan belum juga diganti,” jelasnya.

Diakuinya, rasa kuatir masih menghinggapi mereka. “Selain itu juga kami masih was-was dengan kejadian itu. Sementara pemadaman bergilir ini bukan kehendak kami. Ini merupakan buah dari devisit listrik kita atau memang ini sudah dari sananya,” jelas Iwan.

”Kami juga tadi ada beberapa orang sudah dipanggil polisi untuk memberikan keterangan atas kerusakan dan hilangnya tv dari rumah dinas manajer. Kami tidak ada satupun yang mengenali para pelaku tersebut. Karena selain mereka terlalu ramai dan kami juga ketakutan dan memilih menghindar untuk menyelamatkan diri. Juga saat kejadian lampu padam Bang, makanya kami tak mengenali mereka,” tambahnya. Kembali ke Akri.

”Sekarang, tiap kali malam hari lampu padam, baik karena gangguan atau karena pemadaman bergilir, kami memilih keluar dari kantor. Kami takut hal serupa terjadi lagi. Kami pula yang menjadi sasaran nanti. Masalah yang lalu aja kami masih trauma, apa lagi pelakunya belum ada satupun yang ditangkap polisi,” bebernya.

Sementara, warga sekitar mengaku pemadaman pada malam perusakan sampai 6 kali. “Celakanya lagi, aksi massa kemungkinan dipicu akibat tindakan arogan kepala PLN yang melakukan pemutusan terhadap rumah warga dengan berbagai alasan yang kami tak tahu. Mereka menggunakan bahasa yang hanya orang PLN saja yang mengetahuinya. Seperti opal atau kawat jamper dan macam-macam istilah mereka itu. Tiap kali kami melakukan komplain, Kepala PLN Bosman Panjaitan tak pernah bertoleransi dengan mengenakan denda kepada kami yang tak tanggung-tanggung jumlahnya,” jelas sumber.

Dibebernya juga, ada warga yang memindahkan meteran dari sebelah rumah ke rumah sebelahnya, tapi pemiliknya sama dan tanpa membuka segel. Namun PLN dikenakan denda lebih dari satu juta.

“Apakah itu tak memberatkan dan belum lagi masalah katanya ada memasang kawat jamper. Sedangkan apa yang namanya kawat jamper tersebut juga kami tak tahu. Belum lagi pemutusan aliran listrik tanpa pemberitahuan kepada pemilik rumah atau pemerintahan setempat. Hal ini kerap terjadi di Tanjungpura ini Bang,” urai sumber lagi, mewanti namanya dirahasiakan.

Terpisah, Kepala PLN Ranting Tanjungpura, Bosman Panjaitan mengaku aksi massa kemungkinan karena pemadaman saja. “Memang hari itu ada beberapa kali pemadaman selain pemadaman yang dikarenakan defisit, karena di daerah Gebang ada masalah dengan pohon. Malam kejadian tersebut, selain listrik padam, juga hujan deras. Makanya keadaan gelap sehingga aksi massa tersebut tak ada yang mengenalinya. Namun atas kejadian tersebut sudah kita laporkan ke polisi,” jelasnya.

Bosman juga menyangkal soal tudingan arogan. “Tuduhan-tuduhan yang diisukan itu tidak benar apalagi menyangkut pemutusan atau opal itu kami lakukan sebatas yang bentuknya pelanggan melakukan pencurian arus. Kalau mengenai menunggak, sebelum melakukan pemutusan terlebih dahulu kami panggil ke kantor. Bila yang bersangkutan masih mau membayar maka tidak kami putus dan kalaupun kami putus itu kami juga tetap memanggil yang bersangkutan ke kantor untuk menyelesaikan yang menjadi tanggung jawabnya,” terangnya.

”Mengenai pemutusan arus atau pencabutan KWH Meter tersebut, itu bukan semata ide saya saja. Itu juga sudah ada petugasnya sendiri yaitu P2TL. Tapi kalaupun ada pelanggan kita yang mengeluhkan anggota saya yang melakukan pemutusan tidak sesuai dengan prosedur, akan kita tindak dengan tegas. Laporkan saja sama saya pastilah saya tanggapi,” tegasnya.

“Pun demikian mengenai pemadaman bergilir ini juga telah kita sampaikan melalui surat kepada camat, kepala desa dan lurah serta tokoh masyarakat agar kiranya hal ini dapat disosialisasikan kepada masyarakat. Agar terjadinya pemadaman tersebut dapat dipahami dan dimaklumi. Tetapi apakah itu efektif atau tidak ya kedepan saya akan coba mengumumkan melalui radio atau yang lain. Tetapi surat yang saya layangkan tersebut juga melampirkan surat dari Gubernur Sumatra Utara prihal Hemat Listrik,” ujarnya.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Tanjungpura, Aiptu Romy Simanjuntak ketika ditemui di rumahnya mengaku pihak PLN sudah ada tiga orang yang diperiksa sebagai saksi. “Diantaranya satpam yang bertugas malam itu Ahmad Sukri, Udin dan Marianto. Tapi masih sebagai saksi. Dari hasil pemeriksaan terhadap saksi-saksi tersebut belum ada yang mengarah kepada salah seorang pelaku pun. Namun mereka mengakui bahwa adanya melihat orang membawa tv yang hilang dari rumah dinas manajer,” jelasnya. (dw/zd/trg/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/