25.2 C
Medan
Monday, October 7, 2024

Penulis Cilik: Pak, Kapan Kita Menulis Lagi?

Belajar Menulis di Tengah Pandemi

Salahsatu siswi Madrasah Ibtidaiyah Swasta Kota Pematangsiantar, mamajang hasil karya tulisnya di album bersampul.

PEMATANGSIANTAR, SUMUTPOS.CO – Menjadikan anak sebagai penulis cilik, menjadi salahsatu metode pembelajaran baik pilihan Ramadhan, S.Pd.I, seorang guru Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Kota Pematangsiantar. Ternyata anak-anak didik menyukai metodenya. Buktinya, setelah sukses sesi pertama praktik menulis, anak-anak didiknya bertanya dengan antusias: “Pak, kapan kita menulis lagi?”

“Penulis cilik adalah penulis yang menuangkan perasaan atau pemikiran berdasarkan pengalaman di usia belia ke dalam tulisan-tulisan sederhana, sesuai bahasa di usianya,” jelas Ramadhan, kepada Sumut Pos, Minggu (8/11).

Sebagai guru BI, ia memilih melatih muridnya menjadi penulis cilik, sebagai salahsatu langkah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi Covid-19) untuk mapel Bahasa Indonesia. PJJ dilakukan sebagai salahsatu disiplin menegakkan protokol kesehatan, yakni jaga jarak dan mencegah kerumunan. Sedangkan menulis sebagai inovasi pembelajaran yang berorientasi anak, dan menimbulkan interaksi yang baik antara orang tua dan anak.

“Menjadikan anak menjadi penulis cilik akan terasa mudah. Bisa diawali dari menulis apapun sesuai perkembangan si anak. Misalnya, anak-anak ‘kan biasanya sangat suka bercerita dengan temannya. Mereka suka berbagi pengalaman sehari-hari. Juga sangat suka menggambar. Kebiasaan ini yang ingin saya kelola dengan menumbuhkan bakat menulis hingga menjadi kebiasaan yang baik pada si anak,” terang Ramadhan yang juga salahseorang Fasilitator Daerah Kota Pematangsiantar Program Pintar Tanoto Foundation ini.

Di masa pandemi Covid 19 ini, ia ingin agar anak-anak tidak hanya mampu mengungkapkan perasaannya secara tulisan. Tetapi juga menumbuhkembangkan kerjasama dan rasa senang antara anak dan orang tuanya selaku guru di rumah, selama PJJ.

“Selain itu, secara kognitif anak diharapkan dapat menambah kosa kata baru, terampil dalam menulis, dan mampu menceritakan pengalamannya dengan bahasa tulis yang sederhana,” cetusnya.

Salahseorang siswi Madrasah Ibtidaiyah Swasta Kota Pematangsiantar, memamerkan tulisannya yang dihias di map bermotif.

Untuk mencapai tujuan tersebut, guru yang juga peserta pelatihan Pengembangan Budaya Baca Tanoto Foundation ini melakukan PJJ menggunakan aplikasi WhatsApp sebagai media daring (dalam jaringan).

“Pertama, saya menjelaskan tentang penulis cilik melalui video pembelajaran, apa tujuannya, orientasi, manfaat, tema tulisan, cara menulis dengan runtut, dan cara menghiasi hasil karya dengan baik,” jelasnya.

Soal tema, Ramadhan mencontohkan, anak-anak boleh menulis tentang senangnya belajar dengan orang tua, pengalaman belajar di rumah, dan seterusnya.

Masih lewat WA, Ramadhan meminta orang tua siswa menyampaikan kembali penjelasan sesuai video yang disajikan kepada anak lewat pendampingan. “Saya berharap orang tua ikut merangsang minat anak menjadi penulis cilik. Saya juga memotivasi anak-anak dengan menceritakan kisah tentang penulis-penulis besar yang karyanya masih tetap dikenal meski orangnya telah lama puluhan tahun meninggal,” ungkapnya.

Setelah memberi deadline tugas, berikutnya anak-anak disuruh membacakan kembali tulisan yang dibuat, lalu mengirimkan lewat grup WA. Kemudian selaku guru Bahasa Indonesia, dirinya mengoreksi tulisan, termasuk pilihan kata, serta struktur kalimat.

“Selanjutnya si anak memperbaiki kembali tulisannya. Setelah dinilai dan saya setujui, anak didik saya minta menyiapkan bahan hiasan yang mudah didapat di dalam rumah, dan menghias tulisannya dan membuat sampul tulisan, didampingi orang tua,” katanya seraya tersenyum.

Ia juga meminta orangtua mendokumentasikan pendampingan kepada anak. Selanjutnya, refleksi bersama antara guru, orang tua, dan siswa.

“Dari pembelajaran praktik baik berdasarkan pengalaman anak, anak-anak sangat suka bercerita dan menggambar. Jika diarahkan dengan tepat, minat anak dalam menulis dapat tumbuh berkembang. Buktinya, anak-anak didik saya bangga dapat mengungkapkan pengalamannya. Mereka bangga memajang dan memamerkan hasil karyanya di WhatsApp Grup, yang dapat dilihat oleh semua temannya dan wali murid kelas III lainnya,” ungkapnya dengan nada bangga.

Antusiasme anak terukur jelas, lewat pertanyaan beberapa anak di sela-sela refleksi: “Pak, kapan kita menulis lagi?”

“Tak hanya saya yang bangga dengan keberhasilan mereka menulis. Orangtua mereka juga ikut bangga,” cetusnya dengan mata berbinar.

Ramadhan, S.Pd.I, guru Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Kota Pematangsiantar, yang berinovasi dalam metode PJJ selama pandemi Covid-19, dengan praktik jadi penulis cilik.

Ia berharap, dengan praktik pembelajaran baik ini, selain mengasah keterampilan kognitif anak, juga mengasah keterampilan menulisnya, serta dapat menumbuhkan afeksi antara anak dan orangtua. Tak lupa ia selalu mengingatkan anak-anak untuk selalu mengenakan masker dan rajin cuci tangan dengan sabun. “Semoga pengalaman ini dapat menambah wahana kita bersama,” tutupnya dengan nada rendah hati. (mea)

Belajar Menulis di Tengah Pandemi

Salahsatu siswi Madrasah Ibtidaiyah Swasta Kota Pematangsiantar, mamajang hasil karya tulisnya di album bersampul.

PEMATANGSIANTAR, SUMUTPOS.CO – Menjadikan anak sebagai penulis cilik, menjadi salahsatu metode pembelajaran baik pilihan Ramadhan, S.Pd.I, seorang guru Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Kota Pematangsiantar. Ternyata anak-anak didik menyukai metodenya. Buktinya, setelah sukses sesi pertama praktik menulis, anak-anak didiknya bertanya dengan antusias: “Pak, kapan kita menulis lagi?”

“Penulis cilik adalah penulis yang menuangkan perasaan atau pemikiran berdasarkan pengalaman di usia belia ke dalam tulisan-tulisan sederhana, sesuai bahasa di usianya,” jelas Ramadhan, kepada Sumut Pos, Minggu (8/11).

Sebagai guru BI, ia memilih melatih muridnya menjadi penulis cilik, sebagai salahsatu langkah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi Covid-19) untuk mapel Bahasa Indonesia. PJJ dilakukan sebagai salahsatu disiplin menegakkan protokol kesehatan, yakni jaga jarak dan mencegah kerumunan. Sedangkan menulis sebagai inovasi pembelajaran yang berorientasi anak, dan menimbulkan interaksi yang baik antara orang tua dan anak.

“Menjadikan anak menjadi penulis cilik akan terasa mudah. Bisa diawali dari menulis apapun sesuai perkembangan si anak. Misalnya, anak-anak ‘kan biasanya sangat suka bercerita dengan temannya. Mereka suka berbagi pengalaman sehari-hari. Juga sangat suka menggambar. Kebiasaan ini yang ingin saya kelola dengan menumbuhkan bakat menulis hingga menjadi kebiasaan yang baik pada si anak,” terang Ramadhan yang juga salahseorang Fasilitator Daerah Kota Pematangsiantar Program Pintar Tanoto Foundation ini.

Di masa pandemi Covid 19 ini, ia ingin agar anak-anak tidak hanya mampu mengungkapkan perasaannya secara tulisan. Tetapi juga menumbuhkembangkan kerjasama dan rasa senang antara anak dan orang tuanya selaku guru di rumah, selama PJJ.

“Selain itu, secara kognitif anak diharapkan dapat menambah kosa kata baru, terampil dalam menulis, dan mampu menceritakan pengalamannya dengan bahasa tulis yang sederhana,” cetusnya.

Salahseorang siswi Madrasah Ibtidaiyah Swasta Kota Pematangsiantar, memamerkan tulisannya yang dihias di map bermotif.

Untuk mencapai tujuan tersebut, guru yang juga peserta pelatihan Pengembangan Budaya Baca Tanoto Foundation ini melakukan PJJ menggunakan aplikasi WhatsApp sebagai media daring (dalam jaringan).

“Pertama, saya menjelaskan tentang penulis cilik melalui video pembelajaran, apa tujuannya, orientasi, manfaat, tema tulisan, cara menulis dengan runtut, dan cara menghiasi hasil karya dengan baik,” jelasnya.

Soal tema, Ramadhan mencontohkan, anak-anak boleh menulis tentang senangnya belajar dengan orang tua, pengalaman belajar di rumah, dan seterusnya.

Masih lewat WA, Ramadhan meminta orang tua siswa menyampaikan kembali penjelasan sesuai video yang disajikan kepada anak lewat pendampingan. “Saya berharap orang tua ikut merangsang minat anak menjadi penulis cilik. Saya juga memotivasi anak-anak dengan menceritakan kisah tentang penulis-penulis besar yang karyanya masih tetap dikenal meski orangnya telah lama puluhan tahun meninggal,” ungkapnya.

Setelah memberi deadline tugas, berikutnya anak-anak disuruh membacakan kembali tulisan yang dibuat, lalu mengirimkan lewat grup WA. Kemudian selaku guru Bahasa Indonesia, dirinya mengoreksi tulisan, termasuk pilihan kata, serta struktur kalimat.

“Selanjutnya si anak memperbaiki kembali tulisannya. Setelah dinilai dan saya setujui, anak didik saya minta menyiapkan bahan hiasan yang mudah didapat di dalam rumah, dan menghias tulisannya dan membuat sampul tulisan, didampingi orang tua,” katanya seraya tersenyum.

Ia juga meminta orangtua mendokumentasikan pendampingan kepada anak. Selanjutnya, refleksi bersama antara guru, orang tua, dan siswa.

“Dari pembelajaran praktik baik berdasarkan pengalaman anak, anak-anak sangat suka bercerita dan menggambar. Jika diarahkan dengan tepat, minat anak dalam menulis dapat tumbuh berkembang. Buktinya, anak-anak didik saya bangga dapat mengungkapkan pengalamannya. Mereka bangga memajang dan memamerkan hasil karyanya di WhatsApp Grup, yang dapat dilihat oleh semua temannya dan wali murid kelas III lainnya,” ungkapnya dengan nada bangga.

Antusiasme anak terukur jelas, lewat pertanyaan beberapa anak di sela-sela refleksi: “Pak, kapan kita menulis lagi?”

“Tak hanya saya yang bangga dengan keberhasilan mereka menulis. Orangtua mereka juga ikut bangga,” cetusnya dengan mata berbinar.

Ramadhan, S.Pd.I, guru Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Kota Pematangsiantar, yang berinovasi dalam metode PJJ selama pandemi Covid-19, dengan praktik jadi penulis cilik.

Ia berharap, dengan praktik pembelajaran baik ini, selain mengasah keterampilan kognitif anak, juga mengasah keterampilan menulisnya, serta dapat menumbuhkan afeksi antara anak dan orangtua. Tak lupa ia selalu mengingatkan anak-anak untuk selalu mengenakan masker dan rajin cuci tangan dengan sabun. “Semoga pengalaman ini dapat menambah wahana kita bersama,” tutupnya dengan nada rendah hati. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/