25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Hilang Dua Hari, Nelayan Sibolga Ini Ternyata Disekap Penunggu Laut

Dengan semangat, dia pun menyuruh anaknya untuk terus mengencingi kaca tersebut. Namun sayang, usaha tersebut sia-sia. Karena kaca yang pecah dengan cepat kembali lagi utuh. “Kusuruhlah terus kencing anakku ini, biar pecah semua. Tapi, kacanya kembali lagi utuh, itu bingungnya aku,” terangnya.

Tiba-tiba saja, anak dan ayahnya pun hilang. Entah darimana katanya, dalam mimpinya itu muncul seorang pria yang menurutnya berperawakan baik dan mau menjadi temannya. Namun berbarengan dengan itu, datang juga sepasang suami istri berkulit putih yang menawarkan sesuatu untuk dimakan. Saat dilihat, benda yang disodorkan suami istri itu berwarna hitam.

Selanjutnya pria yang disebutnya sebagai kawan itu melarang Kudri untuk memakan benda yang disodorkan kepadanya. Menurutnya, pasangan suami istri itu mempunyai niat buruk padanya.

“Benda hitam itu seperti darah. Katanya, kalau kumakan, aku akan menjadi pengikutnya. Tapi, kawanku tadi melarang. Jangan kau makan, itu sesat,” bebernya menirukan kata-kata rekannya tersebut.

Dalam mimpinya, masih kata Kudri, dia terus saja berdoa dan membaca ayat kursi. Hingga kemudian pasangan tersebut terlihat bertengkar. Si wanita menyarankan kepada suaminya agar segera melepaskan dirinya. Namun, si suami tetap bersikeras ingin menahannya di dasar laut.

“Mereka mau mengurungku di dasar laut. Makanya terus saja aku berdoa, kubaca ayat kursi saat aku ditahan “penunggu” Laut Ilik itu. Disitu mereka kulihat bertengkar, karena suaminya gak mau melepaskan aku. Padahal, istrinya sudah menyuruh agar aku dilepaskan,” tuturnya.

Dengan perasaan bingung dan masih belum percaya dengan kisah yang dialaminya, Kudri pun meneruskan ceritanya. Setelah keduanya bertengkar, sahabat alam gaibnya tersebut memberikannya sehelai benang dan mengajarinya cara memecahkan kaca tersebut, hingga akhirnya benar-benar pecah.

“Akupun gak mengerti benang apa itu, kok bisa pecah kaca itu hanya karena digosok-gosok pakai benang saja,” ujar Kudri.

Setelah kaca pecah, perasaan sesaknya hilang berganti dengan nafas lega. Disinilah muncul keajaiban, Kudri tiba-tiba muncul dari dasar laut, tepat di depan sebuah kapal nelayan penjaring kepiting. Kondisinya saat itu tanpa busana. Menurut keterangan ABK yang menyelamatkannya, saat itu waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB.

Awalnya Kudri memang tidak memperdulikan kapal tersebut. Karena, saat itu ia teringat dengan rekan alam gaibnya yang masih berada di dasar laut. Katanya, ada tiga kali dia mencoba menyelam kembali ke bawah dan sempat berteriak memanggil rekannya tersebut.

“Ada 3 kali kucoba menyelam, kupanggil-panggil dia, kemana kau, kenapa kau tinggalkan aku, tapi gak didengarkannya. Barulah aku teriak memanggil orang yang ada di kapal itu,” ungkapnya sembari menambahkan kalau orang yang ada di kapal itu sempat bingung melihat dirinya bisa selamat tanpa pelampung.

Sementara itu ayahnya Pahruddin, mengaku tak yakin anaknya bisa selamat begitu mendengar kabar kapal Kudri karam. Namun katanya, inilah kebesaran Tuhan.

“Kita pun gak percaya, masa bisa selamat padahal sudah gak ada lagi pelampungnya. Memang itulah kebesaran Tuhan itu, bisa selamat anakku ini,” ungkapnya haru sambil mengucapkan terimakasih kepada Sang Pencipta berulang kali.

Amatan New Tapanuli, kondisi Kudri kini sudah mulai membaik. Dia hanya mengalami luka ringan pada perutnya dan sudah diobati. Kudri mengaku tak akan gentar untuk tetap melaut. Karena hanya dengan melautlah dia bisa menghidupi 8 anak dan istrinya.

Berita sebelumnya, kapal Rizky Hannum yang ditumpangi Kudri bersama tiga rekannya, karam setelah dihantam badai di perairan Pulau Ilik, wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Rekannya Iwan Tanjung, Rabu (9/3) lalu menceritakan kronologis yang mereka alami.

Menurut Iwan, awalnya mereka yang berjumlah empat orang, berangkat dari Sibolga, Rabu (2/3) sekira pukul 10.00 WIB. Dari hari itu hingga lima hari kedepannya, semuanya terkendali. Namun pada Senin (7/3) sekira pukul 20.00 WIB, di sekitar Pulau Ilik, perairan Mandailing Natal, tepatnya 30 mil dari Sibolga, terjadi badai di laut.

Saat itu angin kencang berhembus dan membuat kapal mereka tak bisa melaju. Akhirnya, mereka memilih berhenti dan menurunkan jangkar.

“Karena badai sangat kencang, kapal kami gak bisa lagi melaju. Terpaksa kami turunkan jangkar. Kami takut kalau dipaksa, jadi membahayakan,” ujar Iwan diamini Hamdani dan Kismad, Rabu (9/3).

Ternyata, apa yang mereka takutkan akhirnya terjadi. Kapal bermesin dompeng 16 PK yang mereka tumpangi terbalik setelah dihantam badai. Dengan perasaan was-was, mereka kemudian berusaha membalikkan lagi kapal tersebut, agar posisinya seperti semula. Namun, karena kondisinya mengalami kerusakan parah, kapal ukuran GT 3 tersebut akhirnya karam.

“Sampai pukul 01.00 WIB kami masih tetap bertahan di kapal itu. Setelah itu, akhirnya ternggelam, karam,” bebernya.

“Pada Selasa (8/3) malam sekira pukul 23.30 WIB, kami lihat ada kapal yang sedang membuang jaring. Tandanya, pelampung berbendera yang di taruh di air, itu tandanya. Jangan sampai ditinggal pergi, Kismad pun buru-buru berenang dengan memakai pelampung, untung masih terkejar. Karena pada saat itu kapalnya sudah mau berangkat pulang,” ceritanya.

Selanjutnya ketiganya dinaikkan ke kapal dan berhasil diselamatkan. Sempat mencari keberadaan Kudri yang tak kunjung terlihat saat itu, mereka akhirnya dibawa pulang ke Sibolga. (ts/sam/jpnn)

Dengan semangat, dia pun menyuruh anaknya untuk terus mengencingi kaca tersebut. Namun sayang, usaha tersebut sia-sia. Karena kaca yang pecah dengan cepat kembali lagi utuh. “Kusuruhlah terus kencing anakku ini, biar pecah semua. Tapi, kacanya kembali lagi utuh, itu bingungnya aku,” terangnya.

Tiba-tiba saja, anak dan ayahnya pun hilang. Entah darimana katanya, dalam mimpinya itu muncul seorang pria yang menurutnya berperawakan baik dan mau menjadi temannya. Namun berbarengan dengan itu, datang juga sepasang suami istri berkulit putih yang menawarkan sesuatu untuk dimakan. Saat dilihat, benda yang disodorkan suami istri itu berwarna hitam.

Selanjutnya pria yang disebutnya sebagai kawan itu melarang Kudri untuk memakan benda yang disodorkan kepadanya. Menurutnya, pasangan suami istri itu mempunyai niat buruk padanya.

“Benda hitam itu seperti darah. Katanya, kalau kumakan, aku akan menjadi pengikutnya. Tapi, kawanku tadi melarang. Jangan kau makan, itu sesat,” bebernya menirukan kata-kata rekannya tersebut.

Dalam mimpinya, masih kata Kudri, dia terus saja berdoa dan membaca ayat kursi. Hingga kemudian pasangan tersebut terlihat bertengkar. Si wanita menyarankan kepada suaminya agar segera melepaskan dirinya. Namun, si suami tetap bersikeras ingin menahannya di dasar laut.

“Mereka mau mengurungku di dasar laut. Makanya terus saja aku berdoa, kubaca ayat kursi saat aku ditahan “penunggu” Laut Ilik itu. Disitu mereka kulihat bertengkar, karena suaminya gak mau melepaskan aku. Padahal, istrinya sudah menyuruh agar aku dilepaskan,” tuturnya.

Dengan perasaan bingung dan masih belum percaya dengan kisah yang dialaminya, Kudri pun meneruskan ceritanya. Setelah keduanya bertengkar, sahabat alam gaibnya tersebut memberikannya sehelai benang dan mengajarinya cara memecahkan kaca tersebut, hingga akhirnya benar-benar pecah.

“Akupun gak mengerti benang apa itu, kok bisa pecah kaca itu hanya karena digosok-gosok pakai benang saja,” ujar Kudri.

Setelah kaca pecah, perasaan sesaknya hilang berganti dengan nafas lega. Disinilah muncul keajaiban, Kudri tiba-tiba muncul dari dasar laut, tepat di depan sebuah kapal nelayan penjaring kepiting. Kondisinya saat itu tanpa busana. Menurut keterangan ABK yang menyelamatkannya, saat itu waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB.

Awalnya Kudri memang tidak memperdulikan kapal tersebut. Karena, saat itu ia teringat dengan rekan alam gaibnya yang masih berada di dasar laut. Katanya, ada tiga kali dia mencoba menyelam kembali ke bawah dan sempat berteriak memanggil rekannya tersebut.

“Ada 3 kali kucoba menyelam, kupanggil-panggil dia, kemana kau, kenapa kau tinggalkan aku, tapi gak didengarkannya. Barulah aku teriak memanggil orang yang ada di kapal itu,” ungkapnya sembari menambahkan kalau orang yang ada di kapal itu sempat bingung melihat dirinya bisa selamat tanpa pelampung.

Sementara itu ayahnya Pahruddin, mengaku tak yakin anaknya bisa selamat begitu mendengar kabar kapal Kudri karam. Namun katanya, inilah kebesaran Tuhan.

“Kita pun gak percaya, masa bisa selamat padahal sudah gak ada lagi pelampungnya. Memang itulah kebesaran Tuhan itu, bisa selamat anakku ini,” ungkapnya haru sambil mengucapkan terimakasih kepada Sang Pencipta berulang kali.

Amatan New Tapanuli, kondisi Kudri kini sudah mulai membaik. Dia hanya mengalami luka ringan pada perutnya dan sudah diobati. Kudri mengaku tak akan gentar untuk tetap melaut. Karena hanya dengan melautlah dia bisa menghidupi 8 anak dan istrinya.

Berita sebelumnya, kapal Rizky Hannum yang ditumpangi Kudri bersama tiga rekannya, karam setelah dihantam badai di perairan Pulau Ilik, wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Rekannya Iwan Tanjung, Rabu (9/3) lalu menceritakan kronologis yang mereka alami.

Menurut Iwan, awalnya mereka yang berjumlah empat orang, berangkat dari Sibolga, Rabu (2/3) sekira pukul 10.00 WIB. Dari hari itu hingga lima hari kedepannya, semuanya terkendali. Namun pada Senin (7/3) sekira pukul 20.00 WIB, di sekitar Pulau Ilik, perairan Mandailing Natal, tepatnya 30 mil dari Sibolga, terjadi badai di laut.

Saat itu angin kencang berhembus dan membuat kapal mereka tak bisa melaju. Akhirnya, mereka memilih berhenti dan menurunkan jangkar.

“Karena badai sangat kencang, kapal kami gak bisa lagi melaju. Terpaksa kami turunkan jangkar. Kami takut kalau dipaksa, jadi membahayakan,” ujar Iwan diamini Hamdani dan Kismad, Rabu (9/3).

Ternyata, apa yang mereka takutkan akhirnya terjadi. Kapal bermesin dompeng 16 PK yang mereka tumpangi terbalik setelah dihantam badai. Dengan perasaan was-was, mereka kemudian berusaha membalikkan lagi kapal tersebut, agar posisinya seperti semula. Namun, karena kondisinya mengalami kerusakan parah, kapal ukuran GT 3 tersebut akhirnya karam.

“Sampai pukul 01.00 WIB kami masih tetap bertahan di kapal itu. Setelah itu, akhirnya ternggelam, karam,” bebernya.

“Pada Selasa (8/3) malam sekira pukul 23.30 WIB, kami lihat ada kapal yang sedang membuang jaring. Tandanya, pelampung berbendera yang di taruh di air, itu tandanya. Jangan sampai ditinggal pergi, Kismad pun buru-buru berenang dengan memakai pelampung, untung masih terkejar. Karena pada saat itu kapalnya sudah mau berangkat pulang,” ceritanya.

Selanjutnya ketiganya dinaikkan ke kapal dan berhasil diselamatkan. Sempat mencari keberadaan Kudri yang tak kunjung terlihat saat itu, mereka akhirnya dibawa pulang ke Sibolga. (ts/sam/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/