25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

11 Hari, 37 Korban Lakalantas Tewas

ilustrasi
ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tak bisa dimungkiri, saat arus mudik dan balik Lebaran, banyak masyarakat yang harus berjibaku di tengah kemacetan, akibat padatnya volume kendaraan yang melintas di jalanan. Bahkan, kecelakaan yang menyebabkan korban jiwa pun tak bisa dihindari. Terhitung sejak Kamis (30/6) hingga Minggu (10/7), sebanyak 37 orang telah meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas di Sumatera Utara.

Jumlah tersebut berdasarkan pencatatan Posko Operasi Ramadniya Toba 2016 yang sedang dilaksanakan jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu) bersama instansi terkait lain, di wilayah Sumatera Utara. Selain meninggal dunia, banyak juga korban lakalantas yang mengalami luka-luka.

Kasubbid Penmas Poldasu, AKBP MP Nainggolan kepada Sumut Pos, Minggu (10/7) malam, mengatakan, tercatat 66 orang menderita luka berat dan 153 orang menderita luka ringan. Sedangkan kerugian materil yang timbul akibat kecelakaan tersebut sebesar Rp318.675.000. Jumlah itu, kata MP Nainggolan, dari 131 kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi.

“Selama Operasi Ramadniya Toba 2016 ini, kita juga mencatat pelanggaran lalu lintas yang terjadi sebanyak 5.296 kasus. Dari pelanggaran itu, 1.681 kita tindak dengan tilang dan 3.615 ditindak dengan teguran,” ungkap MP.

Disinggung soal puncak arus balik yang jatuh pada Minggu (10/7), MP Nainggolan mengaku sudah melakukan pengaturan dan juga penjagaan agar lalu lintas aman, selamat, tertib dan lancar (Kamseltibcar) dapat terwujud. Namun, diakui MP kalau kecelakaan lalu lintas masih terjadi kemarin (10/7), yaitu sebanyak 16 kasus dengan korban meninggal dunia 3 orang, korban luka berat 8 orang dan korban luka ringan 23 orang serta kerugian materil Rp27.500.000.

“Pelanggaran lalu lintas juga masih terjadi hari ini (kemarin, red) dengan jumlah 577. Dari jumlah itu, 115 pelanggaran kita tilang dan 462 pelanggaran kita beri teguran, ” sambung MP.

Meski demikian, MP mengaku angka itu lebih kecil dibanding tahun 2015 lalu, dimana terjadi 188 kecelakaan lalu lintas selama Operasi Ketupat Toba 2015. Akibat kecelakaan lalu lintas itu, tercatat 63 orang meninggal dunia, 110 orang luka berat, 231 orang luka ringan dan kerugian materil timbul, Rp409.250.000.

Sementara di tahun 2014, tercatat terjadi 177 kasus kecelakaan lalu lintas selama Operasi Ketupat Toba. Akibat kecelakaan lalu lintas, tercatat 68 orang meninggal dunia, 93 orang luka berat, 183 orang luka ringan dan kerugian materil yang timbul Rp515.700.000.

Termasuk dengan pelanggaran lalu lintas tercatat pada Operasi Ketupat Toba 2015, sebanyak 6.043. Dari jumlah itu, sebanyak 2292 pelanggaran ditindak dengan tilang dan 3751 pelanggaran diberikan teguran. Sementara pada Operasi Ketupat Toba 2014 terjadi 6135 pelanggaran lalu lintas. Dari jumlah tersebut, 3653 pelanggaran ditilang dan 2482 pelanggaran ditegur.

PEMERINTAH MINTA MAAF
Sementara itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan permohonan maaf atas kejadian meninggalnya para pemudik saat terjadi kemacetan parah arus mudik. Permintaan maaf dari Luhut ini dipublikasi melalui akun twitter Kemenko Polhukam, @PolhukamRI, Minggu (10/7).

“Menko Polhukam Luhut Pandjaitan minta maaf kepada masyarakat atas jatuhnya korban jiwa selama tanggal 3-5 Juli lalu,” demikian cuitan @PolhukamRI pada sekitar pukul 18.00 WIB.

Pernyataan permohonan maaf juga disampaikan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo melalui akun twitternya @tjahjo_kumolo. Tjahjo dalam cuitannya bicara mengenai kejadian meninggalnya pemudik saat kemacaten terjadi di Brebes, Jateng.

“Saya Mendagri atas nama Pemerintah menyampaikan permohonan MAAF kpd masyarakat yg #Mudik khususnya kpd keluarga yg tertimpa musibah,” ujar Tjahjo.

Pemerintah menurut Tjahjo sudah berupaya maksimal mempercepat pembangunan jalan tol dan memperbaiki jalan-jalan di jalur mudik. “Adanya musibah dan msh adanya kekurang-nyamanan dlm perjalanan, menjadi evaluasi kami pemerintah khususnya Kemendagri,” imbuh Tjahjo
Pada arus mudik dan arus balik, Pemda-pemda sambung Tjahjo sudah berkoordinasi dengan instansi terkait. Kemendagri juga sudah mengeluarkan radiogram kepada kepala daerah terkait arus mudik.

“Dan saya yakin kepala daerah sdh kerja keras dan koordinasi serta menggerakkan aparat daerahnya,” imbuhnya.

Selain itu kepolisian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan menurut Tjahjo sudah bekerja keras untuk melayani masyarakat saat arus mudik.

Kementerian Kesehatan sebelumnya membenarkan kejadian meninggalnya belasan orang saat arus mudik. Dampak kemacetan seperti kelelahan diduga menjadi pemicu gangguan kesehatan yang memperparah penyakit khusus yang sudah diderita sehingga menyebabkan kematian.

Dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/7), Kemenkes menyebutkan peristiwa meninggalnya belasan orang terjadi di wilayah berbeda dalam rentang waktu tiga hari yakni, hari Minggu (3/7) hingga Selasa (5/7).

Kemenkes mengatakan, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab adanya korban yang meninggal. Kelelahan dan kekurangan cairan dapat berdampak fatal. Apalagi pada kelompok rentan anak-anak, orang tua, pemudik dengan penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, jantung yang dapat meningkatkan risiko kematian.

“Ditambah lagi kondisi kabin kendaraan yang relatif sempit serta tertutup dengan pemakaian AC terus menerus akan menurunkan oksigen serta naiknya CO2,” tegas Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Achmad Yurianto.

Kemacetan parah–yang terjadi di Pejagan-Brebes–ini yang menjadi pemicu gangguan kesehatan akut yang mengakibatkan korban meninggal dunia. (ain/bbs/adz)

ilustrasi
ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tak bisa dimungkiri, saat arus mudik dan balik Lebaran, banyak masyarakat yang harus berjibaku di tengah kemacetan, akibat padatnya volume kendaraan yang melintas di jalanan. Bahkan, kecelakaan yang menyebabkan korban jiwa pun tak bisa dihindari. Terhitung sejak Kamis (30/6) hingga Minggu (10/7), sebanyak 37 orang telah meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas di Sumatera Utara.

Jumlah tersebut berdasarkan pencatatan Posko Operasi Ramadniya Toba 2016 yang sedang dilaksanakan jajaran Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu) bersama instansi terkait lain, di wilayah Sumatera Utara. Selain meninggal dunia, banyak juga korban lakalantas yang mengalami luka-luka.

Kasubbid Penmas Poldasu, AKBP MP Nainggolan kepada Sumut Pos, Minggu (10/7) malam, mengatakan, tercatat 66 orang menderita luka berat dan 153 orang menderita luka ringan. Sedangkan kerugian materil yang timbul akibat kecelakaan tersebut sebesar Rp318.675.000. Jumlah itu, kata MP Nainggolan, dari 131 kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi.

“Selama Operasi Ramadniya Toba 2016 ini, kita juga mencatat pelanggaran lalu lintas yang terjadi sebanyak 5.296 kasus. Dari pelanggaran itu, 1.681 kita tindak dengan tilang dan 3.615 ditindak dengan teguran,” ungkap MP.

Disinggung soal puncak arus balik yang jatuh pada Minggu (10/7), MP Nainggolan mengaku sudah melakukan pengaturan dan juga penjagaan agar lalu lintas aman, selamat, tertib dan lancar (Kamseltibcar) dapat terwujud. Namun, diakui MP kalau kecelakaan lalu lintas masih terjadi kemarin (10/7), yaitu sebanyak 16 kasus dengan korban meninggal dunia 3 orang, korban luka berat 8 orang dan korban luka ringan 23 orang serta kerugian materil Rp27.500.000.

“Pelanggaran lalu lintas juga masih terjadi hari ini (kemarin, red) dengan jumlah 577. Dari jumlah itu, 115 pelanggaran kita tilang dan 462 pelanggaran kita beri teguran, ” sambung MP.

Meski demikian, MP mengaku angka itu lebih kecil dibanding tahun 2015 lalu, dimana terjadi 188 kecelakaan lalu lintas selama Operasi Ketupat Toba 2015. Akibat kecelakaan lalu lintas itu, tercatat 63 orang meninggal dunia, 110 orang luka berat, 231 orang luka ringan dan kerugian materil timbul, Rp409.250.000.

Sementara di tahun 2014, tercatat terjadi 177 kasus kecelakaan lalu lintas selama Operasi Ketupat Toba. Akibat kecelakaan lalu lintas, tercatat 68 orang meninggal dunia, 93 orang luka berat, 183 orang luka ringan dan kerugian materil yang timbul Rp515.700.000.

Termasuk dengan pelanggaran lalu lintas tercatat pada Operasi Ketupat Toba 2015, sebanyak 6.043. Dari jumlah itu, sebanyak 2292 pelanggaran ditindak dengan tilang dan 3751 pelanggaran diberikan teguran. Sementara pada Operasi Ketupat Toba 2014 terjadi 6135 pelanggaran lalu lintas. Dari jumlah tersebut, 3653 pelanggaran ditilang dan 2482 pelanggaran ditegur.

PEMERINTAH MINTA MAAF
Sementara itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan permohonan maaf atas kejadian meninggalnya para pemudik saat terjadi kemacetan parah arus mudik. Permintaan maaf dari Luhut ini dipublikasi melalui akun twitter Kemenko Polhukam, @PolhukamRI, Minggu (10/7).

“Menko Polhukam Luhut Pandjaitan minta maaf kepada masyarakat atas jatuhnya korban jiwa selama tanggal 3-5 Juli lalu,” demikian cuitan @PolhukamRI pada sekitar pukul 18.00 WIB.

Pernyataan permohonan maaf juga disampaikan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo melalui akun twitternya @tjahjo_kumolo. Tjahjo dalam cuitannya bicara mengenai kejadian meninggalnya pemudik saat kemacaten terjadi di Brebes, Jateng.

“Saya Mendagri atas nama Pemerintah menyampaikan permohonan MAAF kpd masyarakat yg #Mudik khususnya kpd keluarga yg tertimpa musibah,” ujar Tjahjo.

Pemerintah menurut Tjahjo sudah berupaya maksimal mempercepat pembangunan jalan tol dan memperbaiki jalan-jalan di jalur mudik. “Adanya musibah dan msh adanya kekurang-nyamanan dlm perjalanan, menjadi evaluasi kami pemerintah khususnya Kemendagri,” imbuh Tjahjo
Pada arus mudik dan arus balik, Pemda-pemda sambung Tjahjo sudah berkoordinasi dengan instansi terkait. Kemendagri juga sudah mengeluarkan radiogram kepada kepala daerah terkait arus mudik.

“Dan saya yakin kepala daerah sdh kerja keras dan koordinasi serta menggerakkan aparat daerahnya,” imbuhnya.

Selain itu kepolisian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan menurut Tjahjo sudah bekerja keras untuk melayani masyarakat saat arus mudik.

Kementerian Kesehatan sebelumnya membenarkan kejadian meninggalnya belasan orang saat arus mudik. Dampak kemacetan seperti kelelahan diduga menjadi pemicu gangguan kesehatan yang memperparah penyakit khusus yang sudah diderita sehingga menyebabkan kematian.

Dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/7), Kemenkes menyebutkan peristiwa meninggalnya belasan orang terjadi di wilayah berbeda dalam rentang waktu tiga hari yakni, hari Minggu (3/7) hingga Selasa (5/7).

Kemenkes mengatakan, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab adanya korban yang meninggal. Kelelahan dan kekurangan cairan dapat berdampak fatal. Apalagi pada kelompok rentan anak-anak, orang tua, pemudik dengan penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, jantung yang dapat meningkatkan risiko kematian.

“Ditambah lagi kondisi kabin kendaraan yang relatif sempit serta tertutup dengan pemakaian AC terus menerus akan menurunkan oksigen serta naiknya CO2,” tegas Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Achmad Yurianto.

Kemacetan parah–yang terjadi di Pejagan-Brebes–ini yang menjadi pemicu gangguan kesehatan akut yang mengakibatkan korban meninggal dunia. (ain/bbs/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/