30 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Ali: Kalau Diminta jadi Relawan, Saya Siap

Foto: Dame/Sumut Pos
PASIEN KATARAK: Muhammad Ali Lubis (kiri), salah satu dari ratusan pasien yang menjalani operasi katarak gratis di Rumah Sakit TNI Putri Hijau Medan, Kamis (11/10/2018).

Dua belas tahun ia menderita katarak. Kedua biji matanya. Namun baru tahun ini ia mendapat dua rezeki. Mei lalu, mata kirinya dioperasi gratis. Disponsori sebuah club. Dan Kamis kemarin, mata kanannya yang dioperasi. Gratis juga. Kali ini disponsori Tambang Emas Martabe. Sebagai ungkapan syukur, Muhamamad Ali Lubis mengatakan: siap menjadi relawan operasi gratis jika diminta.

————————————–

Dame Ambarita, Medan

————————————-

Ia menyebut dirinya ‘golongan orang bawah’. Karena itu, rentan kena penyakit katarak. Apalagi profesinya menjual sarapan pagi. Bersama istrinya. “Jualan di pinggir jalan. Rentan kena debu dan asap kendaraan yang melintas,” kata Muhamamd Ali Lubis, di RS TNI Putri Hijau, Medan, Sumatera Utara, Kamis (11/10).

Ali salahsatu dari ratusan peserta operasi katarak gratis yang digelar PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe, mulai 10-15 Oktober 2018. Operasi katarak gratis tahun ini merupakan kali ke-7.

Meski mengaku ‘golongan orang bawah’, pria berusia 54 tahun ini tidak terlihat rendah diri. Dengan lugas, pria yang tinggal di Jalan Pembangunan Gaperta, Medan itu, menceritakan kisahnya menderita katarak sejak tahun 2006 lalu.

“Kena katarak 12 tahun lalu. Kedua mata saya. Awalnya merasa silau dan pandangan goyang,” katanya memulai. Penyebabnya, kata dia, selain akibat pekerjaan sebagai ‘orang bawah’, juga dipicu gizi yang tidak cukup.

Kena katarak di kedua mata membuat aktivitasnya terganggu. “Saya sering menabrak-nabrak gerobak jualan sarapan. Khususnya saat cuaca mendung dan hujan,” ungkapnya.

Ia juga kerap tidak mengenal orang yang memanggilnya. Dalam kondisi begitu, terpaksa ia bertanya pada istri: Siapa itu?

Selain mengganggu penglihatan, katarak juga menimbulkan perasaan terganjal. Seolah ada sesuatu di mata yang perlu dibersihkan, tapi nggak bisa dibuang.

Upaya pengobatan telah ditempuhnya. Pertama, dengan meneteskan getah daun katarak ke kedua mata. Sayang, katarak di matanya sudah terlalu tebal. “Aku percaya, jika lapisan kataraknya masih tipis, getah daun katarak bisa menyembuhkan,” teorinya dengan yakin.

“Gimana caranya?” tanya wanita di sebelahnya, tertarik mendengar perbincangan.

“Pertama, ambil daun katarak. Teteskan sedikit air bersih. Pulas. Lalu airnya teteskan ke mata. Rasanya memang pedas. Tapi kalau kataraknya masih tipis, aku yakin bisa sembuh,” katanya mengajari.

Si wanita yang juga peserta operasi gratis, tampak ikut yakin.

Ali berkata, ia juga pernah mencoba obat herbal tetes. Kiriman kawan. “Tapi tidak sembuh juga,” kenangnya.

Karena daun katarak dan obat herbal tidak berhasil, atas rekomendasi kawan, ia disarankan periksa ke sebuah rumah sakit mata di jalan Iskandar Muda Medan. “Cuma biayanya mahal. Jadi saya mundur,” ungkapnya tanpa nada sedih.

Untuk mencegah kataraknya semakin parah, Ali memilih mengurangi pekerjaan-pekerjaan berat. Dengan sabar melakoni hidup hari demi hari.

Beruntung, Mei lalu ada sebuah klub yang menggelar operasi katarak. Di Medan. Ia ikut. Saat itu, mata kirinya yang dioperasi. “Alhamdulillah, gratis,” cetusnya.

Rezeki tidak berhenti. Oktober ini, dari kawan ia kembali mendengar ada operasi katarak gratis yang digelar di RS Tentara Medan. Ia diarahkan agar bertanya ke Babinsa. Dilanjut mendaftar ke Koramil Sunggal. Hingga akhirnya dioperasi pada Rabu, dan dilepas Kamis.

“Sekarang kerak-kerak mata nggak terasa lagi. Mata terasa bersih. Pandangan mulai terang,” katanya happy.

Ia mensyukuri gelaran acara sosial untuk ‘orang bawah’. Ia menyebutnya rezeki. “Mohon acara seperti ini terus dilakukan. Kami orang bawah sangat membutuhkannya,” ucapnya.

Sebagai tanda bersyukur mendapat kemudahan, ia berkata siap membantu-bantu jadi relawan jika dibutuhkan. Sebagai tanda keseriusan, ia bertanya kepada panitia dari Tambang Emas Martabe, kalau-kalau tenaganya dibutuhkan sebagai relawan. “Cuma kata mereka, kalau mau membantu, cukup dengan mencari penderita katarak untuk ikut program operasi gratis,” katanya sembari tersenyum simpul.

Tak tersinggung ditolak, ia berjanji akan mencari warga yang juga menderita katarak. Untuk ikut jika ada operasi gratis berikutnya. “Saya siap jadi pemberi infprmasi. Sebagai pahala karena telah diberi kemudahan,” ungkapnya sungguh-sungguh. (mea)

Foto: Dame/Sumut Pos
PASIEN KATARAK: Muhammad Ali Lubis (kiri), salah satu dari ratusan pasien yang menjalani operasi katarak gratis di Rumah Sakit TNI Putri Hijau Medan, Kamis (11/10/2018).

Dua belas tahun ia menderita katarak. Kedua biji matanya. Namun baru tahun ini ia mendapat dua rezeki. Mei lalu, mata kirinya dioperasi gratis. Disponsori sebuah club. Dan Kamis kemarin, mata kanannya yang dioperasi. Gratis juga. Kali ini disponsori Tambang Emas Martabe. Sebagai ungkapan syukur, Muhamamad Ali Lubis mengatakan: siap menjadi relawan operasi gratis jika diminta.

————————————–

Dame Ambarita, Medan

————————————-

Ia menyebut dirinya ‘golongan orang bawah’. Karena itu, rentan kena penyakit katarak. Apalagi profesinya menjual sarapan pagi. Bersama istrinya. “Jualan di pinggir jalan. Rentan kena debu dan asap kendaraan yang melintas,” kata Muhamamd Ali Lubis, di RS TNI Putri Hijau, Medan, Sumatera Utara, Kamis (11/10).

Ali salahsatu dari ratusan peserta operasi katarak gratis yang digelar PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe, mulai 10-15 Oktober 2018. Operasi katarak gratis tahun ini merupakan kali ke-7.

Meski mengaku ‘golongan orang bawah’, pria berusia 54 tahun ini tidak terlihat rendah diri. Dengan lugas, pria yang tinggal di Jalan Pembangunan Gaperta, Medan itu, menceritakan kisahnya menderita katarak sejak tahun 2006 lalu.

“Kena katarak 12 tahun lalu. Kedua mata saya. Awalnya merasa silau dan pandangan goyang,” katanya memulai. Penyebabnya, kata dia, selain akibat pekerjaan sebagai ‘orang bawah’, juga dipicu gizi yang tidak cukup.

Kena katarak di kedua mata membuat aktivitasnya terganggu. “Saya sering menabrak-nabrak gerobak jualan sarapan. Khususnya saat cuaca mendung dan hujan,” ungkapnya.

Ia juga kerap tidak mengenal orang yang memanggilnya. Dalam kondisi begitu, terpaksa ia bertanya pada istri: Siapa itu?

Selain mengganggu penglihatan, katarak juga menimbulkan perasaan terganjal. Seolah ada sesuatu di mata yang perlu dibersihkan, tapi nggak bisa dibuang.

Upaya pengobatan telah ditempuhnya. Pertama, dengan meneteskan getah daun katarak ke kedua mata. Sayang, katarak di matanya sudah terlalu tebal. “Aku percaya, jika lapisan kataraknya masih tipis, getah daun katarak bisa menyembuhkan,” teorinya dengan yakin.

“Gimana caranya?” tanya wanita di sebelahnya, tertarik mendengar perbincangan.

“Pertama, ambil daun katarak. Teteskan sedikit air bersih. Pulas. Lalu airnya teteskan ke mata. Rasanya memang pedas. Tapi kalau kataraknya masih tipis, aku yakin bisa sembuh,” katanya mengajari.

Si wanita yang juga peserta operasi gratis, tampak ikut yakin.

Ali berkata, ia juga pernah mencoba obat herbal tetes. Kiriman kawan. “Tapi tidak sembuh juga,” kenangnya.

Karena daun katarak dan obat herbal tidak berhasil, atas rekomendasi kawan, ia disarankan periksa ke sebuah rumah sakit mata di jalan Iskandar Muda Medan. “Cuma biayanya mahal. Jadi saya mundur,” ungkapnya tanpa nada sedih.

Untuk mencegah kataraknya semakin parah, Ali memilih mengurangi pekerjaan-pekerjaan berat. Dengan sabar melakoni hidup hari demi hari.

Beruntung, Mei lalu ada sebuah klub yang menggelar operasi katarak. Di Medan. Ia ikut. Saat itu, mata kirinya yang dioperasi. “Alhamdulillah, gratis,” cetusnya.

Rezeki tidak berhenti. Oktober ini, dari kawan ia kembali mendengar ada operasi katarak gratis yang digelar di RS Tentara Medan. Ia diarahkan agar bertanya ke Babinsa. Dilanjut mendaftar ke Koramil Sunggal. Hingga akhirnya dioperasi pada Rabu, dan dilepas Kamis.

“Sekarang kerak-kerak mata nggak terasa lagi. Mata terasa bersih. Pandangan mulai terang,” katanya happy.

Ia mensyukuri gelaran acara sosial untuk ‘orang bawah’. Ia menyebutnya rezeki. “Mohon acara seperti ini terus dilakukan. Kami orang bawah sangat membutuhkannya,” ucapnya.

Sebagai tanda bersyukur mendapat kemudahan, ia berkata siap membantu-bantu jadi relawan jika dibutuhkan. Sebagai tanda keseriusan, ia bertanya kepada panitia dari Tambang Emas Martabe, kalau-kalau tenaganya dibutuhkan sebagai relawan. “Cuma kata mereka, kalau mau membantu, cukup dengan mencari penderita katarak untuk ikut program operasi gratis,” katanya sembari tersenyum simpul.

Tak tersinggung ditolak, ia berjanji akan mencari warga yang juga menderita katarak. Untuk ikut jika ada operasi gratis berikutnya. “Saya siap jadi pemberi infprmasi. Sebagai pahala karena telah diberi kemudahan,” ungkapnya sungguh-sungguh. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/