30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Peserta Tilawah Cacat Netra Semangat Raih Prestasi pada MTQ ke-37 Sumut

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Sebagai makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Taala, tidak ada manusia yang sempurna, semua pasti memiliki kekurangan. Namun di balik kekurangan yang dimiliki, Allah Subhanahu wa Taala yang Maha Agung, juga memberikan suatu kelebihan kepada hamba-Nya, agar manusia tahu untuk bersyukur.

SEMANGAT: Peserta MTQ ke-37 Tingkat Sumut di Kota Tebingtinggi, semangat mengikuti kegiatan untuk Cabang Tilawatil Cacat Netra (Canet).SOPIAN/SUMUT POS.
SEMANGAT: Peserta MTQ ke-37 Tingkat Sumut di Kota Tebingtinggi, semangat mengikuti kegiatan untuk Cabang Tilawatil Cacat Netra (Canet).SOPIAN/SUMUT POS.

Keagungan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Taala tersebut, dapat disaksikan dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-37 Tingkat Sumut yang digelar di Kota Tebingtinggi, khususnya di Cabang Tilawatil Cacat Netra (Canet). Di balik keterbatasan fisik yang tidak bisa melihat alam sekitarnya, ternyata Allah Subhanahu wa Taala memberikan kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain yang memiliki fisik lebih sempurna dibandingkan mereka. Suara indah yang mereka lantunkan bahkan mampu memukau dan merebut perhatian pengunjung yang dengan tenang menyimak lantunan ayat-ayat suci Alquran yang dikumandangkan.

Dari sejumlah peserta Cabang Tilawah Canet, yang berlomba mengukir prestasi di event ini, mereka selalu berusaha sehingga mampu mengingat dan menghafal serta melantunkan ayat-ayat suci Alquran dengan begitu baiknya. Sebut saja Rabiatul Adawiyah, seorang peserta asal Mandailingnatal, yang mulai belajar membaca Alquran di usia 20 tahun. Ternyata keterbatasan fisik yang dimilikinya, tidak menjadi penghalang baginya untuk mengenal dan mengeja Kalam Allah Subhanahu wa Taala dengan metode hafalan. Bahkan kini di usianya yang menginjak 27 tahun, Rabiatul telah hafal 20 juz Alquran, dan ikut unjuk kebolehan pada Cabang Seni Baca Quran, golongan Tilawah Canet.

Bertanding di Gedung Balai Kartini Lama, Jalan Imam Bonjol Kota Tebingtinggi, Rabiatul didampingi pelatihnya, yang karib dia panggil dengan sebutan Ummi. Ummi menjadi tumpuan yang memandunya saat berjalan, sekaligus penyemangat Rabiatul selama bertanding. Ummi yang memiliki nama lengkap, Samriyah Rangkuti mengatakan, metode belajar yang dia terapkan untuk Rabiatul adalah dengan memperdengarkan murattal (lantunan ayat Alquran), kemudian dihafalkan, dan perlahan-lahan mulai memakai irama.

“Bacaan Alquran saya rekam, dia hafal, kemudian dikoreksi, dan perbaiki hafalannya. Huruf demi huruf dikoreksi pelafazan, tajwid, dan iramanya,” jelas Samriyah, Kamis (10/9) lalu.

Menurut Samriyah, sejauh ini Rabiatul telah meraih Juara Harapan 3 pada MTQ Tingkat Sumut di Kota Binjai pada 2014, dan Juara Harapan 2 di MTQ Tingkat Sumut di Kabupaten Dairi. Namun di MTQ ke-37 Tingkat Sumut 2020 ini, Rabiatul belum bisa meraih prestasi.

Lain lagi cerita yang disampaikan Roslaini, yang terpaut umur agak jauh dengan Rabiatul. Peserta Cabang Tilawah Canet Putri, berusia 46 tahun asal Kabupaten Dairi ini, juga tak kalah semangat bersaing di ajang kali ini. Dengan motivasi menjadi qariah terbaik dan cinta membaca Alquran, jadi alasan utama Roslaini untuk tetap aktif mengikuti perlombaan di usianya yang terbilang memasuki masa tua.

“Saya memang sejak usia sekolah sudah suka ikut lomba begini. Metode belajar saya meraba lewat Alquran braille, dan juga metode hafalan. Kalau tidak ada kegiatan, sehari-harinya saya isi dengan baca Alquran. Saya kepingin bisa nanti berkompetisi di tingkat nasional, sebelumnya masih provinsi,” bebernya.

Sebelumnya, Ketua Majelis Dewan Hakim Golongan Tilawah Canet, Gamal Abdul Nasir Lubis menjelaskan, penampilan Golongan Tilawah Canet memiliki kekhususan dengan menggunakan isyarat bel. Isyarat lampu yang biasa digunakan dalam perlombaan MTQ, diganti dengan bunyi bel pertama memulai bacaan, bel kedua bersiap mengakhiri bacaan, dan bel ketiga mengakhiri bacaan.

“Karena sistem penampilan mereka hafalan, jadi dominan para peserta Tilawah Canet ini berfokus pada lagu. Ada 2 pilhan untuk tampil, rata-rata yang tampil lebih banyak memilih hafalan dibanding meraba Alquran braille,” pungkasnya. (ian/saz)

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Sebagai makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Taala, tidak ada manusia yang sempurna, semua pasti memiliki kekurangan. Namun di balik kekurangan yang dimiliki, Allah Subhanahu wa Taala yang Maha Agung, juga memberikan suatu kelebihan kepada hamba-Nya, agar manusia tahu untuk bersyukur.

SEMANGAT: Peserta MTQ ke-37 Tingkat Sumut di Kota Tebingtinggi, semangat mengikuti kegiatan untuk Cabang Tilawatil Cacat Netra (Canet).SOPIAN/SUMUT POS.
SEMANGAT: Peserta MTQ ke-37 Tingkat Sumut di Kota Tebingtinggi, semangat mengikuti kegiatan untuk Cabang Tilawatil Cacat Netra (Canet).SOPIAN/SUMUT POS.

Keagungan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Taala tersebut, dapat disaksikan dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-37 Tingkat Sumut yang digelar di Kota Tebingtinggi, khususnya di Cabang Tilawatil Cacat Netra (Canet). Di balik keterbatasan fisik yang tidak bisa melihat alam sekitarnya, ternyata Allah Subhanahu wa Taala memberikan kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain yang memiliki fisik lebih sempurna dibandingkan mereka. Suara indah yang mereka lantunkan bahkan mampu memukau dan merebut perhatian pengunjung yang dengan tenang menyimak lantunan ayat-ayat suci Alquran yang dikumandangkan.

Dari sejumlah peserta Cabang Tilawah Canet, yang berlomba mengukir prestasi di event ini, mereka selalu berusaha sehingga mampu mengingat dan menghafal serta melantunkan ayat-ayat suci Alquran dengan begitu baiknya. Sebut saja Rabiatul Adawiyah, seorang peserta asal Mandailingnatal, yang mulai belajar membaca Alquran di usia 20 tahun. Ternyata keterbatasan fisik yang dimilikinya, tidak menjadi penghalang baginya untuk mengenal dan mengeja Kalam Allah Subhanahu wa Taala dengan metode hafalan. Bahkan kini di usianya yang menginjak 27 tahun, Rabiatul telah hafal 20 juz Alquran, dan ikut unjuk kebolehan pada Cabang Seni Baca Quran, golongan Tilawah Canet.

Bertanding di Gedung Balai Kartini Lama, Jalan Imam Bonjol Kota Tebingtinggi, Rabiatul didampingi pelatihnya, yang karib dia panggil dengan sebutan Ummi. Ummi menjadi tumpuan yang memandunya saat berjalan, sekaligus penyemangat Rabiatul selama bertanding. Ummi yang memiliki nama lengkap, Samriyah Rangkuti mengatakan, metode belajar yang dia terapkan untuk Rabiatul adalah dengan memperdengarkan murattal (lantunan ayat Alquran), kemudian dihafalkan, dan perlahan-lahan mulai memakai irama.

“Bacaan Alquran saya rekam, dia hafal, kemudian dikoreksi, dan perbaiki hafalannya. Huruf demi huruf dikoreksi pelafazan, tajwid, dan iramanya,” jelas Samriyah, Kamis (10/9) lalu.

Menurut Samriyah, sejauh ini Rabiatul telah meraih Juara Harapan 3 pada MTQ Tingkat Sumut di Kota Binjai pada 2014, dan Juara Harapan 2 di MTQ Tingkat Sumut di Kabupaten Dairi. Namun di MTQ ke-37 Tingkat Sumut 2020 ini, Rabiatul belum bisa meraih prestasi.

Lain lagi cerita yang disampaikan Roslaini, yang terpaut umur agak jauh dengan Rabiatul. Peserta Cabang Tilawah Canet Putri, berusia 46 tahun asal Kabupaten Dairi ini, juga tak kalah semangat bersaing di ajang kali ini. Dengan motivasi menjadi qariah terbaik dan cinta membaca Alquran, jadi alasan utama Roslaini untuk tetap aktif mengikuti perlombaan di usianya yang terbilang memasuki masa tua.

“Saya memang sejak usia sekolah sudah suka ikut lomba begini. Metode belajar saya meraba lewat Alquran braille, dan juga metode hafalan. Kalau tidak ada kegiatan, sehari-harinya saya isi dengan baca Alquran. Saya kepingin bisa nanti berkompetisi di tingkat nasional, sebelumnya masih provinsi,” bebernya.

Sebelumnya, Ketua Majelis Dewan Hakim Golongan Tilawah Canet, Gamal Abdul Nasir Lubis menjelaskan, penampilan Golongan Tilawah Canet memiliki kekhususan dengan menggunakan isyarat bel. Isyarat lampu yang biasa digunakan dalam perlombaan MTQ, diganti dengan bunyi bel pertama memulai bacaan, bel kedua bersiap mengakhiri bacaan, dan bel ketiga mengakhiri bacaan.

“Karena sistem penampilan mereka hafalan, jadi dominan para peserta Tilawah Canet ini berfokus pada lagu. Ada 2 pilhan untuk tampil, rata-rata yang tampil lebih banyak memilih hafalan dibanding meraba Alquran braille,” pungkasnya. (ian/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/