25 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Sadis! Ibu Muda Tewas Digorok di Depan Anak

Diakui Sugiem, dirinya belakangan memang sering berkunjung ke rumah putrinya itu. Sugiem senang ke sana untuk menghibur dirinya sambil menengok cucu-cucunya. “Karena saya saja yang masih hidup, suami saya sudah lebih dulu berpulang, makanya saya rajin ke rumah Erniati, dia adalah anak saya keenam dari 8 bersaudara,” terangnya.

“Orangnya baik, ramah dan tidak sombong. Sejak pindah ke sini, dia juga bergaul di kampung ini. Pokoknya tidak ada kata-katanya yang mnembuat orang tersinggung. Kami tidak menyangka ada orang yang sekeji itu berbuat seperti itu kepadanya,” ungkap para ibu-ibu tetangga korban.

Sehari-harinya, suami korban bekerja di lahan perkebunan kelapa sawit milik tokenya Safri Rambe, warga Lopian, Badiri. Jika waktu longgar dari mengurus anak, korban membantu suaminya itu ke kebun. Hal itu dibenarkan pemilik rumah sewaan keluarga korban dan lahan perkebunan yang dirawat suami korban.

Safri Rambe menjelaskan, korban dan suaminya sebelumnya tinggal di Pinangsori. Namun kemudian pindah dengan meminta untuk tinggal di rumah itu. Mereka tinggal di rumah itu sambil merawat tanaman kelapa sawit, dan sudah setahun mereka tinggal sana. “Memang sebelumnya mereka ini tinggal di Kecamatan Pinangsori. Karena kami masih ada hubungan kekeluargaan, mereka meminta agar diizinkan tinggal di rumah saya yang ada di kebun itu. Sempat saya katakan, tunggulah dulu karena lampunya belum ada. Tetapi mereka tidak mau tahu dan langsung pindah. Karena tak tega saya melihat mereka gelap-gelapan tinggal di kebun itu, maka saya pasangkan listrik. Sudah setahun mereka tinggal di sini. Saya rasa tidak pernah ada laporan ada percecokkan dalam keluarganya. Kepada warga sekitar juga aman-aman saja. Itu sebabnya saya juga heran ketika mendengar kejadian itu,” kata Safri.

Amatan, letak rumah korban terbilang cukup terpencil. Letaknya dari jalan utama kampung itu sekitar 300 meter. Rumah itu berada di antara perkebunan kepala sawit dan areal persawahan milik warga. Jarak rumah korban ke rumah tetangga terdekat sekitar 100 meter. Dinding rumah itu terbuat dari papan dan berlantai semen. Perabotan di rumah itupun terlihat hanya jenis yang sangat sederhana sekali. (ap/ms)

Diakui Sugiem, dirinya belakangan memang sering berkunjung ke rumah putrinya itu. Sugiem senang ke sana untuk menghibur dirinya sambil menengok cucu-cucunya. “Karena saya saja yang masih hidup, suami saya sudah lebih dulu berpulang, makanya saya rajin ke rumah Erniati, dia adalah anak saya keenam dari 8 bersaudara,” terangnya.

“Orangnya baik, ramah dan tidak sombong. Sejak pindah ke sini, dia juga bergaul di kampung ini. Pokoknya tidak ada kata-katanya yang mnembuat orang tersinggung. Kami tidak menyangka ada orang yang sekeji itu berbuat seperti itu kepadanya,” ungkap para ibu-ibu tetangga korban.

Sehari-harinya, suami korban bekerja di lahan perkebunan kelapa sawit milik tokenya Safri Rambe, warga Lopian, Badiri. Jika waktu longgar dari mengurus anak, korban membantu suaminya itu ke kebun. Hal itu dibenarkan pemilik rumah sewaan keluarga korban dan lahan perkebunan yang dirawat suami korban.

Safri Rambe menjelaskan, korban dan suaminya sebelumnya tinggal di Pinangsori. Namun kemudian pindah dengan meminta untuk tinggal di rumah itu. Mereka tinggal di rumah itu sambil merawat tanaman kelapa sawit, dan sudah setahun mereka tinggal sana. “Memang sebelumnya mereka ini tinggal di Kecamatan Pinangsori. Karena kami masih ada hubungan kekeluargaan, mereka meminta agar diizinkan tinggal di rumah saya yang ada di kebun itu. Sempat saya katakan, tunggulah dulu karena lampunya belum ada. Tetapi mereka tidak mau tahu dan langsung pindah. Karena tak tega saya melihat mereka gelap-gelapan tinggal di kebun itu, maka saya pasangkan listrik. Sudah setahun mereka tinggal di sini. Saya rasa tidak pernah ada laporan ada percecokkan dalam keluarganya. Kepada warga sekitar juga aman-aman saja. Itu sebabnya saya juga heran ketika mendengar kejadian itu,” kata Safri.

Amatan, letak rumah korban terbilang cukup terpencil. Letaknya dari jalan utama kampung itu sekitar 300 meter. Rumah itu berada di antara perkebunan kepala sawit dan areal persawahan milik warga. Jarak rumah korban ke rumah tetangga terdekat sekitar 100 meter. Dinding rumah itu terbuat dari papan dan berlantai semen. Perabotan di rumah itupun terlihat hanya jenis yang sangat sederhana sekali. (ap/ms)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/