28.9 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Istri Almarhum Parada Menangis Pilu: Ago Abang….

Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Istri almarhum Parada, Corry Grace Lubis, tak henti-hentinya menangis sambil memegang foto suaminya saat jenazah tiba di rumah duka Jalan Air Bersih Medan, Rabu (13/4). Parada merupakan satu dari dua korban tewas ditikam, setelah terlibat baku hantam dengan pelaku wajib pajak, yang merupakan pengusaha karet Agusman Lahagu Als Ama Tety (45), di Gunungsitoli, Sumatera Utara.
Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS
Istri almarhum Parada, Corry Grace Lubis, tak henti-hentinya menangis sambil memegang foto suaminya saat jenazah tiba di rumah duka Jalan Air Bersih Medan, Rabu (13/4). Parada merupakan satu dari dua korban tewas ditikam, setelah terlibat baku hantam dengan pelaku wajib pajak, yang merupakan pengusaha karet Agusman Lahagu Als Ama Tety (45), di Gunungsitoli, Sumatera Utara.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Suasana haru dan isak tangis dari keluarga menyelimuti Terminal Kargo Bandara Internasional Kualanamu (KNIA) saat jenazah Parada Toga Fransriano Siahaan (30) dikeluarkan dari pesawat carteran milik maskapai Susi Air, Rabu (13/4) siang.

Parada adalah satu dari dua pegawai pajak yang ditikam seorang wajib pajak bernama Agusman Lahagi di Gunung Sitoli, Nias saat menjalankan tugas penagihan di Desa Hilihao, Kota Gunungsitoli, Nias, Selasa (12/4). Parada selama ini bertugas sebagai juru sita dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Sibolga.

Bibi korban, Putri boru Siahaan (40) mengaku terkejut saat mendengar kabar pembunuhan tersebut.

“Parada adalah tumpuan keluarga. Dia anak ‘panggoaran’ (sulung, Red) di keluarga. Kami sangat terpukul dan berduka dengan peristiwa ini,” sebutnya.

Putri berharap agar penegak hukum bertindak tegas dan pelaku utama dihukum seberat-beratnya. Termasuk, pelaku lainnya jika terbukti terlibat dalam pembunuhan tersebut.

“Dia sudah menghilangkan dua nyawa sekaligus. Pelaku harus dihukum berat, hukum mati kalau perlu,” sebutnya.

Menurut Putri, pelaku memiliki karakter yang sangat sadis dan bisa dikategorikan psikopat. Sebab begitu menghabisi dua nyawa korban, pelaku menyerahkan diri seolah tak ada masalah. “Keponakan saya ini dibunuh saat bertugas,” jelas dia.

Sejumlah keluarga inti korban ikut menjemput jenazah, termasuk Ditjen Pajak Wilayah I Sumut dan sejumlah pegawai Pajak. dsari mulai bandara hingga ke rumah, pihak keluarga besar korban mendapatkan pengawalan dari aparat Polda Sumut.

Setibanya di di rumah orang tuanya yang berada di Jl.Air Bersih/Komplek Pertamina III/,Block III Nomor 4C Medan, Rabu (13/4) Pukul 13.00 Wib, tangisan kembali pecah.

Jenzah parada diselimuti peti mati korban diberi bendera merah putih sebagai lambang kehormatan dari negara karena meninggal dalam tugas.

Pantauan di lokasi, ribuan orang memadati halaman rumah orang tua Parada yang terdiri atas ratusan pegawai Direktorat Jendral Pajak (DJP) Sumatera Utara dan para tetangga yang datang untuk ikut menangisi korban.

“Kenapalah orang baik selalu cepat dipanggil Tuhan,” terdengar bisikan tetangga orang tua Parada.

Tangisan yang menggentarkan hati keluar dari istri Parada, boru Lubis. ”Ago Abang, boasa ma songonon nasib hu hasian. Boha ma gelengta on abang… (Aduh, kenapa jadi begini nasibku sayang, bagaimana nasib anak kita, Red),” tangis boru Lubis.

Kakanwil II Direktorat Jendral Pajak (DJP) Sumut Yunirwansyah yang terus mendampingi keluarga besar Parada, mengungkapkan, risiko berat menjadi pegawai pajak di wilayah Sumut, tak hanya saat bertugas di Nias.

”Di wilayah mana pun intimidasi sering didapatkan petugas dari wajib pajak,” katanya. (ted/smg/val)

Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Istri almarhum Parada, Corry Grace Lubis, tak henti-hentinya menangis sambil memegang foto suaminya saat jenazah tiba di rumah duka Jalan Air Bersih Medan, Rabu (13/4). Parada merupakan satu dari dua korban tewas ditikam, setelah terlibat baku hantam dengan pelaku wajib pajak, yang merupakan pengusaha karet Agusman Lahagu Als Ama Tety (45), di Gunungsitoli, Sumatera Utara.
Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS
Istri almarhum Parada, Corry Grace Lubis, tak henti-hentinya menangis sambil memegang foto suaminya saat jenazah tiba di rumah duka Jalan Air Bersih Medan, Rabu (13/4). Parada merupakan satu dari dua korban tewas ditikam, setelah terlibat baku hantam dengan pelaku wajib pajak, yang merupakan pengusaha karet Agusman Lahagu Als Ama Tety (45), di Gunungsitoli, Sumatera Utara.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Suasana haru dan isak tangis dari keluarga menyelimuti Terminal Kargo Bandara Internasional Kualanamu (KNIA) saat jenazah Parada Toga Fransriano Siahaan (30) dikeluarkan dari pesawat carteran milik maskapai Susi Air, Rabu (13/4) siang.

Parada adalah satu dari dua pegawai pajak yang ditikam seorang wajib pajak bernama Agusman Lahagi di Gunung Sitoli, Nias saat menjalankan tugas penagihan di Desa Hilihao, Kota Gunungsitoli, Nias, Selasa (12/4). Parada selama ini bertugas sebagai juru sita dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Sibolga.

Bibi korban, Putri boru Siahaan (40) mengaku terkejut saat mendengar kabar pembunuhan tersebut.

“Parada adalah tumpuan keluarga. Dia anak ‘panggoaran’ (sulung, Red) di keluarga. Kami sangat terpukul dan berduka dengan peristiwa ini,” sebutnya.

Putri berharap agar penegak hukum bertindak tegas dan pelaku utama dihukum seberat-beratnya. Termasuk, pelaku lainnya jika terbukti terlibat dalam pembunuhan tersebut.

“Dia sudah menghilangkan dua nyawa sekaligus. Pelaku harus dihukum berat, hukum mati kalau perlu,” sebutnya.

Menurut Putri, pelaku memiliki karakter yang sangat sadis dan bisa dikategorikan psikopat. Sebab begitu menghabisi dua nyawa korban, pelaku menyerahkan diri seolah tak ada masalah. “Keponakan saya ini dibunuh saat bertugas,” jelas dia.

Sejumlah keluarga inti korban ikut menjemput jenazah, termasuk Ditjen Pajak Wilayah I Sumut dan sejumlah pegawai Pajak. dsari mulai bandara hingga ke rumah, pihak keluarga besar korban mendapatkan pengawalan dari aparat Polda Sumut.

Setibanya di di rumah orang tuanya yang berada di Jl.Air Bersih/Komplek Pertamina III/,Block III Nomor 4C Medan, Rabu (13/4) Pukul 13.00 Wib, tangisan kembali pecah.

Jenzah parada diselimuti peti mati korban diberi bendera merah putih sebagai lambang kehormatan dari negara karena meninggal dalam tugas.

Pantauan di lokasi, ribuan orang memadati halaman rumah orang tua Parada yang terdiri atas ratusan pegawai Direktorat Jendral Pajak (DJP) Sumatera Utara dan para tetangga yang datang untuk ikut menangisi korban.

“Kenapalah orang baik selalu cepat dipanggil Tuhan,” terdengar bisikan tetangga orang tua Parada.

Tangisan yang menggentarkan hati keluar dari istri Parada, boru Lubis. ”Ago Abang, boasa ma songonon nasib hu hasian. Boha ma gelengta on abang… (Aduh, kenapa jadi begini nasibku sayang, bagaimana nasib anak kita, Red),” tangis boru Lubis.

Kakanwil II Direktorat Jendral Pajak (DJP) Sumut Yunirwansyah yang terus mendampingi keluarga besar Parada, mengungkapkan, risiko berat menjadi pegawai pajak di wilayah Sumut, tak hanya saat bertugas di Nias.

”Di wilayah mana pun intimidasi sering didapatkan petugas dari wajib pajak,” katanya. (ted/smg/val)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/