26 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Petani dari 6 Desa Terima Ribuan Bibit Kemenyan

Foto: Istimewa Petani kemenyan dari desa Hutajulu, Nimrot Lumban-Gaol, menerima bibit kemenyan secara simbolis dari PT TPL, Senin (4/4). Sebanyak 5.750 bibit kemenyan diserahkan kepada 115 orang petani dari enam desa meliputi Sipituhuta, Hutapaung, Hutajulu, Aeknauli I, Aeknauli II, dan Pansurbatu, di kantor Camat Pollung.
Foto: Istimewa
Petani kemenyan dari desa Hutajulu, Nimrot Lumban-Gaol, menerima bibit kemenyan secara simbolis dari PT TPL, Senin (4/4). Sebanyak 5.750 bibit kemenyan diserahkan kepada 115 orang petani dari enam desa meliputi Sipituhuta, Hutapaung, Hutajulu, Aeknauli I, Aeknauli II, dan Pansurbatu, di kantor Camat Pollung.

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Petani menunjukkan antusiasme tinggi membudidayakan haminjon secara mandiri dengan mengemukakan harapan agar memperoleh sumbangan bibit lebih banyak dari TPL.

Permintaan lebih banyak bibit itu dikemukakan langsung petani kemenyan dari desa Hutajulu, Nimrot Lumban-Gaol, Senin (4/4), saat memberi sambutan pada acara penyerahan 5.750 bibit kepada 115 orang petani di kantor Camat Pollung. Para penerima bibit berasal dari enam desa meliputi Sipituhuta, Hutapaung, Hutajulu, Aeknauli I, Aeknauli II, dan Pansurbatu.

Hadir pada penyerahan bibit itu Camat Pollung Sumitro Banjarnahor, sedangkan Nimrot dan rekannya Benny Lumban-Gaol dari Hutapaung menyampaikan sambutan mewakili para penerima. Nimrot dan Benny berterima kasih atas sumbangan dari bibit dari TPL (PT Toba Pulp Lestari,Tbk), dan secara khusus ia berkata, “Jumlah bibit yang kami terima saat ini masih sedikit, harapan kami dapat lebih banyak.”

Pernyataan pemuka petani itu lebih dimaknai pada luasnya lahan milik petani yang dapat ditanami haminjon (bahasa Batak: kemenyan) pada saat jumlah petani yang berminat melakukan budidaya secara mandiri terus bertambah hingga mencapai ratusan orang.

 

HAMINJONISASI

Hutan alam (bahas Batak: tombak) Humbahas adalah salah satu tempat haminjon tumbuh, berkembang dan menjadi sumber penghasilan petani lokal sejak lama. Menurut praktisi hutan, haminjon salah satu dari 89 jenis vegetasi hutan alam setempat dengan populasinya sekitar 4%.

Haminjon Toba (styrax benzoin) salah satu jenis yang paling dikenal. Haminjon alam tumbuh bersama vegetasi lainnya dan pada usia 10 tahun atau lebih mulai dapat di-takik (diambil) getahnya dengan cara melukai batang agar getahnya keluar dengan sangat perlahan hingga baru bisa diambil 3 hingga 6 bulan kemudian. Getah haminjon yang sudah mengkristal dan dibersihkan diperdagangkan hingga ke manca negara –sejak zaman dulu kala– untuk dijadikan wewangian (parfum), pengawet mummi serta bau asapnya yang khas jadi pelengkap ritual budaya atau agama. Haminjon asal pedalaman Toba diekspor hingga ke Roma dan Timur Tengah melalui pelabuhan alam Barus di Tapanuli Tengah.

Berdasarkan pengamatan, produktivitas haminjon di kawasan hutan Toba cenderung terus menurun karena dua hal, yakni pohon-pohon tua di tombak tidak ada peremajaan, dan generasi baru terdidik sudah lebih memilih profesi lain seperti merantau ke kota, jadi pegawai negeri, bisnis, jurnalis dan pegiat masyarakat madani (LSM – lembaga swadaya masyarakat).

Menyahuti fenomena tersebut, TPL sebagai industri pulp (bubur kertas) berbasis kehutanan dan memiliki konsesi HTI (hutan tanaman industri) di kawasan hutan Tele (sebagian berlkasi di Humbahas), bekerjasama dengan BPK (Badan Penelitian Kehutanan) Aeknauli, dekat kota Parapat, untuk menggagas haminjonisasi (penanaman haminjon secara berkesinambungan dengan mengikutsertakan sebanyak mungkin petani setempat) terutama di Humbahas.

Aktivitas haminjonisasi diawali dengan penyediaan bibit. TPL dan BPK Aeknauli mencari pohon-pohon haminjon unggul dan sehat di hutan Habinsaran dan kemudian Tele. Biji (kecambah) dan anakannya dijadikan pohon induk (mother plant) di pusat pembibitan di kompleks pabrik TPL di Parmaksian, Tobasamosir. Upaya ini membuahkan hasil. Setiap pohon dari 1.000 pohon induk menghasilkan satu tunas per bulan untuk di-stek menjadi bibit kloning (clone).

Foto: Istimewa Petani kemenyan dari desa Hutajulu, Nimrot Lumban-Gaol, menerima bibit kemenyan secara simbolis dari PT TPL, Senin (4/4). Sebanyak 5.750 bibit kemenyan diserahkan kepada 115 orang petani dari enam desa meliputi Sipituhuta, Hutapaung, Hutajulu, Aeknauli I, Aeknauli II, dan Pansurbatu, di kantor Camat Pollung.
Foto: Istimewa
Petani kemenyan dari desa Hutajulu, Nimrot Lumban-Gaol, menerima bibit kemenyan secara simbolis dari PT TPL, Senin (4/4). Sebanyak 5.750 bibit kemenyan diserahkan kepada 115 orang petani dari enam desa meliputi Sipituhuta, Hutapaung, Hutajulu, Aeknauli I, Aeknauli II, dan Pansurbatu, di kantor Camat Pollung.

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Petani menunjukkan antusiasme tinggi membudidayakan haminjon secara mandiri dengan mengemukakan harapan agar memperoleh sumbangan bibit lebih banyak dari TPL.

Permintaan lebih banyak bibit itu dikemukakan langsung petani kemenyan dari desa Hutajulu, Nimrot Lumban-Gaol, Senin (4/4), saat memberi sambutan pada acara penyerahan 5.750 bibit kepada 115 orang petani di kantor Camat Pollung. Para penerima bibit berasal dari enam desa meliputi Sipituhuta, Hutapaung, Hutajulu, Aeknauli I, Aeknauli II, dan Pansurbatu.

Hadir pada penyerahan bibit itu Camat Pollung Sumitro Banjarnahor, sedangkan Nimrot dan rekannya Benny Lumban-Gaol dari Hutapaung menyampaikan sambutan mewakili para penerima. Nimrot dan Benny berterima kasih atas sumbangan dari bibit dari TPL (PT Toba Pulp Lestari,Tbk), dan secara khusus ia berkata, “Jumlah bibit yang kami terima saat ini masih sedikit, harapan kami dapat lebih banyak.”

Pernyataan pemuka petani itu lebih dimaknai pada luasnya lahan milik petani yang dapat ditanami haminjon (bahasa Batak: kemenyan) pada saat jumlah petani yang berminat melakukan budidaya secara mandiri terus bertambah hingga mencapai ratusan orang.

 

HAMINJONISASI

Hutan alam (bahas Batak: tombak) Humbahas adalah salah satu tempat haminjon tumbuh, berkembang dan menjadi sumber penghasilan petani lokal sejak lama. Menurut praktisi hutan, haminjon salah satu dari 89 jenis vegetasi hutan alam setempat dengan populasinya sekitar 4%.

Haminjon Toba (styrax benzoin) salah satu jenis yang paling dikenal. Haminjon alam tumbuh bersama vegetasi lainnya dan pada usia 10 tahun atau lebih mulai dapat di-takik (diambil) getahnya dengan cara melukai batang agar getahnya keluar dengan sangat perlahan hingga baru bisa diambil 3 hingga 6 bulan kemudian. Getah haminjon yang sudah mengkristal dan dibersihkan diperdagangkan hingga ke manca negara –sejak zaman dulu kala– untuk dijadikan wewangian (parfum), pengawet mummi serta bau asapnya yang khas jadi pelengkap ritual budaya atau agama. Haminjon asal pedalaman Toba diekspor hingga ke Roma dan Timur Tengah melalui pelabuhan alam Barus di Tapanuli Tengah.

Berdasarkan pengamatan, produktivitas haminjon di kawasan hutan Toba cenderung terus menurun karena dua hal, yakni pohon-pohon tua di tombak tidak ada peremajaan, dan generasi baru terdidik sudah lebih memilih profesi lain seperti merantau ke kota, jadi pegawai negeri, bisnis, jurnalis dan pegiat masyarakat madani (LSM – lembaga swadaya masyarakat).

Menyahuti fenomena tersebut, TPL sebagai industri pulp (bubur kertas) berbasis kehutanan dan memiliki konsesi HTI (hutan tanaman industri) di kawasan hutan Tele (sebagian berlkasi di Humbahas), bekerjasama dengan BPK (Badan Penelitian Kehutanan) Aeknauli, dekat kota Parapat, untuk menggagas haminjonisasi (penanaman haminjon secara berkesinambungan dengan mengikutsertakan sebanyak mungkin petani setempat) terutama di Humbahas.

Aktivitas haminjonisasi diawali dengan penyediaan bibit. TPL dan BPK Aeknauli mencari pohon-pohon haminjon unggul dan sehat di hutan Habinsaran dan kemudian Tele. Biji (kecambah) dan anakannya dijadikan pohon induk (mother plant) di pusat pembibitan di kompleks pabrik TPL di Parmaksian, Tobasamosir. Upaya ini membuahkan hasil. Setiap pohon dari 1.000 pohon induk menghasilkan satu tunas per bulan untuk di-stek menjadi bibit kloning (clone).

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/