25.6 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Jadi Kadis sejak 1999, Yakin Masuk Surga

Setelah beberapa kali gagal mencoba menemui Ir Faisal, akhirnya Sumut Pos berhasil bertemu dengannya, Jumat (10/1) lalu. Dengan mengenakan kaos cokelat dan celana training biru, Ir Faisal mencurahkan apa yang dirasakannya pasca divonis 12 tahun oleh Pengadilan Tinggi Sumatera Utara.

Foto: dok/sumut pos Ir Faisal
Foto: dok/sumut pos
Ir Faisal

Setidaknya, ada 6 kali Sumut Pos gagal menemui Ir Faisal. Sebelumnya, beberapa petugas penjaga rumah dinasnya di Jalan Bougenvill No 30 lingkungan Pemkab Deliserdang bilang, kalau Ir Faisal sedang banyak tamu.

Duduk di teras rumah dinasnya, Ir Faisal memulai perbincangan. Berikut wawancaranya dengan reporter Sumut Pos, Syahrial Siregar.

Bagaimana Bapak menyikapi putusan Pengadilan Tinggi Sumatera Utara?

Di lapangan itu sebagai gambaran umum saja, sejak 2005 jalan Kabupaten hanya 1.317 kilometer. Sekarang Jalan Kabupaten sudah 3.472 kilometer.

Negara itu masih berutang. Terus di mana korupsinya?

Sayalah yang paling tahu saya korupsi apa nggak!

Artinya, vonis dari Pengadilan Tinggi Sumut salah?

Ngikutin kasusnya dari awal? Tau tuntutan jaksa? Tuntutan jaksa itu tekenannya aja palsu-palsu. Itu gambaran apa? Kok sampai seperti itu dia menuntut orang? Kalau saya mandang, itu laporan palsu walaupun belum ada laporan forensik.

Bagaimana Bapak menanggapi keputusan tersebut?

Itu tadi. Saya belum mendapatkan keadilan. Oleh karenanya, saya mencari keadilan di tempat yang lebih tinggi lah. Mahkamah Agung, Kasasi.

Sudah seperti apa perkembangan di MA?

Kan ada prosesnya. Diterima, banding, lalu daftar, menunggu berikutnya, lalu sidang.

Apakah pekerjaan di Dinas PU terganggu pasca-bapak divonis?

Terganggu? Ya lihat saja. Kalau terganggu itu pekerjaan terbengkalai dan dana APBD tidak diserap. Itu namanya terganggu. Buktinya bagaimana? Pekerjaan kami itu tetap lebih banyak dari uang yang tersedia.

Terganggu apa tidak pekerjaan di Dinas PU?

Pekerjaan kami lebih banyak dari uang yang tersedia. Apa namanya itu? Lebih banyak kerjanya daripada yang tersedia. Negara yang berutang. Terus kalau itu yang dibayar, korupsi?

Informasinya kemarin Bapak sakit?

Ya, kemarin demam tiga hari. Manusia itukan punya hati. Jadi manusia itu punya hati, hati itu tidak bisa dibohongi. Kalau saya tidak merasa disalahin.

Istri dan anak-anak bapak tahu apa yang menimpa bapak saat ini?

Ya orang itu tau. Orang itu tau saya korupsi apa gak. Mereka menanggapi biasa. Namanya koruptor itukan bergelimang harta? Kita kan bisa tau saya bergelimang harta apa ‘gak.

Bapak yakin tidak ada korupsi?

Barangkali dari kepala-kepala SKPD cuma saya yang tinggal di rumah dinas. Yang lain mungkin tinggal di rumahnya lah masing-masing.

Sudah berapa lama Bapak jadi kepala dinas?

Saya pada 1999 Kadis PU di Tebingtinggi. Di Deliserdang 2005. Berarti ini tahun kesepuluh saya.

Dengan putusan PT ini, apakah Bapak merasa posisi sebagai Kadis PU terancam?

Lho, ngapain saya pikirkan. Ngapain saya pikirin itu. ‘Gak perlu bagi saya. Kalau saya bilang sama anak buah saya, sebetulnya kami yang bekerja di dinas PU ini barangkali lebih mudah masuk surga. Menyingkirkan paku saja dari tengah jalan itu sudah merupakan pahala. Apalagi yang kerjanya di PU. Banyak jalan-jalan di kabupaten kami buat.

Jelaskan sedikit selama Bapak menjabat Kadis PU di Deliserdang?

Tadikan saya bilang tahun 2005 itu jalan kabupaten baru 1.317 kilometer. Bupatinya 12 orang itu. Kita membangun dapat partisipasi masyarakat. Nilai tanah terhimpun Rp215 miliar.

Apa yang menjadi fokus kerja Dinas PU saat ini?

Kalau dinas PU ini kan kerjanya akhir tahun. Berartikan ada membuat laporan kinerja 2013, menyusun laporan keuangan 2013, lalu 3 bulan pertama diaudit BKP. Rencana kerja sudah ada. APBD 2014 kan sudah ditetapkan. Ada yang namanya RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Red). Inilah yang lagi dilaksanakan Dinas PU.

Kapan rencana Bapak mulai ngantor?

“Rumah sayakan di belakang Dinas ini. Kalau dinas PU tidak sama dengan dinas PU yang lain. Dinas PU selalu dikonotasikan dengan mengelola proyek. Tapi kalau kami nggak. Kami sepanjang tahun kerja. Tidak semua pekerja saya pandang patut jadi proyek. (rbb)

Setelah beberapa kali gagal mencoba menemui Ir Faisal, akhirnya Sumut Pos berhasil bertemu dengannya, Jumat (10/1) lalu. Dengan mengenakan kaos cokelat dan celana training biru, Ir Faisal mencurahkan apa yang dirasakannya pasca divonis 12 tahun oleh Pengadilan Tinggi Sumatera Utara.

Foto: dok/sumut pos Ir Faisal
Foto: dok/sumut pos
Ir Faisal

Setidaknya, ada 6 kali Sumut Pos gagal menemui Ir Faisal. Sebelumnya, beberapa petugas penjaga rumah dinasnya di Jalan Bougenvill No 30 lingkungan Pemkab Deliserdang bilang, kalau Ir Faisal sedang banyak tamu.

Duduk di teras rumah dinasnya, Ir Faisal memulai perbincangan. Berikut wawancaranya dengan reporter Sumut Pos, Syahrial Siregar.

Bagaimana Bapak menyikapi putusan Pengadilan Tinggi Sumatera Utara?

Di lapangan itu sebagai gambaran umum saja, sejak 2005 jalan Kabupaten hanya 1.317 kilometer. Sekarang Jalan Kabupaten sudah 3.472 kilometer.

Negara itu masih berutang. Terus di mana korupsinya?

Sayalah yang paling tahu saya korupsi apa nggak!

Artinya, vonis dari Pengadilan Tinggi Sumut salah?

Ngikutin kasusnya dari awal? Tau tuntutan jaksa? Tuntutan jaksa itu tekenannya aja palsu-palsu. Itu gambaran apa? Kok sampai seperti itu dia menuntut orang? Kalau saya mandang, itu laporan palsu walaupun belum ada laporan forensik.

Bagaimana Bapak menanggapi keputusan tersebut?

Itu tadi. Saya belum mendapatkan keadilan. Oleh karenanya, saya mencari keadilan di tempat yang lebih tinggi lah. Mahkamah Agung, Kasasi.

Sudah seperti apa perkembangan di MA?

Kan ada prosesnya. Diterima, banding, lalu daftar, menunggu berikutnya, lalu sidang.

Apakah pekerjaan di Dinas PU terganggu pasca-bapak divonis?

Terganggu? Ya lihat saja. Kalau terganggu itu pekerjaan terbengkalai dan dana APBD tidak diserap. Itu namanya terganggu. Buktinya bagaimana? Pekerjaan kami itu tetap lebih banyak dari uang yang tersedia.

Terganggu apa tidak pekerjaan di Dinas PU?

Pekerjaan kami lebih banyak dari uang yang tersedia. Apa namanya itu? Lebih banyak kerjanya daripada yang tersedia. Negara yang berutang. Terus kalau itu yang dibayar, korupsi?

Informasinya kemarin Bapak sakit?

Ya, kemarin demam tiga hari. Manusia itukan punya hati. Jadi manusia itu punya hati, hati itu tidak bisa dibohongi. Kalau saya tidak merasa disalahin.

Istri dan anak-anak bapak tahu apa yang menimpa bapak saat ini?

Ya orang itu tau. Orang itu tau saya korupsi apa gak. Mereka menanggapi biasa. Namanya koruptor itukan bergelimang harta? Kita kan bisa tau saya bergelimang harta apa ‘gak.

Bapak yakin tidak ada korupsi?

Barangkali dari kepala-kepala SKPD cuma saya yang tinggal di rumah dinas. Yang lain mungkin tinggal di rumahnya lah masing-masing.

Sudah berapa lama Bapak jadi kepala dinas?

Saya pada 1999 Kadis PU di Tebingtinggi. Di Deliserdang 2005. Berarti ini tahun kesepuluh saya.

Dengan putusan PT ini, apakah Bapak merasa posisi sebagai Kadis PU terancam?

Lho, ngapain saya pikirkan. Ngapain saya pikirin itu. ‘Gak perlu bagi saya. Kalau saya bilang sama anak buah saya, sebetulnya kami yang bekerja di dinas PU ini barangkali lebih mudah masuk surga. Menyingkirkan paku saja dari tengah jalan itu sudah merupakan pahala. Apalagi yang kerjanya di PU. Banyak jalan-jalan di kabupaten kami buat.

Jelaskan sedikit selama Bapak menjabat Kadis PU di Deliserdang?

Tadikan saya bilang tahun 2005 itu jalan kabupaten baru 1.317 kilometer. Bupatinya 12 orang itu. Kita membangun dapat partisipasi masyarakat. Nilai tanah terhimpun Rp215 miliar.

Apa yang menjadi fokus kerja Dinas PU saat ini?

Kalau dinas PU ini kan kerjanya akhir tahun. Berartikan ada membuat laporan kinerja 2013, menyusun laporan keuangan 2013, lalu 3 bulan pertama diaudit BKP. Rencana kerja sudah ada. APBD 2014 kan sudah ditetapkan. Ada yang namanya RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Red). Inilah yang lagi dilaksanakan Dinas PU.

Kapan rencana Bapak mulai ngantor?

“Rumah sayakan di belakang Dinas ini. Kalau dinas PU tidak sama dengan dinas PU yang lain. Dinas PU selalu dikonotasikan dengan mengelola proyek. Tapi kalau kami nggak. Kami sepanjang tahun kerja. Tidak semua pekerja saya pandang patut jadi proyek. (rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/