34.5 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Beredar… Petisi Dukung Penendang Garuda Pancasila

Foto: New Tapanuli/Sumut Pos Sahat Gurning, pria yang menendang gambar Garuda Pancasila, dan memamerkannya di internet, ditahan polisi.
Foto: New Tapanuli/Sumut Pos
Sahat Gurning, pria yang menendang gambar Garuda Pancasila, dan memamerkannya di internet, ditahan polisi.

TOBASA, SUMUTPOS.CO – Sahat S Gurning, si penendang Garuda Pancasilan, telah ditangkap dan resmi ditetapkan sebagai tersangka pada 13 April lalu oleh Polres Toba Samosir (Tobasa) Sumut. Rekan-rekannya sesama aktivis memberikan dukungan melalui petisi di media sosial.

Satu hari setelah petisi itu diunggah, dukungan petisi berjudul “Mempetisi Polres Tobasa Bebaskan Sahat S Gurning” itu sudah mencapai dua ratusan orang pada pada Kamis (14/4) pukul 20.00 WIB.

Diberitakan Metro Siantar (Sumut Pos Group), dalam petisi itu terdapat tulisan yang mengungkapkan dukungan untuk Sahat.

Tulisan pada petisi itu bunyinya: “Seorang Pemuda Tobasa di tangkap dan di enjarakan akibat membongkar kebohongan yang bertopengkan Pancasila. Sahat sangat berbeda dengan Zaskia Gotik yang mengolok-olok (melecehkan) Pancasila. Apalagi dengan Habib Rizieq Ketua FPI yang jelas-jelas menghina Pancasila, namun dibiarkan bebas. Apa yang dilakukan Sahat S Gurning, sesungguhnya deskripsi kekecewaan dan protes kepada sebagian pejabat negara yang sarat dengan praktik korupsi. Juga mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan pribadi dan golongan, di luar kepentingan khalayak ramai.

Tentu keberanian, kesiapan serta kejujurannya membongkar kemunafikan Negeri ini berujung di jeruji besi harus dijadikan tamparan bagi para perampas hak rakyat. Kenapa dia mengkritik lewat simbol itu? karena sesunguhnya dia sangat cinta NKRI. Apa yang disampaikannya adalah refleksi dari ketidakadilan di Indonesia.

Bagaimanana tidak, mayoritas penegak hukum di Republik ini seperti masih buta akan koruptor yang merampas hak masyarakat. Dia hanya menyusun kritiknya menjadi lima point, dengan melihat realita yang terjadi, lalu menamai dengan “PANCAGILA” hingga akhirnya dijemput oleh pihak Kepolisian Tobasa. Bukan berarti rasis, dan tidak ada maksud memecah belah, apalagi mengancam keamanan Nasional.

Banyak orang yang tidak senang dengan kritiknya, ibarat orang yang tersentak bangun dari tidur panjangnya, tanpa mencari tahu apa penyebab kekecewaan dari Sahat S Gurning.

Dan mereka langsung menghujat Sahat, sesungguhnya tujuan menantang Negara dan masyarakat untuk mewujudkan nilai luhur Pancasila itu adalah satu bentuk hilangnya kepercayaan seorang pemuda akan keadaan di tempat kelahiran serta Negaranya

Foto: New Tapanuli/Sumut Pos Sahat Gurning, pria yang menendang gambar Garuda Pancasila, dan memamerkannya di internet, ditahan polisi.
Foto: New Tapanuli/Sumut Pos
Sahat Gurning, pria yang menendang gambar Garuda Pancasila, dan memamerkannya di internet, ditahan polisi.

TOBASA, SUMUTPOS.CO – Sahat S Gurning, si penendang Garuda Pancasilan, telah ditangkap dan resmi ditetapkan sebagai tersangka pada 13 April lalu oleh Polres Toba Samosir (Tobasa) Sumut. Rekan-rekannya sesama aktivis memberikan dukungan melalui petisi di media sosial.

Satu hari setelah petisi itu diunggah, dukungan petisi berjudul “Mempetisi Polres Tobasa Bebaskan Sahat S Gurning” itu sudah mencapai dua ratusan orang pada pada Kamis (14/4) pukul 20.00 WIB.

Diberitakan Metro Siantar (Sumut Pos Group), dalam petisi itu terdapat tulisan yang mengungkapkan dukungan untuk Sahat.

Tulisan pada petisi itu bunyinya: “Seorang Pemuda Tobasa di tangkap dan di enjarakan akibat membongkar kebohongan yang bertopengkan Pancasila. Sahat sangat berbeda dengan Zaskia Gotik yang mengolok-olok (melecehkan) Pancasila. Apalagi dengan Habib Rizieq Ketua FPI yang jelas-jelas menghina Pancasila, namun dibiarkan bebas. Apa yang dilakukan Sahat S Gurning, sesungguhnya deskripsi kekecewaan dan protes kepada sebagian pejabat negara yang sarat dengan praktik korupsi. Juga mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan pribadi dan golongan, di luar kepentingan khalayak ramai.

Tentu keberanian, kesiapan serta kejujurannya membongkar kemunafikan Negeri ini berujung di jeruji besi harus dijadikan tamparan bagi para perampas hak rakyat. Kenapa dia mengkritik lewat simbol itu? karena sesunguhnya dia sangat cinta NKRI. Apa yang disampaikannya adalah refleksi dari ketidakadilan di Indonesia.

Bagaimanana tidak, mayoritas penegak hukum di Republik ini seperti masih buta akan koruptor yang merampas hak masyarakat. Dia hanya menyusun kritiknya menjadi lima point, dengan melihat realita yang terjadi, lalu menamai dengan “PANCAGILA” hingga akhirnya dijemput oleh pihak Kepolisian Tobasa. Bukan berarti rasis, dan tidak ada maksud memecah belah, apalagi mengancam keamanan Nasional.

Banyak orang yang tidak senang dengan kritiknya, ibarat orang yang tersentak bangun dari tidur panjangnya, tanpa mencari tahu apa penyebab kekecewaan dari Sahat S Gurning.

Dan mereka langsung menghujat Sahat, sesungguhnya tujuan menantang Negara dan masyarakat untuk mewujudkan nilai luhur Pancasila itu adalah satu bentuk hilangnya kepercayaan seorang pemuda akan keadaan di tempat kelahiran serta Negaranya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/