26.7 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Dupa Memercik, Kena Tumpukan Kembang Api… Dhuarrr!!

Foto: Bambang/PM Perayaan Sembahyang Tebu hari ke-9 Tahun Baru Imlek di Vihara Brahrang, Jalan Gatot Subroto Binjai. Saat sembahyang, kembang api meledak dan melkai 16 orang, Senin (16/2) dini hari.
Foto: Bambang/PM
Perayaan Sembahyang Tebu hari ke-9 Tahun Baru Imlek di Vihara Brahrang, Jalan Gatot Subroto Binjai. Saat sembahyang, kembang api meledak dan melkai 16 orang, Senin (16/2) dini hari.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Dhuarr!! Ledakan kembang api yang menjadi petaka pada perayaan Sembahyang Tebu (King Thi Kong) atau hari ke-9 Tahun Baru Imlek di Vihara Brahrang, Jalan Gatot Subroto Binjai, Senin (16/2) dini hari, dipicu percikan api dupa.

Sedikitnya 16 warga termasuk Pejabat (Pj) Walikota Binjai Riadil Akhir Lubis, menderita luka bakar terkena serpihan kembang api yang gagal meledak di udara. Selain syok, Riadil juga menderita luka bakar di kuping, tangan dan kakinya.

Salah satu saksi mata dalam insiden ledakan kembang api usai pelaksanaan Sembahyang Tebu di Vihara Brahrang menyebutkan, ledakan kembang api dipicu banyaknya dupa yang dibakar saat sembahyang. Bara api yang membakar dupa diduga terpercik dan membakar tumpukan kembang api yang sudah dipersiapkan di sekitar lokasi. Dalam setiap perayaan Sembahyang Tebu, pihak panitia menurutnya memang selalu mengundang para pejabat. Hal inilah yang membuat Pj Walikota Binjai Riadil hadir dalam acara tersebut. ”Itu sudah tradisi,” kata Liem.

Liem menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 01.30 WIB dini hari tadi. Dalam insiden ini salah satu kembang api terbang dan meledak persis di wajah Pj Walikota sehingga membuat hidungnya terluka. “Dia dibawa langsung ke rumah sakit,” ungkapnya.

Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Djoelham Binjai, Dr Masniari Manalu didamping Kasubag Humas Hendrik Tambunan, Selasa (16/2), mengatakan, Pj Wali Kota sempat dirawat di sana. “Memang tadi malam sempat dirawat disini bapak Pj Walikota. Dia mengalami syok, luka bakar ringan pada bagian kuping, telinga dan kakiknya,” katanya.

Dr Masniari yang ditemui di ruang Asisten I ini juga mengakui jika kondisi Pj Walikota tidak begitu parah meski sekujur tubuh kena percikan letusan kembang api. Namun karena syok, Riadil dan keluarganya memutuskan untuk pulang ke kediaman mereka di Medan.

“Jadi tadi malam ada kita rawat 9 orang termaksud Pj Walikota. Para korban hampir rata-rata mengalami luka bakar bintik-bintik akibat percikan kembang api. Kini semua sudah pulang ke rumah masing-masing dan mendapatkan rawat jalan,” jelasnya.

“Kalau pak Pj Walikota sempat mau menetap di rumah dinas. Karena kecemasan keluarganya, jadi dia memilih pulang ke rumahnya di Medan,” timpal dia.

Pantauan di lokasi, pagi ini situasi di Vihara Brahrang sudah kembali normal. Warga Tionghoa masih melanjutkan sembahyang mereka. “Ini kegiatan masih sama menyambut perayaan Imlek,” ujarnya.

Dalam setiap perayaan sembayang tebu dan imlek. Memang dari tahun ke tahun pejabat baik di pemerintahan turut hadir. Dan dalam kesempatan kali ini turut dihadiri Kapolres Binjai, Dandim 0203/ Langkat, Pj Walikota, Asisten I dan walikota terpilih H M Idaham.

Sembahyang Tebu menurut sejarah merupakan sembahyang yang dilakukan oleh Etnis Hokkien pada tanggal 9 bulan 1 Imlek (9 hari pasca Imlek). Mereka baru merayakan Imlek pada hari tersebut. Karena sebelumnya bersembunyi di ladang tebu seiring munculnya peperangan pada masa itu. Setelah perang usai, mereka baru keluar dari persembunyian dan menggelar sembahyang syukur sekaligus merayakan Imlek. (red/deo)

Foto: Bambang/PM Perayaan Sembahyang Tebu hari ke-9 Tahun Baru Imlek di Vihara Brahrang, Jalan Gatot Subroto Binjai. Saat sembahyang, kembang api meledak dan melkai 16 orang, Senin (16/2) dini hari.
Foto: Bambang/PM
Perayaan Sembahyang Tebu hari ke-9 Tahun Baru Imlek di Vihara Brahrang, Jalan Gatot Subroto Binjai. Saat sembahyang, kembang api meledak dan melkai 16 orang, Senin (16/2) dini hari.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Dhuarr!! Ledakan kembang api yang menjadi petaka pada perayaan Sembahyang Tebu (King Thi Kong) atau hari ke-9 Tahun Baru Imlek di Vihara Brahrang, Jalan Gatot Subroto Binjai, Senin (16/2) dini hari, dipicu percikan api dupa.

Sedikitnya 16 warga termasuk Pejabat (Pj) Walikota Binjai Riadil Akhir Lubis, menderita luka bakar terkena serpihan kembang api yang gagal meledak di udara. Selain syok, Riadil juga menderita luka bakar di kuping, tangan dan kakinya.

Salah satu saksi mata dalam insiden ledakan kembang api usai pelaksanaan Sembahyang Tebu di Vihara Brahrang menyebutkan, ledakan kembang api dipicu banyaknya dupa yang dibakar saat sembahyang. Bara api yang membakar dupa diduga terpercik dan membakar tumpukan kembang api yang sudah dipersiapkan di sekitar lokasi. Dalam setiap perayaan Sembahyang Tebu, pihak panitia menurutnya memang selalu mengundang para pejabat. Hal inilah yang membuat Pj Walikota Binjai Riadil hadir dalam acara tersebut. ”Itu sudah tradisi,” kata Liem.

Liem menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 01.30 WIB dini hari tadi. Dalam insiden ini salah satu kembang api terbang dan meledak persis di wajah Pj Walikota sehingga membuat hidungnya terluka. “Dia dibawa langsung ke rumah sakit,” ungkapnya.

Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Djoelham Binjai, Dr Masniari Manalu didamping Kasubag Humas Hendrik Tambunan, Selasa (16/2), mengatakan, Pj Wali Kota sempat dirawat di sana. “Memang tadi malam sempat dirawat disini bapak Pj Walikota. Dia mengalami syok, luka bakar ringan pada bagian kuping, telinga dan kakiknya,” katanya.

Dr Masniari yang ditemui di ruang Asisten I ini juga mengakui jika kondisi Pj Walikota tidak begitu parah meski sekujur tubuh kena percikan letusan kembang api. Namun karena syok, Riadil dan keluarganya memutuskan untuk pulang ke kediaman mereka di Medan.

“Jadi tadi malam ada kita rawat 9 orang termaksud Pj Walikota. Para korban hampir rata-rata mengalami luka bakar bintik-bintik akibat percikan kembang api. Kini semua sudah pulang ke rumah masing-masing dan mendapatkan rawat jalan,” jelasnya.

“Kalau pak Pj Walikota sempat mau menetap di rumah dinas. Karena kecemasan keluarganya, jadi dia memilih pulang ke rumahnya di Medan,” timpal dia.

Pantauan di lokasi, pagi ini situasi di Vihara Brahrang sudah kembali normal. Warga Tionghoa masih melanjutkan sembahyang mereka. “Ini kegiatan masih sama menyambut perayaan Imlek,” ujarnya.

Dalam setiap perayaan sembayang tebu dan imlek. Memang dari tahun ke tahun pejabat baik di pemerintahan turut hadir. Dan dalam kesempatan kali ini turut dihadiri Kapolres Binjai, Dandim 0203/ Langkat, Pj Walikota, Asisten I dan walikota terpilih H M Idaham.

Sembahyang Tebu menurut sejarah merupakan sembahyang yang dilakukan oleh Etnis Hokkien pada tanggal 9 bulan 1 Imlek (9 hari pasca Imlek). Mereka baru merayakan Imlek pada hari tersebut. Karena sebelumnya bersembunyi di ladang tebu seiring munculnya peperangan pada masa itu. Setelah perang usai, mereka baru keluar dari persembunyian dan menggelar sembahyang syukur sekaligus merayakan Imlek. (red/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/