29 C
Medan
Tuesday, April 30, 2024

Sungai Wampu Meluap, 30 Ha Lahan Pertanian Terendam di Langkat

TERGENANG: Air masih menggenangi halaman rumah warga di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Banjir yang disebabkan meluapnya air Sungai Wampu ini juga merusak lahan pertanian warga.
TERGENANG: Air masih menggenangi halaman rumah warga di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Banjir yang disebabkan meluapnya air Sungai Wampu ini juga merusak lahan pertanian warga.

Hujan deras yang melanda Sumatera Utara selama beberapa hari terakhir, menyebabkan banjir di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Selain merusak fasilitas umum, rumah ibadah, dan pemukiman warga, lahan pertanian pun ikut rusak. Sedikitnya, sekitar 30 hektare lahan pertanian padi dan jagung milik warga di Kuala, Langkat, terendam banjir.

“Selain merendam 506 rumah, sekolah, kantor dan rumah ibadah di Kecamatan Kuala, Kutambaru dan Serapit, banjir juga merendam lahan pertanian warga. Pemkab Langkat telah mendata, sekitar 30 hektare lahan pertanian padi dan jagung milik warga di Kuala terkena dampak,” kata Asisten I Pemkab Langkat Abdul Karim, Selasa (17/12).

Berdasarkan perkiraan BMKG Wilayah I Medan, lanjutnya, menjelang Tahun Baru 2020 curah hujan di Langkat kategori menengah hingga tinggin

“Hujan deras berpotensi banjir, gerakan tanah atau longsor, yang akan berdampak pada pemukiman, lahan sawah dan infrastruktur lainnya,” katanya.

Untuk itu, Karim mengingatkan warga agar meningkatkan kesadaran hidup di kawasan rawan bencana. “Masyarakat harus memahami dan melakukan usaha-usaha untuk mengurangi risiko-risiko bencana itu, “ harapnya.

Cara yang dimaksud, tambahnya dengan membangun rumah tahan gempa, menanam pohon agar terhindar dari bencana banjir dan tidak membuang sampah sembarangan.

Sebelumnya, hujan deras yang turun di ‘Bumi Bertuah’ Langkat selama beberapa jam membuat air sungai meluap dan merendam sedikitnya 506 rumah dan mengakibatkan jalan amblas dan longsor di sejumlah wilayah di Kabupaten Langkat.

“Hujan deras di hulu Sungai Wampu menyebabkan air sungai meluap dan merendam rumah penduduk,” kata Jasiman, warga Dusun Pantai Luas, Kecamatan Wampu Haji Khalil, Selasa (17/12).

Hujan deras yang mengguyur semalam, sambung Jasiman, menyebabkan air permukaan Sungai Wampu semakin tinggi sehingga mengakibatkan ratusan rumah penduduk kini terendam air setinggi 30 hingga 50 centimeter. Adapun rumah warga yang terendam air itu berada di dusun Pantai Luas, Pantai Gemi, Ampera, namun belum ada yang mengungsi. Namun dikhawatirkan, bila hujan terus turun akan mengakibatkan Sungai Wampu semakin meluap.

Sementara itu, alat penghubung antara masyarakat Petumbukan dengan masyarakat Bingei berupa rakit dari batang pisang atau getek, tidak dapat dioperasikan akibat banjir ini.

Aiptu Fahri Hudaya, anggota Polsek Stabat yang ditemui di lokasi mengatakan, Getek penghubung dua desa tersebut sekarang ini tidak beroperasi karena permukaan air yang tinggi.

Aiptu Fahri meminta agar masyarakat di bantaran Sungai Wampu berhati-hati, untuk mengantisipasi banjir susulan yang mungkin terjadi. “Kita imbau masyarakat agar berhati-hati, sebab permukaan air Sungai Wampu terlihat semakin naik, karena curah hujan yang tinggi di hulu sungai,” katanya.

Pantauan Sumut Pos di lokasi banjir, terlihat air sungai Wampu kini warnanya berubah menjadi kuning pekat, disertai banyaknya pohon yang hanyut seperti pohon pisang, dan beberapa tanaman lainnya, sehingga membuat sungai nampak penuh dengan sampah. (yas/gus/ian)

TERGENANG: Air masih menggenangi halaman rumah warga di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Banjir yang disebabkan meluapnya air Sungai Wampu ini juga merusak lahan pertanian warga.
TERGENANG: Air masih menggenangi halaman rumah warga di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Banjir yang disebabkan meluapnya air Sungai Wampu ini juga merusak lahan pertanian warga.

Hujan deras yang melanda Sumatera Utara selama beberapa hari terakhir, menyebabkan banjir di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Selain merusak fasilitas umum, rumah ibadah, dan pemukiman warga, lahan pertanian pun ikut rusak. Sedikitnya, sekitar 30 hektare lahan pertanian padi dan jagung milik warga di Kuala, Langkat, terendam banjir.

“Selain merendam 506 rumah, sekolah, kantor dan rumah ibadah di Kecamatan Kuala, Kutambaru dan Serapit, banjir juga merendam lahan pertanian warga. Pemkab Langkat telah mendata, sekitar 30 hektare lahan pertanian padi dan jagung milik warga di Kuala terkena dampak,” kata Asisten I Pemkab Langkat Abdul Karim, Selasa (17/12).

Berdasarkan perkiraan BMKG Wilayah I Medan, lanjutnya, menjelang Tahun Baru 2020 curah hujan di Langkat kategori menengah hingga tinggin

“Hujan deras berpotensi banjir, gerakan tanah atau longsor, yang akan berdampak pada pemukiman, lahan sawah dan infrastruktur lainnya,” katanya.

Untuk itu, Karim mengingatkan warga agar meningkatkan kesadaran hidup di kawasan rawan bencana. “Masyarakat harus memahami dan melakukan usaha-usaha untuk mengurangi risiko-risiko bencana itu, “ harapnya.

Cara yang dimaksud, tambahnya dengan membangun rumah tahan gempa, menanam pohon agar terhindar dari bencana banjir dan tidak membuang sampah sembarangan.

Sebelumnya, hujan deras yang turun di ‘Bumi Bertuah’ Langkat selama beberapa jam membuat air sungai meluap dan merendam sedikitnya 506 rumah dan mengakibatkan jalan amblas dan longsor di sejumlah wilayah di Kabupaten Langkat.

“Hujan deras di hulu Sungai Wampu menyebabkan air sungai meluap dan merendam rumah penduduk,” kata Jasiman, warga Dusun Pantai Luas, Kecamatan Wampu Haji Khalil, Selasa (17/12).

Hujan deras yang mengguyur semalam, sambung Jasiman, menyebabkan air permukaan Sungai Wampu semakin tinggi sehingga mengakibatkan ratusan rumah penduduk kini terendam air setinggi 30 hingga 50 centimeter. Adapun rumah warga yang terendam air itu berada di dusun Pantai Luas, Pantai Gemi, Ampera, namun belum ada yang mengungsi. Namun dikhawatirkan, bila hujan terus turun akan mengakibatkan Sungai Wampu semakin meluap.

Sementara itu, alat penghubung antara masyarakat Petumbukan dengan masyarakat Bingei berupa rakit dari batang pisang atau getek, tidak dapat dioperasikan akibat banjir ini.

Aiptu Fahri Hudaya, anggota Polsek Stabat yang ditemui di lokasi mengatakan, Getek penghubung dua desa tersebut sekarang ini tidak beroperasi karena permukaan air yang tinggi.

Aiptu Fahri meminta agar masyarakat di bantaran Sungai Wampu berhati-hati, untuk mengantisipasi banjir susulan yang mungkin terjadi. “Kita imbau masyarakat agar berhati-hati, sebab permukaan air Sungai Wampu terlihat semakin naik, karena curah hujan yang tinggi di hulu sungai,” katanya.

Pantauan Sumut Pos di lokasi banjir, terlihat air sungai Wampu kini warnanya berubah menjadi kuning pekat, disertai banyaknya pohon yang hanyut seperti pohon pisang, dan beberapa tanaman lainnya, sehingga membuat sungai nampak penuh dengan sampah. (yas/gus/ian)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/