35 C
Medan
Monday, May 27, 2024

Murid SD Belajar di Bawah Terik Matahari

Foto: Solideo/Sumut Pos
Murid SD Negeri No 044831 Desa Gung Pinto belajar di bawah sinar matahari karena tenda darurat tempat mereka belajar telah roboh diterpa angin.

GUNG PINTO, SUMUTPOS.CO – Sisa keceriaan libur panjang masih terasa di 81 murid SD Negeri No 044831 Desa Gung Pinto, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo. Namun, setelah liburan dan melepas kerinduan masuk sekolah, mereka harus rela mandi cahaya matahari.

Betapa tidak, saat hari pertama masuk sekolah pasca liburan tersebut, mereka mendapati tenda darurat yang selama ini mereka gunakan sebagai sarana belajar mengajar, telah roboh diterpa angin kencang, Senin (17/7).

Seperti diketahui, para generasi penerus bangsa itu terpaksa menuntut ilmu di tenda darurat karena gedung sekolah mereka di Desa Gung Pinto hancur diterjang gempa bumi berkekuatan 5, 6 SR pada Senin (16/1) lalu.

Ironisnya, pasca diungsikan ke tenda darurat, bangunan sekolah mereka tak kunjung diperbaiki oleh Pemkab Karo. Mirisnya lagi, kini tenda darurat yang didirikan di perladangan milik warga itu juga sudah rubuh hingga tak bisa digunakan.

Kepala Sekolah SD Gung Pinto Heriani br Sembiring mengaku, kondisi rusaknya tenda darurat tersebut sudah terjadi sejak sebulan lalu, sebelum libur sekolah. Pada saat itu, katanya, sejumlah bagian tenda sudah koyak.

Apabila hujan, air merembes melalui celah-celah. Alhasil para murid tidak nyaman dalam menimba ilmu. Begitu juga pada saat hari panas terik, kondisi di dalam tenda sangat miris. Mereka terpaksa rela berpanas-panas di dalam tenda demi mendapatkan pendidikan dari para guru.

Belum lagi pada saat Gunung Sinabung meletus, sebagian material debu vulkanik juga kerap masuk ke dalam tenda. “Kondisinya sungguh memilukan hati. Sudah beberapa kali diajukan ke pemerintah. Namun sampai sekarang tidak ada tanggapan,” ungkap Heriani.

Pihak sekolah sudah memberitahukan kondisi sekolahnya kepada Dinas Pendidikan Pemkab Karo, BPBD Karo serta pihak kecamatan setempat. Dirinya juga sudah memenuhi sejumlah administrasi yang dimintakan instansi-instansi tersebut.

Namun, hingga saat ini, sampai sekolah tenda darurat yang menampung 81 murid itu roboh, belum ada juga tanggapan dari pemerintah.

“Hari ini anak-anak melaksanakan belajar mengajar berpanas-panasan, dan terpapar debu tanpa tenda di perladangan warga ini. Kita lihat juga kalau cuaca tidak memungkinkan, aktivitas bersekolah kita hentikan,” kata Heriani.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Karo, Natanail Perangin-angin ketika dikonfirmasi mengatakan, sejak Februari 2017 pihaknya sudah sudah mengusulkan permohonan permintaan tenda ke BNPB. Namun belum ada jawaban.

“Kita tetap upayakan dengan mencari tenda yang sudah pernah dipakai dengan memperbaikinya terlebih dahulu. Saat ini juga sudah ada pihak ketiga yang bersedia membantu untuk membangun sementara,” ujar Natanail. (deo/yaa)

Foto: Solideo/Sumut Pos
Murid SD Negeri No 044831 Desa Gung Pinto belajar di bawah sinar matahari karena tenda darurat tempat mereka belajar telah roboh diterpa angin.

GUNG PINTO, SUMUTPOS.CO – Sisa keceriaan libur panjang masih terasa di 81 murid SD Negeri No 044831 Desa Gung Pinto, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo. Namun, setelah liburan dan melepas kerinduan masuk sekolah, mereka harus rela mandi cahaya matahari.

Betapa tidak, saat hari pertama masuk sekolah pasca liburan tersebut, mereka mendapati tenda darurat yang selama ini mereka gunakan sebagai sarana belajar mengajar, telah roboh diterpa angin kencang, Senin (17/7).

Seperti diketahui, para generasi penerus bangsa itu terpaksa menuntut ilmu di tenda darurat karena gedung sekolah mereka di Desa Gung Pinto hancur diterjang gempa bumi berkekuatan 5, 6 SR pada Senin (16/1) lalu.

Ironisnya, pasca diungsikan ke tenda darurat, bangunan sekolah mereka tak kunjung diperbaiki oleh Pemkab Karo. Mirisnya lagi, kini tenda darurat yang didirikan di perladangan milik warga itu juga sudah rubuh hingga tak bisa digunakan.

Kepala Sekolah SD Gung Pinto Heriani br Sembiring mengaku, kondisi rusaknya tenda darurat tersebut sudah terjadi sejak sebulan lalu, sebelum libur sekolah. Pada saat itu, katanya, sejumlah bagian tenda sudah koyak.

Apabila hujan, air merembes melalui celah-celah. Alhasil para murid tidak nyaman dalam menimba ilmu. Begitu juga pada saat hari panas terik, kondisi di dalam tenda sangat miris. Mereka terpaksa rela berpanas-panas di dalam tenda demi mendapatkan pendidikan dari para guru.

Belum lagi pada saat Gunung Sinabung meletus, sebagian material debu vulkanik juga kerap masuk ke dalam tenda. “Kondisinya sungguh memilukan hati. Sudah beberapa kali diajukan ke pemerintah. Namun sampai sekarang tidak ada tanggapan,” ungkap Heriani.

Pihak sekolah sudah memberitahukan kondisi sekolahnya kepada Dinas Pendidikan Pemkab Karo, BPBD Karo serta pihak kecamatan setempat. Dirinya juga sudah memenuhi sejumlah administrasi yang dimintakan instansi-instansi tersebut.

Namun, hingga saat ini, sampai sekolah tenda darurat yang menampung 81 murid itu roboh, belum ada juga tanggapan dari pemerintah.

“Hari ini anak-anak melaksanakan belajar mengajar berpanas-panasan, dan terpapar debu tanpa tenda di perladangan warga ini. Kita lihat juga kalau cuaca tidak memungkinkan, aktivitas bersekolah kita hentikan,” kata Heriani.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Karo, Natanail Perangin-angin ketika dikonfirmasi mengatakan, sejak Februari 2017 pihaknya sudah sudah mengusulkan permohonan permintaan tenda ke BNPB. Namun belum ada jawaban.

“Kita tetap upayakan dengan mencari tenda yang sudah pernah dipakai dengan memperbaikinya terlebih dahulu. Saat ini juga sudah ada pihak ketiga yang bersedia membantu untuk membangun sementara,” ujar Natanail. (deo/yaa)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/