KARO, SUMUTPOS.CO – Geliat Deleng Sinabung terpantau masih tinggi. Belum ada tanda-tanda gunung yang berada di Kabupaten Karo itu akan kembali tenang. Pemerintah daerah didesak memperketat pengawasan agar tak ada lagi korban jiwa akibat erupsi Sinabung.
Kasbani, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyampaikan, sejak dinaikkan statusnya menjadi awas, 2 Juni 2015 lalu, aktivitas Sinabung terus terpantau tinggi. Meski fluktuatif, tapi hampir setiap hari gunung setinggi 2.451 meter dpl itu erupsi. Paling tidak tercatat 2-3 kali Sinabung terbatuk dalam sehari.
”Erupsi disertai guguran awan panas dengan jarak lucur yang bervariasi,” tuturnya, Minggu (22/5).
Puncaknya, lanjut dia, guguran yang terjadi Sabtu (21/5). Guguran awan panas mencapai 4,5 Km dari puncak menuju tenggara-timur. ”Hari ini (Kemarin, red) pun aktivitas Vulkanis masih terjadi. Yakni pembentukan kubah lava yang roboh dan meluncur ke bawah sebagai awan panas,” ujarnya.
Aktivitas ini diprediksi bakal berlangsung lama. Pasalnya, dari pengamatan PVMBG, supply magma masih terus berlangsung. Hal ini diterlihat dari kegempaan maupun kuba lava yang ditimbulkan Sinabung. ”Belum menunjukkan indikasi aktivitas menurun. Biasanya, gunung dengan aktivitas pembentukan kubu lava akan cukup lama untuk tenang kembali,” jelasnya.
Oleh karenanya, dia meminta agar pemerintah daerah lebih awas lagi soal aktivitas masyarakat di zona-zona merah. Menurutnya, PVMBG sudah memberikan batas-batas aman agar menjadi acuan. Masyarakat diminta tidak beraktivitas dalam radius 3 Km dari puncak, 7 Km untuk sektor Selatan-Tenggara, 6 Km untuk sektor Tenggara-Timur, dan 4 Km untuk sektor Utara-Timur Laut.
Sejak Oktiober 2014, Desa Gamber sendiri sudah direkomendasikan sebagai daerah berbahaya. Warga pun wajib direlokasi ke tempat yang lebih aman. Mereka pun ditempatkan di hunian sementara sambil menunggu relokasi. Biaya hunian ini ditanggung oleh BNPB. Satiap satu kepala rumah tangga diberikan dana sebesar Rp3,6 juta/KK/tahun. Selain itu, dikucurkan pula dana sebesar Rp 2 Juta/KK/tahun untuk sewa lahan pertanian.
Tercatat, ada 1.683 KK (4.967 jiwa) warga 4 desa Desa Gamber, Kuta Tonggal, Gurukinayan, dan Berastepu yang kini tengah menunggu relokasi tahap dua. Total bantuan dana siap pakai yang telah diberikan BNPB untuk penanganan erupsi Sinabung, sejak September 2013, mencapai lebih dari Rp360 miliar.
Sementara, tim petugas tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo menghentikan pencarian warga yang menjadi korban awas panas yang terjadi pada Sabtu (21/5) lalu. Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Karo Natanael Perangin-angin mengatakan, penghentian dilakukan karena tidak ada lagi korban yang ditemukan di lokasi yang terkena awan panas itu.
Selain itu, pihaknya juga tidak ada menerima laporan atau pengaduan dari warga yang merasa anggota keluarganya hilang setelah munculnya awan panas tersebut. Karena itu, tim tanggap darurat yang dipimpin Dandim 0205/Karo Letkol Agustatius Sitepu menghentikan pencarian korban yang berada di Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat itu.
Meski pencarian korban dihentikan, tetapi tim tanggap darurat tetap melakukan penjagaan di berbagai pintu masuk zona yang terlarang untuk didatangi masyarakat. Penjagaan itu dilakukan agar masyarakat tidak memasuki area yang dikategorikan zona merah karena sering diterpa awan panas jika Gunung Sinabung mengalami erupsi.
“Penjagaan terus dilakukan, apalagi portalnya masih berdiri,” katanya.
Hingga pencarian dihentikan pada Minggu siang, jumlah korban yang terkena awan panas tersebut masih berjumlah sembilan orang. “Tujuh orang diantaranya meninggal dunia, dua lagi masih dirawat,” ujar Natanael.
Sebelumnya, Gunung Sinabung mengalami erupsi pada Sabtu (21/5) sambil mengeluarkan awan panas. Awan panas tersebut membakar sembilan warga yang memasuki Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat yang menyebabkan tujuh orang tewas.
Tujuh warga yang tewas itu adalah Karman Meliala (60), Irwansyah Sembiring, Nanin beru Sitepu (50), Leo Perangin-angin (25),Mulia Ginting (45), Ersada Ginting (55), Ibrahim Sembiring (51) yang keseluruhannya warga Desa Gamber.
Sedangkan dua warga lagi dalam kondisi kritis yakni cahaya Sembiring (57) dan Cahaya beru Tarigan (45) yang kini dirawat di RS Efarina Etaham di Berastagi.
(mia/jpg/adz)