26.7 C
Medan
Sunday, May 26, 2024

Kesal Dibully di Medsos, Istri Muda Gatot Sesenggukan Baca Pledoi

“Jujur saya jadi takut karena realita di lapangan sangatlah pahit. Saya seperti disadarkan inilah realita, pernikahan tidak selalu manis, saya selalu jadi perempuan yang dinilai negatif,” kata Evi.

“Saya tidak sempurna, tapi apa yang saya lakukan sepenuhnya untuk membentuk suami saya,” timpal Evi.

Ia tak ingin membela diri. Menurutnya, semua yang dilakukannya demi mengurangi beban sang suami. Banyak persoalan yang dilemparkan kepada suaminya. “Banyak upaya menggulingkan suami saya dari jabatannya,” kata Evi lagi.

Evi pun mengakui menyarankan Gatot menggunakan pengacara Otto Cornelis Kaligis mendampingi kasus yang tengah dihadapinya. Hal itu dilakukan karena selama Gatot dirundung masalah, tidak ada yang mau membantu. “Saya selalu ingatkan agar sabar dan berupaya memperbaiki kinerja, meski itu tidak mudah,” paparnya.

Ia melanjutkan, suatu hal yang tak akan pernah dilupakannya ketika ditetapkan KPK sebagai tersangka. Bahkan, Evi mengklaim, sebelum ditahan ia sudah bertanya kepada KPK kapan akan melakukan penahanan kepadanya. Dia bilang, kalau sudah cukup bukti maka ia siap ditahan. Perlakuan penyidik profesional. Evi sempat dipertemukan dengan suaminya disela-sela pemeriksaan sebelum ditahan.

“Saat saya menemui suami saya, saya menahan air mata. Saya lihat suami saya mengeluarkan air mata,” kenang Evi. Sambil menangis lagi, Evi mengungkapkan bahwa itu merupakan hari terberat dalam hidupnya. Dia sempat berdiskusi sebentar dengan suaminya. Membicarakan dampak yang akan ditanggung orang-orang tercintanya terkait kasus yang menjeratnya itu.

“Saya tidak pernah menangis dari sejak ditetapkan tersangka, kemudian ditahan hingga saat ini,” kata Evi sambil menangis.

Setelah berdiskusi, ia pun kemudian memakai rompi orange bertuliskan “TAHANAN KPK”. Dia mengatakan, setelah itu harus siap keluar dari ruang penyidikan dan menghadapi media. “Kami hadapi media keluar pakai rompi orange,” tutur Evi.

Kepedihan Evi belum sampai di situ saja. Evi mengaku mengetahui bahwa foto-foto ia dan suaminya kerap menjadi meme di media sosial. Bahkan, kata Evi, meme itu dilengkapi dengan komentar-komentar dengan kata-kata tak layak untuk menghujat mereka.

“Saya dan suami saya dibully. Inilah yang bikin sakit hati saya dan anak-anak saya,” kata Evi. Parahnya lagi media sosial di era digital tidak mudah dihapus dan cepat menyebar. Medsos semakin mempermudah masyarakat mendapat informasi. “Tapi kami jadi santapan media. Kami jadi serba salah,” ungkap Evi.

Lebih lanjut Evi mengakui, menyadari serta menyesali perbuatannya dalam kasus yang tengah menjeratnya itu. “Saya berharap majelis hakim dapat memutus yang seadil-adilnya dan seringan-ringannya bagi kami,” harap Evi. (boy/jpnn)

“Jujur saya jadi takut karena realita di lapangan sangatlah pahit. Saya seperti disadarkan inilah realita, pernikahan tidak selalu manis, saya selalu jadi perempuan yang dinilai negatif,” kata Evi.

“Saya tidak sempurna, tapi apa yang saya lakukan sepenuhnya untuk membentuk suami saya,” timpal Evi.

Ia tak ingin membela diri. Menurutnya, semua yang dilakukannya demi mengurangi beban sang suami. Banyak persoalan yang dilemparkan kepada suaminya. “Banyak upaya menggulingkan suami saya dari jabatannya,” kata Evi lagi.

Evi pun mengakui menyarankan Gatot menggunakan pengacara Otto Cornelis Kaligis mendampingi kasus yang tengah dihadapinya. Hal itu dilakukan karena selama Gatot dirundung masalah, tidak ada yang mau membantu. “Saya selalu ingatkan agar sabar dan berupaya memperbaiki kinerja, meski itu tidak mudah,” paparnya.

Ia melanjutkan, suatu hal yang tak akan pernah dilupakannya ketika ditetapkan KPK sebagai tersangka. Bahkan, Evi mengklaim, sebelum ditahan ia sudah bertanya kepada KPK kapan akan melakukan penahanan kepadanya. Dia bilang, kalau sudah cukup bukti maka ia siap ditahan. Perlakuan penyidik profesional. Evi sempat dipertemukan dengan suaminya disela-sela pemeriksaan sebelum ditahan.

“Saat saya menemui suami saya, saya menahan air mata. Saya lihat suami saya mengeluarkan air mata,” kenang Evi. Sambil menangis lagi, Evi mengungkapkan bahwa itu merupakan hari terberat dalam hidupnya. Dia sempat berdiskusi sebentar dengan suaminya. Membicarakan dampak yang akan ditanggung orang-orang tercintanya terkait kasus yang menjeratnya itu.

“Saya tidak pernah menangis dari sejak ditetapkan tersangka, kemudian ditahan hingga saat ini,” kata Evi sambil menangis.

Setelah berdiskusi, ia pun kemudian memakai rompi orange bertuliskan “TAHANAN KPK”. Dia mengatakan, setelah itu harus siap keluar dari ruang penyidikan dan menghadapi media. “Kami hadapi media keluar pakai rompi orange,” tutur Evi.

Kepedihan Evi belum sampai di situ saja. Evi mengaku mengetahui bahwa foto-foto ia dan suaminya kerap menjadi meme di media sosial. Bahkan, kata Evi, meme itu dilengkapi dengan komentar-komentar dengan kata-kata tak layak untuk menghujat mereka.

“Saya dan suami saya dibully. Inilah yang bikin sakit hati saya dan anak-anak saya,” kata Evi. Parahnya lagi media sosial di era digital tidak mudah dihapus dan cepat menyebar. Medsos semakin mempermudah masyarakat mendapat informasi. “Tapi kami jadi santapan media. Kami jadi serba salah,” ungkap Evi.

Lebih lanjut Evi mengakui, menyadari serta menyesali perbuatannya dalam kasus yang tengah menjeratnya itu. “Saya berharap majelis hakim dapat memutus yang seadil-adilnya dan seringan-ringannya bagi kami,” harap Evi. (boy/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/