TANAH KARO, SUMUTPOS.CO – Dipicu cekcok rumah tangga, Nialam boru Lumban Toruan harus cacat. Bahkan perempuan 48 tahun itu nyaris meregang nyawa pasca ditikam sang suami, J Tarigan, Selasa (23/8).
Warga Jalan Djamin Ginting, Gang Garuda Kabanjahe itu langsung mendapat pertolongan medis di RSU Kabanjahe dari di kediamannya. Korban mengatakan, peristiwa itu bermula dari persoalan sepele, Senin (22/8) malam.
“Malam itu kami cekcok mulut. Karena kesal, mau kutinggalkan dia malam itu. Tapi dia tidak mengizinkan. Belakangan ini kami kurang sependapat. Dia tidak mau mendengarkan omonganku. Maunya omongan dia saja yang didengarkan,” kata Nialam.
Hingga menjelang matahari terbit, sekitar pukul 05.30 Wib, kata dia, pasangan suami istri (Pasutri) itu kembali terlibat adu mulut. J Tarigan lantas keluar dari dalam rumah untuk meredakan pertengkaran itu. Namun, korban yang merasa kesal berniat pergi dari rumah dan menyusun semua pakaian miliknya.
“Nggak lama, dia datang lagi ke rumah dan melihat aku lagi nyusun bajuku karena aku mau pergi. Dia pun bertanya kenapa kususun semua pakaianku. Dia minta supaya aku nggak pergi dari rumah. Katanya biar dia saja yang pergi biar nggak ada lagi yang aku pikirkan,” tutur Nialam.
Namun, menurutnya, belum lagi percakapan itu selesai, J Tarigan kemudian meminta telepon genggam (HP) milik istrinya itu. Permintaan itu tidak dituruti korban dengan menarik kembali HP miliknya sembari menyimpannya.
Penolakan itu lantas menyulut emosi J Tarigan. Sambil menarik pisau yang diselipkan dipinggangnya, langsung menikam istrinya tersebut di bagian mata sebelah kiri. Akibatnya, korban mengalami luka serius dan darah mengucur deras dari indera penglihatan tersebut.
“Aku sempat teriak, tapi dia (suaminya) langsung lari dari rumah. Tetangga yang tau kejadian itu, langsung melarikan aku ke rumah sakit. Aku mau cerai sama dia. Terlalu sakit yang dia buat selama ini samaku,” cetus Nialam kesal.
Pasutri tersebut telah membina rumah tangga selama beberapa tahun. Saat menikah, kata Nialam, ia berstatus janda dengan empat orang anak. Sedangkan J Tarigan berstatus duda dengan dua orang anak.
“Aku setiap hari bekerja menyusun buah jeruk (buruh harian lepas) di ladang orang. Sedangkan suamiku bekerja di ladang orang juga. Kampungnya dari Desa Tiga Lingga, Dairi,” jelas Nialam.
Korban kekerasan rumah tangga ‘tingkat tinggi’ ini mengaku belum melaporkan kasus yang dia alami kepada polisi. “Masih kurembukkan dulu dengan keluarga,” katanya. Sementara, sang suami masih melarikan diri dari kejahatannya. (cr-9/yaa)