BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kondisi Jembatan Namukur di Jalan Namukur, Seibingai, Langkat, memprihatinkan. Karena sering dilalui truk-truk bermuatan melebihi tonase, jembatan dipasang portal dari besi.
Pantauan wartawan, pada jembatan penghubung Namukur-Binjai ini terlihat, aspal sudah kupak-kapik, dan besi cor di jalanan tersebut sudah keluar. “Pemerintah Langkat belum ada sepertinya melihat ini. Atau apa sengaja dibiarkan begitu saja?” ucap seorang warga di sekitar lokasi, belum lama ini.
Jembatan penghubung ini dinilai penting untuk pedagang sayuran atau buah asal Binjai, yang mengambil ke Tanah Karo. Sebab, jalan tersebut sebagai alternatif, tanpa harus melewati Kota Medan.
“Seperti kami pedagang yang ambil buah atau sayur di Karo, terdampak juga. Kena imbasnya lah,” ujar dia.
“Hampir amblas ke bawah juga jembatannya. Besi-besi cornya ajapun keluar,” tambahnya.
Desember 2020 lalu, jembatan yang persisnya terletak di Kelurahan Namukur Selatan ini sudah mendapat perhatian dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Langkat. Namun perbaikan pasti kapan dilakukan belum terjawab.
BPBD masih menunggu suntikan dana segar dari pusat. Sebab, BPBD sudah mengusulkan anggaran yang dibutuhkan untuk peremajaan maupun pembangunan baru jalan dan jembatan.
Hasil hitungan kasar, jembatan Namukur menghabiskan biaya rehabilitasi sekitar Rp2 miliar. Sementara membangun jembatan baru, ditaksir menghabiskan Rp4 miliar. (ted)
BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kondisi Jembatan Namukur di Jalan Namukur, Seibingai, Langkat, memprihatinkan. Karena sering dilalui truk-truk bermuatan melebihi tonase, jembatan dipasang portal dari besi.
Pantauan wartawan, pada jembatan penghubung Namukur-Binjai ini terlihat, aspal sudah kupak-kapik, dan besi cor di jalanan tersebut sudah keluar. “Pemerintah Langkat belum ada sepertinya melihat ini. Atau apa sengaja dibiarkan begitu saja?” ucap seorang warga di sekitar lokasi, belum lama ini.
Jembatan penghubung ini dinilai penting untuk pedagang sayuran atau buah asal Binjai, yang mengambil ke Tanah Karo. Sebab, jalan tersebut sebagai alternatif, tanpa harus melewati Kota Medan.
“Seperti kami pedagang yang ambil buah atau sayur di Karo, terdampak juga. Kena imbasnya lah,” ujar dia.
“Hampir amblas ke bawah juga jembatannya. Besi-besi cornya ajapun keluar,” tambahnya.
Desember 2020 lalu, jembatan yang persisnya terletak di Kelurahan Namukur Selatan ini sudah mendapat perhatian dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Langkat. Namun perbaikan pasti kapan dilakukan belum terjawab.
BPBD masih menunggu suntikan dana segar dari pusat. Sebab, BPBD sudah mengusulkan anggaran yang dibutuhkan untuk peremajaan maupun pembangunan baru jalan dan jembatan.
Hasil hitungan kasar, jembatan Namukur menghabiskan biaya rehabilitasi sekitar Rp2 miliar. Sementara membangun jembatan baru, ditaksir menghabiskan Rp4 miliar. (ted)