26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Mengintip Eksotisnya Kawah Putih Tinggi Raja

Hanya saja, Hartanto sedikit mengeluhkan jalan menuju lokasi. Ia berharap infrastruktur jalan menuju Kawah Putih itu bisa lebih ditingkatkan lagi. “Memang bisa ditempuh dengan mengendarai sepeda motor. Tapi jalannya agak kurang bagus. Namun kalau untuk mobil, saya rasa harus mobil 4 WD atau gardan dua yang bisa mencapai lokasi ini. Sebab jalannya begitu terjal dan berlubang, penuh batu kerikil,” ungkapnya.

Namun begitu, Hartanto bersyukur, lelah yang dirasakan selama perjalanan itu terobati dengan pemandangan indah yang didapat saat berjalan menuju lokasi. “Begitu sampai di sana, kami langsung disapa penduduk sekitar. Kata warga, sebaiknya pengunjung yang datang ke sini tidak membawa makanan yang non halal. Dan menurutnya, jika kita merebus telur dan telur yang kita rebus jumlahnya berkurang, sebaiknya dibiarkan saja. Tidak perlu heran atau jangan sampai saling marah dan menuduh. Karena menurutnya, telur itu diambil oleh ‘penunggu’ Kawah Putih,” kata Hartanto, menirukan apa yang didengarnya dari warga setempat.

Selanjutnya, Hartanto dan teman-temannya melanjutkan perjalanan menyusui aliran air Kawah Putih itu. Mereka pun dipandu warga bermarga Purba (46). “Tulang (Purba, red) itulah yang memandu kami. Sebab kami belum paham betul lokasi. Apalagi saat berada di dekat hutan terlarang. Sebab selama ini hutan itu sangat jarang dikunjungi orang karena keanehannya. Konon katanya di tengah hutan ada pepohonan yang dipenuhi tumbuhan gatal. Gatalnya luar biasa, lebih dahsyat dari pohon rengas. Makanya di situ dibuat dilarang masuk,” bebernya.

Setelah berkeliling di kawasan cagar alam sekitar Kawah Putih, Hartanto mengaku takjub dengan keindahan Kawah Putih Tinggi Raja. “Memang benar-benar memesona. Cuma kalah di akses jalan yang rusak saja. Kami harap segera ada perbaikan,” pungkasnya. (cr-03/int/hez/spg/saz)

Hanya saja, Hartanto sedikit mengeluhkan jalan menuju lokasi. Ia berharap infrastruktur jalan menuju Kawah Putih itu bisa lebih ditingkatkan lagi. “Memang bisa ditempuh dengan mengendarai sepeda motor. Tapi jalannya agak kurang bagus. Namun kalau untuk mobil, saya rasa harus mobil 4 WD atau gardan dua yang bisa mencapai lokasi ini. Sebab jalannya begitu terjal dan berlubang, penuh batu kerikil,” ungkapnya.

Namun begitu, Hartanto bersyukur, lelah yang dirasakan selama perjalanan itu terobati dengan pemandangan indah yang didapat saat berjalan menuju lokasi. “Begitu sampai di sana, kami langsung disapa penduduk sekitar. Kata warga, sebaiknya pengunjung yang datang ke sini tidak membawa makanan yang non halal. Dan menurutnya, jika kita merebus telur dan telur yang kita rebus jumlahnya berkurang, sebaiknya dibiarkan saja. Tidak perlu heran atau jangan sampai saling marah dan menuduh. Karena menurutnya, telur itu diambil oleh ‘penunggu’ Kawah Putih,” kata Hartanto, menirukan apa yang didengarnya dari warga setempat.

Selanjutnya, Hartanto dan teman-temannya melanjutkan perjalanan menyusui aliran air Kawah Putih itu. Mereka pun dipandu warga bermarga Purba (46). “Tulang (Purba, red) itulah yang memandu kami. Sebab kami belum paham betul lokasi. Apalagi saat berada di dekat hutan terlarang. Sebab selama ini hutan itu sangat jarang dikunjungi orang karena keanehannya. Konon katanya di tengah hutan ada pepohonan yang dipenuhi tumbuhan gatal. Gatalnya luar biasa, lebih dahsyat dari pohon rengas. Makanya di situ dibuat dilarang masuk,” bebernya.

Setelah berkeliling di kawasan cagar alam sekitar Kawah Putih, Hartanto mengaku takjub dengan keindahan Kawah Putih Tinggi Raja. “Memang benar-benar memesona. Cuma kalah di akses jalan yang rusak saja. Kami harap segera ada perbaikan,” pungkasnya. (cr-03/int/hez/spg/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/