26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Masyarakat Adat Berbenah Majukan Danau Toba

Selain itu, pihaknya juga tengah fokus mengorganisir masyarakat dalam hal mempersiapkan perubahan, yang bakal muncul dengan banyaknya pembangunan yang diprogramkan pemerintah. “Kami tetap fokus memberikan pencerahan tentang dampak apa yang akan muncul dengan pengembangan ini. Apalagi dampak sosial masyarakat,” beber Anggiat.

Menurut Anggiat, dengan rutinitas dialog bersama masyarakat, akan ada tawaran mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang akan muncul, apa yang dibutuhkan masyarakat, dan mana yang tidak diperlukan.

Prioritas mereka saat ini, bagaimana masyarakat adat mengantisipasi permasalahan lahan. Sebab sebagai pemilik sebagian besar tanah di kawasan Danau Toba, masyarakat tidak boleh hanya menjadi penonton di rumahnya sendiri. “Kami melihat kemungkinan itu, karena secara tidak langsung, banyak warga belum siap dan hanya mendengar cerita, ada pengembangan di tanah Batak. Kalau tidak disiapkan, warga setempat bisa kehilangan peran,” ungkap Anggiat.

Dengan sebagian besar mata pencaharian masyarakat sebagai petani dan nelayan, harus ada manfaat yang dirasakan warga. Sehingga mereka sebagai organisasi yang fokus di masyarakat, melihat hal ini sebagai sebuah tantangan sekaligus kekhawatiran. “Kami mendukung pembangunan ini. Tapi tetap melihat nilai kritis terhadap dampak yang mungkin akan muncul. Terutama potensi konflik sosial, ini yang harus dijaga,” pungkas Anggiat. (bal/saz)

Selain itu, pihaknya juga tengah fokus mengorganisir masyarakat dalam hal mempersiapkan perubahan, yang bakal muncul dengan banyaknya pembangunan yang diprogramkan pemerintah. “Kami tetap fokus memberikan pencerahan tentang dampak apa yang akan muncul dengan pengembangan ini. Apalagi dampak sosial masyarakat,” beber Anggiat.

Menurut Anggiat, dengan rutinitas dialog bersama masyarakat, akan ada tawaran mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang akan muncul, apa yang dibutuhkan masyarakat, dan mana yang tidak diperlukan.

Prioritas mereka saat ini, bagaimana masyarakat adat mengantisipasi permasalahan lahan. Sebab sebagai pemilik sebagian besar tanah di kawasan Danau Toba, masyarakat tidak boleh hanya menjadi penonton di rumahnya sendiri. “Kami melihat kemungkinan itu, karena secara tidak langsung, banyak warga belum siap dan hanya mendengar cerita, ada pengembangan di tanah Batak. Kalau tidak disiapkan, warga setempat bisa kehilangan peran,” ungkap Anggiat.

Dengan sebagian besar mata pencaharian masyarakat sebagai petani dan nelayan, harus ada manfaat yang dirasakan warga. Sehingga mereka sebagai organisasi yang fokus di masyarakat, melihat hal ini sebagai sebuah tantangan sekaligus kekhawatiran. “Kami mendukung pembangunan ini. Tapi tetap melihat nilai kritis terhadap dampak yang mungkin akan muncul. Terutama potensi konflik sosial, ini yang harus dijaga,” pungkas Anggiat. (bal/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/