30.1 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

Boiler Pabrik Tahu Meledak, Dua Pekerja Tewas

Foto: Redha/PM Koko, pekerja pabrik tahu sempat dibawa ke rumah sakit sebelum akhirnya meninggal, karena terkena panas boiler yang meledak, Senin (26/9/2017).
Foto: Redha/PM
Koko, pekerja pabrik tahu sempat dibawa ke rumah sakit sebelum akhirnya meninggal, karena terkena panas boiler yang meledak, Senin (26/9/2017).

PERBAUNGAN, SUMUTPOS.CO – Keheningan malam dan tidur lelap warga di Dusun III Desa Suka Jadi Kecamatan Perbaungan Kabupaten Sergai seketika musnah, Senin (26/9) dini hari. Pasalnya, mesin boiler (ketel) untuk membuat tahu tiba-tiba meledak. Dua pekerja tewas dalam insiden itu. Tragis.

Peristiwa tersebut terjadi saat itu para pekerja sedang bekerja. Tiba-tiba boiler (ketel) pembuat tahu meledak. Sontak suasana jadi kocar-kacir dan orang-orang yang berada di lokasi itu berusaha menyelamatkan diri. Namun naas, di antara mereka ada dua orang, Koko Susilo (21) dan Supri (37) tak sempat selamat, dan akhirnya tewas terbakar.

Seketika, warga setempat yang mendengar ledakan itu mendatangi lokasi tersebut. Saat itu, korban Koko terlihat kesakitan atas luka bakar yang dialaminya. “Korban meninggal dunia akibat luka bakar bernama Koko Susilo (21) dan Supri (37),” kata Kapolres Sergai AKBP Eko Suprihanto kepada awak media.

Eko Suprihanto mengatakan, pasca kejadian itu kedua korban dibawa ke Rumah Sakit. Koko dibawa ke Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, namun akhirnya tewas. Sementara, Supri meninggal dunia di Rumah Sakit Adam Malik Medan, dan nyawanya tetap tak tertolong lagi.

Menurut keterangan warga, ledakan itu terjadi karena boiler yang terbuat dari besi panas, kekurangan air lalu meledak. “Kita sudah lakukan penyelidikan. Tim dari Labfor juga turun untuk menguatkan penyelidikan,” kata Eko, seraya mengatakan hingga kemarin pihaknya belum dapat menyimpulkan siapa sebagai tersangka, di pabrik tahu milik pengusaha bernama Kasim Prayogi itu.

Foto: Surya Bhakti Hasibuan/Sumutpos Suasana lokasi pabrik tahu di Perbaungan, Sergai, pasca meledaknya boiler tertutup buat umum, Minggu (25/9).
Foto: Surya Bhakti Hasibuan/Sumutpos
Suasana lokasi pabrik tahu di Perbaungan, Sergai, pasca meledaknya boiler tertutup buat umum, Minggu (25/9).

Sementara, salah satu korban Koko Susilo, yang tercatat sebagai warga Dusun III Desa Suka Jadi Kecamatan Perbaungan Kabupaten Sergai, diketahui meninggalkan satu istri bernama Wita (26) dan anak lelaki bernama Alif (3), yang mengalami gangguan otak.

Dalam pengakuan ayah korban ketika dikunjungi, kemarin sekitar pukul 15.00 WIB, mengatakan, Koko Susilo adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Semasa hidup, ia adalah orang yang bertanggungjawab.

“Koko tidak pernah membantah apa saja yang dikatakan atau diperintahkan. Dia juga akan yang sangat suka bergaul dan tidak pernah mengeluh dengan keadaan sesulit apapun yang dihadapinya,” ungkap Paino (60).

Koko bekerja di pabrik tahu tersebut telah lebih dari empat tahun dan tinggal di sebuah rumah tepas bersama istri dan anaknya. “Aku ikhlas kalau anakku meninggalkan aku terlebih dahulu dibandingkan aku. Mungkin ini sudah jalan nasib hidupnya berakhir begini,” ungkap Paino dengan suara parau.

Sementara, korban Supriadi, tercatat sebagai warga Dusun I Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin, kemarin siang telah dikebumikan. Hanya saja keluarga belum dapat dikonfirmasi. Begitu juga dengan para tetangga, tidak bersedia memberikan keterangan. (cr-4/yaa)

 

Foto: Redha/PM Koko, pekerja pabrik tahu sempat dibawa ke rumah sakit sebelum akhirnya meninggal, karena terkena panas boiler yang meledak, Senin (26/9/2017).
Foto: Redha/PM
Koko, pekerja pabrik tahu sempat dibawa ke rumah sakit sebelum akhirnya meninggal, karena terkena panas boiler yang meledak, Senin (26/9/2017).

PERBAUNGAN, SUMUTPOS.CO – Keheningan malam dan tidur lelap warga di Dusun III Desa Suka Jadi Kecamatan Perbaungan Kabupaten Sergai seketika musnah, Senin (26/9) dini hari. Pasalnya, mesin boiler (ketel) untuk membuat tahu tiba-tiba meledak. Dua pekerja tewas dalam insiden itu. Tragis.

Peristiwa tersebut terjadi saat itu para pekerja sedang bekerja. Tiba-tiba boiler (ketel) pembuat tahu meledak. Sontak suasana jadi kocar-kacir dan orang-orang yang berada di lokasi itu berusaha menyelamatkan diri. Namun naas, di antara mereka ada dua orang, Koko Susilo (21) dan Supri (37) tak sempat selamat, dan akhirnya tewas terbakar.

Seketika, warga setempat yang mendengar ledakan itu mendatangi lokasi tersebut. Saat itu, korban Koko terlihat kesakitan atas luka bakar yang dialaminya. “Korban meninggal dunia akibat luka bakar bernama Koko Susilo (21) dan Supri (37),” kata Kapolres Sergai AKBP Eko Suprihanto kepada awak media.

Eko Suprihanto mengatakan, pasca kejadian itu kedua korban dibawa ke Rumah Sakit. Koko dibawa ke Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam, namun akhirnya tewas. Sementara, Supri meninggal dunia di Rumah Sakit Adam Malik Medan, dan nyawanya tetap tak tertolong lagi.

Menurut keterangan warga, ledakan itu terjadi karena boiler yang terbuat dari besi panas, kekurangan air lalu meledak. “Kita sudah lakukan penyelidikan. Tim dari Labfor juga turun untuk menguatkan penyelidikan,” kata Eko, seraya mengatakan hingga kemarin pihaknya belum dapat menyimpulkan siapa sebagai tersangka, di pabrik tahu milik pengusaha bernama Kasim Prayogi itu.

Foto: Surya Bhakti Hasibuan/Sumutpos Suasana lokasi pabrik tahu di Perbaungan, Sergai, pasca meledaknya boiler tertutup buat umum, Minggu (25/9).
Foto: Surya Bhakti Hasibuan/Sumutpos
Suasana lokasi pabrik tahu di Perbaungan, Sergai, pasca meledaknya boiler tertutup buat umum, Minggu (25/9).

Sementara, salah satu korban Koko Susilo, yang tercatat sebagai warga Dusun III Desa Suka Jadi Kecamatan Perbaungan Kabupaten Sergai, diketahui meninggalkan satu istri bernama Wita (26) dan anak lelaki bernama Alif (3), yang mengalami gangguan otak.

Dalam pengakuan ayah korban ketika dikunjungi, kemarin sekitar pukul 15.00 WIB, mengatakan, Koko Susilo adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Semasa hidup, ia adalah orang yang bertanggungjawab.

“Koko tidak pernah membantah apa saja yang dikatakan atau diperintahkan. Dia juga akan yang sangat suka bergaul dan tidak pernah mengeluh dengan keadaan sesulit apapun yang dihadapinya,” ungkap Paino (60).

Koko bekerja di pabrik tahu tersebut telah lebih dari empat tahun dan tinggal di sebuah rumah tepas bersama istri dan anaknya. “Aku ikhlas kalau anakku meninggalkan aku terlebih dahulu dibandingkan aku. Mungkin ini sudah jalan nasib hidupnya berakhir begini,” ungkap Paino dengan suara parau.

Sementara, korban Supriadi, tercatat sebagai warga Dusun I Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin, kemarin siang telah dikebumikan. Hanya saja keluarga belum dapat dikonfirmasi. Begitu juga dengan para tetangga, tidak bersedia memberikan keterangan. (cr-4/yaa)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/