30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Wabah Hog Cholera Landa Ternak di 11 Daerah, Batasi Lali-lintas Ternak Antarkota

BANGKAI BABI: Petugas DLH Dairi mengangkat bangkai babi milik peternak di Desa Sitinjo 2 Kecamatan Sitinjo untuk dikuburkan.
RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
BANGKAI BABI: Petugas DLH Dairi mengangkat bangkai babi milik peternak di Desa Sitinjo 2 Kecamatan Sitinjo untuk dikuburkan. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah babi di Sumatera Utara (Sumut) yang terkena virus hog cholera semakin bertambah. Saat ini jumlah babi yang telah mati mencapai 4.070 ekor. Melihat jumlah itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara melakukan langkah-langkah strategis. Salahsatunya, membatasi lalu-lintas ternak antarkota.

ADAPUN langkah-langkah strategis itu tertuang dalam sejumlah rekomendasi kepada pemerintah kabupaten/kota terkait. Yakni pertama, setiap kabupaten/kota diminta membentuk posko pelaporan terhadap perkembangan penyakit hog cholera.

“Kedua, provinsi juga akan membentuk posko pelaporan ini agar bisa lebih cepat mengambil tindakan langkah-langkah pengendalian ke depannya,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumutn

Azhar Harahap usai rapat koordinasi bersama 11 kabupaten/kota yang terkena dampak virus hog cholera pada babi, Rabu (30/10).

Saat ini, 11 kabupaten/kota yang sudah positif tertular virus tersebut yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deliserdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Samosir. Pihaknya juga menegaskan, kematian ratusan babi tersebut bukan disebabkan virus demam babi Afrika (ASF).

Azhar juga menyebutkan, selain dua rekomendasi itu, diminta kepada peternak babi di kabupaten/kota meminimalisir perpindahan ternak dari satu tempat ke tempat lain. “Perpindahan ini baik antardesa, antarkabupaten maupun antarprovinsi. Keempat, melakukan penundaan terhadap aktivitas pengadaan ternak-ternak babi pada saat ini menunggu sampai wabah hog cholera teratasi,” tegasnya.

Misalnya Kabupaten Karo, kata Azhar, saat ini kalau bisa konsumsi babinya diambil dari Karo saja. “Jadi jangan diambil dari kabupaten lain yang nantinya membawa penyakit juga ke Karo. Kalau dia ambil babi dari Karo saja, ternaknya terjual dan tidak terjangkit juga,” ucapnya.

Rekomendasi lain adalah, agar tim provinsi yang terdiri dari beberapa elemen termasuk balai karantina dan UPT-UPT pusat yang ada di Sumut segera turun ke kabupaten/kota yang belum kena dampak hog cholera. Hal ini sebagai antisipasi agar tidak tertular hog cholera.

“Termasuk juga melakukan vaksinasi kepada daerah yang belum terjangkit. Keenam seluruh perusahaan peternakan babi sesuai Permentan Nomor 5 Tahun 2017 dan 2019 agar ikut membantu masyarakat dalam hal ini peternak kecil, untuk memberikan penyuluhan maupun pengendalian penyakit hog cholera. Kalau tidak, saya tidak rekomendasi perpanjangan izinnya,” tegasnya.

Terakhir, ia berharap agar media juga memberikan informasi yang jelas terkait virus ini. Tidak memberikan berita hoax yang mengakibatkan masyarakat dan peternak lebih khawatir yang ujungnya berdampak pada ekonomi Sumut khususnya pedagang babi.

Bakar dan Kuburkan

Mengantisipasi meluasnya wabah virus hog cholera di Kabuoaten Dairi, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Dairi mengimbau para peternak untuk membakar serta mengubur bangkai babi yang sudah mati. Kepala DinasPertanian dan Peternakan Dairi, Herlina Tobing melalui Plt Kabag Humas Pemkab Dairi, Palti Pandiangan mengatakan, imbauan ini akan terus disampaikan melalui sosialisasi ataupun kunjungan langsung bidang peternakan kepada peternak agar ternak yang mati agar sebelum dikubur terlebih dulu dibakar.

Hal itu dilakukan untuk menghambat virus supaya jangan meluas. Sementara bagi peternak yang masih sehat supaya melakukan biosekurity kandang, dengan cara desinfeksi kandang, peralatan dan sekitar kandang. Sebelum desinfeksi harus sanitasi.

“Batasi lalulintas ternak dan manusia yang ke kandang. Jangan menjual dan memotong ternak yang sakit, jangan membuang bangkai ke sungai dan hutan. Bersihkan pakaian, sepatu, baju jika setelah kekandang.

Usahakan mengurus babi yang sehat dahulu baru yang sakit agar jangan tertular kepada yang sehat serta vaksinasi bagi wilayah yang belum terserang,” imbaunya.

Seperti disiarkan sebelumnya, para peternak babi diwilayah Kabupaten Dairi mengalami kerugian sangat besar. Kondisi ini telah melumpuhkan perekonomian bagi para peternak yang mengandalkan mata pencaharian mereka dari beternak babi.

Para peternak babi di Dairi mengharapkan bantuan (konvensasi) dari pemerintah. Sebab saat ini para peternak sudah mengalami kelumpuan ekonomi akibat ternak mereka banyak mati. Ribuan ekor babi milik warga di 13 Kecamatan di Kabupaten Dairi sudah mati.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Dairi, Posma Tua Manurung menegaskan, pasca wabah virus demam babi, Dinas Lingkungan Hidup setiap hari menguburkan 30 ekor ternak babi. Posma menyebut, akibat serangan penyakit itu, jika ditotal sudah kehhialangan miliaran rupiah.

Pemko Medan Bentuk Tim

Sementara Pemko Medan, melalui Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Medan juga tidak tinggal diam. Dinas Pertanian dan Perikanan Medan langsung mengambil langkah koordinasi dengan pemerintah Provinsi Sumut untuk menanggulangi kasus ini. “Siang ini saya dan tim sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, saat ini sedang dibahas di Pemprov terkait hal ini. Apa dan bagaimana langkah yang akan kita ambil,” kata Kadis Pertanian dan Perikanan Kota Medan, Ikhsar Risyad Marbun kepada Sumut Pos, Rabu (30/10).

Menurut Ikhsar, pihaknya segera membentuk tim yang akan melakukan pengecekan secara langsung ke lokasi-lokasi peternakan babi yang ada di Kota Medan. “Iya, saat ini kita sedang membentuk tim. Nantinya tim ini akan segera turun ke lapangan, ke lokasi-lokasi ternak babi yang ada di Kota Medan, untuk melakukan servei dan melihat secara langsung ada atau tidaknya babi ternak di sana yang sudah terinfeksi virus ini,” ujarnya.

Disebutkannya, ada sejumlah lokasi peternakan babi yang ada di Kota Medan. “Lokasi-lokasinya paling banyak di daerah Mandala, Tanjungsari, dan Simalingkar. Nantinya kita akan mulai dari sana,” sebutnya.

Untuk penanggulangan berikutnya, kata Ikhsar, akan dilakukan pemerintah provinsi, termasuk soal masuk dan keluarnya hewan ternak babi dari dan keluar Kota Medan. “Itu semua izinnya kan ada di provinsi, untuk langkah berikutnya pun sudah pasti akan berkoordinasi dengan provinsi,” tutupnya. (prn/rud/map)

BANGKAI BABI: Petugas DLH Dairi mengangkat bangkai babi milik peternak di Desa Sitinjo 2 Kecamatan Sitinjo untuk dikuburkan.
RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
BANGKAI BABI: Petugas DLH Dairi mengangkat bangkai babi milik peternak di Desa Sitinjo 2 Kecamatan Sitinjo untuk dikuburkan. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah babi di Sumatera Utara (Sumut) yang terkena virus hog cholera semakin bertambah. Saat ini jumlah babi yang telah mati mencapai 4.070 ekor. Melihat jumlah itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara melakukan langkah-langkah strategis. Salahsatunya, membatasi lalu-lintas ternak antarkota.

ADAPUN langkah-langkah strategis itu tertuang dalam sejumlah rekomendasi kepada pemerintah kabupaten/kota terkait. Yakni pertama, setiap kabupaten/kota diminta membentuk posko pelaporan terhadap perkembangan penyakit hog cholera.

“Kedua, provinsi juga akan membentuk posko pelaporan ini agar bisa lebih cepat mengambil tindakan langkah-langkah pengendalian ke depannya,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumutn

Azhar Harahap usai rapat koordinasi bersama 11 kabupaten/kota yang terkena dampak virus hog cholera pada babi, Rabu (30/10).

Saat ini, 11 kabupaten/kota yang sudah positif tertular virus tersebut yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deliserdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Samosir. Pihaknya juga menegaskan, kematian ratusan babi tersebut bukan disebabkan virus demam babi Afrika (ASF).

Azhar juga menyebutkan, selain dua rekomendasi itu, diminta kepada peternak babi di kabupaten/kota meminimalisir perpindahan ternak dari satu tempat ke tempat lain. “Perpindahan ini baik antardesa, antarkabupaten maupun antarprovinsi. Keempat, melakukan penundaan terhadap aktivitas pengadaan ternak-ternak babi pada saat ini menunggu sampai wabah hog cholera teratasi,” tegasnya.

Misalnya Kabupaten Karo, kata Azhar, saat ini kalau bisa konsumsi babinya diambil dari Karo saja. “Jadi jangan diambil dari kabupaten lain yang nantinya membawa penyakit juga ke Karo. Kalau dia ambil babi dari Karo saja, ternaknya terjual dan tidak terjangkit juga,” ucapnya.

Rekomendasi lain adalah, agar tim provinsi yang terdiri dari beberapa elemen termasuk balai karantina dan UPT-UPT pusat yang ada di Sumut segera turun ke kabupaten/kota yang belum kena dampak hog cholera. Hal ini sebagai antisipasi agar tidak tertular hog cholera.

“Termasuk juga melakukan vaksinasi kepada daerah yang belum terjangkit. Keenam seluruh perusahaan peternakan babi sesuai Permentan Nomor 5 Tahun 2017 dan 2019 agar ikut membantu masyarakat dalam hal ini peternak kecil, untuk memberikan penyuluhan maupun pengendalian penyakit hog cholera. Kalau tidak, saya tidak rekomendasi perpanjangan izinnya,” tegasnya.

Terakhir, ia berharap agar media juga memberikan informasi yang jelas terkait virus ini. Tidak memberikan berita hoax yang mengakibatkan masyarakat dan peternak lebih khawatir yang ujungnya berdampak pada ekonomi Sumut khususnya pedagang babi.

Bakar dan Kuburkan

Mengantisipasi meluasnya wabah virus hog cholera di Kabuoaten Dairi, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Dairi mengimbau para peternak untuk membakar serta mengubur bangkai babi yang sudah mati. Kepala DinasPertanian dan Peternakan Dairi, Herlina Tobing melalui Plt Kabag Humas Pemkab Dairi, Palti Pandiangan mengatakan, imbauan ini akan terus disampaikan melalui sosialisasi ataupun kunjungan langsung bidang peternakan kepada peternak agar ternak yang mati agar sebelum dikubur terlebih dulu dibakar.

Hal itu dilakukan untuk menghambat virus supaya jangan meluas. Sementara bagi peternak yang masih sehat supaya melakukan biosekurity kandang, dengan cara desinfeksi kandang, peralatan dan sekitar kandang. Sebelum desinfeksi harus sanitasi.

“Batasi lalulintas ternak dan manusia yang ke kandang. Jangan menjual dan memotong ternak yang sakit, jangan membuang bangkai ke sungai dan hutan. Bersihkan pakaian, sepatu, baju jika setelah kekandang.

Usahakan mengurus babi yang sehat dahulu baru yang sakit agar jangan tertular kepada yang sehat serta vaksinasi bagi wilayah yang belum terserang,” imbaunya.

Seperti disiarkan sebelumnya, para peternak babi diwilayah Kabupaten Dairi mengalami kerugian sangat besar. Kondisi ini telah melumpuhkan perekonomian bagi para peternak yang mengandalkan mata pencaharian mereka dari beternak babi.

Para peternak babi di Dairi mengharapkan bantuan (konvensasi) dari pemerintah. Sebab saat ini para peternak sudah mengalami kelumpuan ekonomi akibat ternak mereka banyak mati. Ribuan ekor babi milik warga di 13 Kecamatan di Kabupaten Dairi sudah mati.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Dairi, Posma Tua Manurung menegaskan, pasca wabah virus demam babi, Dinas Lingkungan Hidup setiap hari menguburkan 30 ekor ternak babi. Posma menyebut, akibat serangan penyakit itu, jika ditotal sudah kehhialangan miliaran rupiah.

Pemko Medan Bentuk Tim

Sementara Pemko Medan, melalui Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Medan juga tidak tinggal diam. Dinas Pertanian dan Perikanan Medan langsung mengambil langkah koordinasi dengan pemerintah Provinsi Sumut untuk menanggulangi kasus ini. “Siang ini saya dan tim sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, saat ini sedang dibahas di Pemprov terkait hal ini. Apa dan bagaimana langkah yang akan kita ambil,” kata Kadis Pertanian dan Perikanan Kota Medan, Ikhsar Risyad Marbun kepada Sumut Pos, Rabu (30/10).

Menurut Ikhsar, pihaknya segera membentuk tim yang akan melakukan pengecekan secara langsung ke lokasi-lokasi peternakan babi yang ada di Kota Medan. “Iya, saat ini kita sedang membentuk tim. Nantinya tim ini akan segera turun ke lapangan, ke lokasi-lokasi ternak babi yang ada di Kota Medan, untuk melakukan servei dan melihat secara langsung ada atau tidaknya babi ternak di sana yang sudah terinfeksi virus ini,” ujarnya.

Disebutkannya, ada sejumlah lokasi peternakan babi yang ada di Kota Medan. “Lokasi-lokasinya paling banyak di daerah Mandala, Tanjungsari, dan Simalingkar. Nantinya kita akan mulai dari sana,” sebutnya.

Untuk penanggulangan berikutnya, kata Ikhsar, akan dilakukan pemerintah provinsi, termasuk soal masuk dan keluarnya hewan ternak babi dari dan keluar Kota Medan. “Itu semua izinnya kan ada di provinsi, untuk langkah berikutnya pun sudah pasti akan berkoordinasi dengan provinsi,” tutupnya. (prn/rud/map)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/