25 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Masyarakat Medan Belum Tertarik Rusunami

Masyarakat Medan Belum Tertarik Rusunami

Sementara itu, dalam konteks berbeda, kebutuhan akan tempat tinggal bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) perkotaan masih terbilang tinggi, salah satunya di Kota Medan. Hal ini mengingat untuk memenuhi kebutuhan rumah tapak sederhana di wilayah perkotaan sudah tidak mungkin lagi, lantaran harga lahan tidak terjangkau.

Oleh karenanya, rumah susun sederhana milik (rusunami) dapat menjadi pilihan ketimbang rumah susun umum sewa (rusunawa). Sebab, rusunami bisa diagunankan untuk kredit. Namun, sayangnya masyarakat Kota Medan belum tertarik. Untuk itu, para investor maupun pengembang belum melirik.

Menurut Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Waketum Kadin) Sumut Bidang Properti dan Infrastruktur, Tomi Wistan, permintaan masyarakat terhadap rusunami masih minim. Salah satu faktornya adalah, masyarakat tidak tertarik dan lebih memilih apartemen low cost sebagai investasi.

“Banyak pengembang yang belum berani membangun rusunami karena masyarakat tidak tertarik untuk membelinya. Sehingga, pengembang membangun apartemen low cost, termasuk komersil,” ujar Tomi di Medan, kemarin.

Diutarakannya, padahal rusunami adalah salah satu hunian yang layak dipertimbangkan. Ini dilihat dari segi capaian tempat tinggal dan tempat kerja. Meskipun, rusunami bukan diperuntukkan sebagai investasi utama tapi itu merupakan kebutuhan untuk industri.

“Rusunami memang diperuntukkan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan rumah. Berbeda dengan apartemen low cost,” ucapnya.

Kata Tomi, apartemen low cost banyak menarik peminat bagi masyarakat menengah ke bawah. Pada umumnya, masyarakat membelinya sebagai rumah kedua atau untuk investasi bagi anak-anaknya.

“Di Medan, pembangunan rusunami tidak terlalu banyak. Sebab, selain terbilang mahal tetapi juga tidak efisien lantara dirasa kurang dibutuhkan oleh masyarakat Medan yang lebih membutuhkan efisiensi bangunan,” cetus mantan Ketua REI Sumut ini.

Tomi menjabarkan, simulasi perhitungan rusunami harga per meter persegi adalah Rp9 juta. Maka, untuk ruangan yang bertipe 30 meter persegi saja harganya sudah mencapai Rp270 juta.

“Harga segitu terbilang mahal, makanya masyarakat Medan lebih memilih rumah di pinggiran saja karena lebih murah atau apartemen low cost. Selain itu, tidak repot harus naik turun gedung,” pungkasnya. (ris)

Masyarakat Medan Belum Tertarik Rusunami

Sementara itu, dalam konteks berbeda, kebutuhan akan tempat tinggal bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) perkotaan masih terbilang tinggi, salah satunya di Kota Medan. Hal ini mengingat untuk memenuhi kebutuhan rumah tapak sederhana di wilayah perkotaan sudah tidak mungkin lagi, lantaran harga lahan tidak terjangkau.

Oleh karenanya, rumah susun sederhana milik (rusunami) dapat menjadi pilihan ketimbang rumah susun umum sewa (rusunawa). Sebab, rusunami bisa diagunankan untuk kredit. Namun, sayangnya masyarakat Kota Medan belum tertarik. Untuk itu, para investor maupun pengembang belum melirik.

Menurut Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Waketum Kadin) Sumut Bidang Properti dan Infrastruktur, Tomi Wistan, permintaan masyarakat terhadap rusunami masih minim. Salah satu faktornya adalah, masyarakat tidak tertarik dan lebih memilih apartemen low cost sebagai investasi.

“Banyak pengembang yang belum berani membangun rusunami karena masyarakat tidak tertarik untuk membelinya. Sehingga, pengembang membangun apartemen low cost, termasuk komersil,” ujar Tomi di Medan, kemarin.

Diutarakannya, padahal rusunami adalah salah satu hunian yang layak dipertimbangkan. Ini dilihat dari segi capaian tempat tinggal dan tempat kerja. Meskipun, rusunami bukan diperuntukkan sebagai investasi utama tapi itu merupakan kebutuhan untuk industri.

“Rusunami memang diperuntukkan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan rumah. Berbeda dengan apartemen low cost,” ucapnya.

Kata Tomi, apartemen low cost banyak menarik peminat bagi masyarakat menengah ke bawah. Pada umumnya, masyarakat membelinya sebagai rumah kedua atau untuk investasi bagi anak-anaknya.

“Di Medan, pembangunan rusunami tidak terlalu banyak. Sebab, selain terbilang mahal tetapi juga tidak efisien lantara dirasa kurang dibutuhkan oleh masyarakat Medan yang lebih membutuhkan efisiensi bangunan,” cetus mantan Ketua REI Sumut ini.

Tomi menjabarkan, simulasi perhitungan rusunami harga per meter persegi adalah Rp9 juta. Maka, untuk ruangan yang bertipe 30 meter persegi saja harganya sudah mencapai Rp270 juta.

“Harga segitu terbilang mahal, makanya masyarakat Medan lebih memilih rumah di pinggiran saja karena lebih murah atau apartemen low cost. Selain itu, tidak repot harus naik turun gedung,” pungkasnya. (ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/