31.7 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Kredit Melambat, Perbankan Selektif

Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan permintaan kredit pada triwulan ketiga 2017 berjalan melambat.

Saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada kuartal ketiga 2017 sebesar 77,9 persen atau melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya 84,8 persen.

Namun, jika dibandingkan dengan permintaan kredit pada kuartal kedua 2016 yang SBT-nya 62,6 persen, permintaan pada kuartal ketiga 2017 masih lebih baik.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman menyatakan, permintaan kredit yang lambat pada kuartal ketiga berada pada kredit modal kerja dan konsumsi. Sementara itu, permintaan kredit investasi justru menguat.

”Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada kredit pemilikan rumah dan apartemen (KPR/KPA), kartu kredit, dan kredit tanpa agunan (KTA). Sedangkan permintaan baru untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) masih tumbuh positif sesuai angka penjualan motor dan mobil mulai Juli sampai Agustus yang juga membaik,” urainya akhir pekan lalu.

Namun, hasil survei perbankan memprediksi permintaan kredit akan membaik pada kuartal ini dengan SBT 98,1 persen.

Perbaikan permintaan kredit didorong oleh perkiraan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan adanya penurunan suku bunga kredit.

Hal itu sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan BI dengan memotong suku bunga acuan.

”Kredit modal kerja masih akan menjadi prioritas penyaluran kredit dari sisi penggunaan. Sedangkan dari sisi sektoral, yang menjadi prioritas adalah perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, serta realestat, jasa persewaan, dan jasa perusahaan,” tutur Agusman.

Untuk keseluruhan 2017, pertumbuhan kredit diperkirakan 10,6 persen.

Angka itu lebih rendah ketimbang hasil survei sebelumnya yang memprediksi pertumbuhan kredit 12,4 persen.

Dalam laporan indikator likuiditas yang disusun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) disebutkan bahwa lembaga tersebut memprediksi pertumbuhan kredit pada kuartal ketiga sebesar sembilan persen.

Sementara itu, pertumbuhan kredit pada kuartal keempat tumbuh tipis menjadi 9,2 persen.

Kepala Grup Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dody Arifianto mengungkapkan, bank masih sangat selektif dalam menyalurkan kredit hingga akhir tahun. Di samping itu, pelaku usaha masih wait and see.

”Hal itu membuat kondisi likuiditas cukup longgar hingga akhir tahun,” ucapnya. (jpnn/ram)

 

Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan permintaan kredit pada triwulan ketiga 2017 berjalan melambat.

Saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada kuartal ketiga 2017 sebesar 77,9 persen atau melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya 84,8 persen.

Namun, jika dibandingkan dengan permintaan kredit pada kuartal kedua 2016 yang SBT-nya 62,6 persen, permintaan pada kuartal ketiga 2017 masih lebih baik.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman menyatakan, permintaan kredit yang lambat pada kuartal ketiga berada pada kredit modal kerja dan konsumsi. Sementara itu, permintaan kredit investasi justru menguat.

”Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada kredit pemilikan rumah dan apartemen (KPR/KPA), kartu kredit, dan kredit tanpa agunan (KTA). Sedangkan permintaan baru untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) masih tumbuh positif sesuai angka penjualan motor dan mobil mulai Juli sampai Agustus yang juga membaik,” urainya akhir pekan lalu.

Namun, hasil survei perbankan memprediksi permintaan kredit akan membaik pada kuartal ini dengan SBT 98,1 persen.

Perbaikan permintaan kredit didorong oleh perkiraan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan adanya penurunan suku bunga kredit.

Hal itu sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan BI dengan memotong suku bunga acuan.

”Kredit modal kerja masih akan menjadi prioritas penyaluran kredit dari sisi penggunaan. Sedangkan dari sisi sektoral, yang menjadi prioritas adalah perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, serta realestat, jasa persewaan, dan jasa perusahaan,” tutur Agusman.

Untuk keseluruhan 2017, pertumbuhan kredit diperkirakan 10,6 persen.

Angka itu lebih rendah ketimbang hasil survei sebelumnya yang memprediksi pertumbuhan kredit 12,4 persen.

Dalam laporan indikator likuiditas yang disusun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) disebutkan bahwa lembaga tersebut memprediksi pertumbuhan kredit pada kuartal ketiga sebesar sembilan persen.

Sementara itu, pertumbuhan kredit pada kuartal keempat tumbuh tipis menjadi 9,2 persen.

Kepala Grup Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dody Arifianto mengungkapkan, bank masih sangat selektif dalam menyalurkan kredit hingga akhir tahun. Di samping itu, pelaku usaha masih wait and see.

”Hal itu membuat kondisi likuiditas cukup longgar hingga akhir tahun,” ucapnya. (jpnn/ram)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/