32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Dampak Covid-19 di Kota Medan, Ribuan Karyawan Hotel Dirumahkan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dampak pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia, di Kota Medan mulai mengguncang perekonomian masyarakat. Sejumlah tempat usaha mulai gulung tikar karena sepinya pasar. Selain sejumlah mal, plaza, dan restoran, hingga Jumat (3/4) sore, tercatat 24 hotel memilih tutup sementara sampai batas waktu yang belum ditentukan. Dampaknya, sebanyak 3.500 karyawan dirumahkan.

“Sepinya tamu di seluruh hotel yang ada di Kota Medan, membuat biaya operasional jauh lebih besar dibanding pemasukan. Tamu tidak adan

lagi yang menginap, event atau sekadar kegiatan rapat pun dibatalkan. Cafe pun hanya melayani pembelian dengan sistem ‘bawa pulang’. Akhirnya hotel merugi. Sampai sore ini, sudah ada 24 hotel berbintang yang memilih tutup sementara,” ucap Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Medan, H Agus Suriyono, kepada Sumut Pos, Jumat (3/4).

Data penutupan 24 hotel dan perumahan ribuan karyawan itu diperoleh dari PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Kota Medan. Selain itu, pihaknya juga langsung kroscek ke hotel-hotel. “Situasinya, pengusaha-pengusaha hotel merugi dan opsi menutup sementara usaha, menjadi pilihan yang harus diambil. Di satu sisi, mereka turut menerapkan social distancing. Tapi di sisi lain, ada 3.500 karyawan yang dirumahkan,” katanya.

Adapun sejumlah hotel berbintang di Kota Medan yang memilih menutup sementara, yakni Garuda Plaza Hotel, Hotel Danau Toba International Medan, Pardede International Medan, Raz Hotel and Convention Medan, Karibia Boutique Hotel Medan, Fave Hotel, Hotel Antares, Swiss Bell Inn, Hermes Palace Hotel, Grand Kanaya Hotel, Grand Delta Hotel, Hotel Radisson, Hotel Madani, dan seterusnya (lihat grafis).

Hotel yang tidak tergabung dalam PHRI, seperti hotel berbintang 5, JW Marriott Medan, juga ikut menutup hotel selama dua bulan, mulai 1 April hingga 31 Mei 2020.

Selain hotel, sejumlah mal dan restoran juga tutup sementara. Mal yang tutup antara lain Plaza Medan Fair, Sun Plaza, hingga Centre Point. Artinya, karyawan di mal dan unit usaha di dalamnya juga ikut dirumahkan.

Penutupan sejumlah mal yang di dalamnya terdapat ratusan hingga ribuan unit usaha, restoran, hingga hotel-hotel di Kota Medan, diakui Agus Suriyono, ‘memukul keras’ angka Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan dari sektor pajak dan retribusi.

“Pastinya, PAD Dispar dari semua sektor itu menurun drastis. Ya… tak mungkin kita menagih pajak dan retribusi di saat mereka juga sedang merugi hingga tutup seperti sekarang. Tutupnya usaha-usaha itu tentu akan berdampak kepada kondisi perekonomian kita, khususnya PAD,” lanjutnya.

Meski demikian, kata dia, saat ini PAD Dispar bukan lagi fokus pemerintah. “Saat ini Pemko Medan sedang berjuang melawan Covid-19. Semua sektor pasti terpukul karena adanya Covid-19 ini. Dan tidak ada yang menginginkan itu. Tidak pemerintah, tidak pengusaha, dan juga tidak masyarakat umum,” tuturnya.

Pemerintah, lanjutnya, tidak lagi berfikir soal sektor pariwisata. Tetapi fokus menangani Covid-19. “Nanti bila semuanya sudah kembali normal, inshaallah kita bangkit lagi,” tutupnya.

Sebelumnya, Denny S Wardhana, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumut, mengatakan, pascapandemi Covid-19, okupansi hotel mungkin tinggal 2- persen. Padahal meski tidak ada tamu, semua kewajiban perusahaan tetap harus dibayar, mulai listrik, air, dan segala pajak. Hal ini membuat manajemen hotel tidak kuat tetap beroperasi.

Karena itu, manajemen hotel memilih merumahkan sementara karyawam. Soal gaji sudah disepakati antara manajemen dan karyawan.

Marketing Communication Executive JW Marriott Medan, Cecilia Indriyani, juga megakui penurunan okupansi. Karena itu, JW Marriot ditutup dua bulan, mulai 1 April hingga 31 Mei 2020.

Mengenai persentase penurunan PAD Kota Medan pascapandemi Covid-19 dibandingkan tahun sebelumnya, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Medan, enggan menjawab.

Kepala BPKAD Medan T Syofyan, Sekretaris BPKAD Medan Sulfan Nasution, dan Kabid Perbendaharaan BPKAD Medan Sanusi, tidak bersedia merespon pertanyaan via telepon maupun WhatsApp.

24 Hotel yang Tutup Sementara(No. Hotel Bintang)

  1. Garuda Plaza Hotel (4)
  2. D Prima Hotel (4)
  3. Wisma Garuda (1)
  4. Grand Lubuk Raya Hotel (1)
  5. Hotel Danau Toba International (4)
  6. Pardede International (3)
  7. KAMA Hotel (2)
  8. Raz Hotel and Convention (3)
  9. Hotel Syariah Grand Jamee (1)
  10. Putra Mulia Hotel (3)
  11. Karibia Boutique Hotel (4)
  12. Fave Hotel (3)
  13. Grand Impression (3)
  14. Sumatera Hotel (1)
  15. Grand Melati Hotel
  16. Citi Inn Hotel (3)
  17. Hotel Antares (3)
  18. Swiss Bell In (3)
  19. Jangga House Bake and Breakfast (1)
  20. Hermes Palace Hotel (4)
  21. Grand Kanaya Hotel (3)
  22. Grand Delta Hotel (4)
  23. Hotel Radisson (4)
  24. Hotel Madani (4)
    Sumber: Dinas Pariwisata Kota

Jalanan Relatif Masih Sepi

Hingga Jumat (3/4) kemarin, situasi jalan di Kota Medan masih terlihat sepi meski sebagian dari 14 jalan untuk sebelumnya ditutup siang dan malam, sudah mulai dibuka khusus siang hari terkait pandemi Covid-19. Hanya beberapa kendaraan yang terlihat melintas. Namun suasana jalan raya ini sedikit lebih ramai dibanding minggu lalu, di mana jalanan relatif lebih lengang.

Meski jalanan belum terlalu ramai, di sejumlah halte angkutan umum, antara lain di depan Masjid Raya Al Mashun Medan, sejumlah sopir duduk-duduk dan terlihat ngobrol santai dengan sesama rekannya. Mereka ngobrol tanpa mengenakan pelindung wajah (masker).

“Sebenarnya was-was juga. Tapi apa boleh buat. Kita harus cari nafkah,” kata Wagino, pedagang kaki lima Tahu Sumedang, yang kerap menjajakan dagangannya di sekitaran Jalan SM Raja Medan, kepada Sumut Pos.

Hal senada juga dikatakan, Asiah, pedagang asongan. Ia menuturkan, dirinya harus menafkahi 3 anaknya yang masih kecil-kecil. Sehingga rasa takut akan corona tidak dirasakannya lagi. “Setiap saya jualan, yang saya ingat adalah wajah anak-anak saya. Mereka butuh makan dan biaya hidup serta biaya sekolah. Saya harus bekerja keras mengumpulkan uang. Tetapi alhamdulillah, saya merasa tetap sehat. Anak-anak saya juga,” tuturnya.

Salah seorang jamaah Masjid Raya Al Mashun Medan, Ridho Alfiandi, mengungkapkan, dirinya tidak merasa was-was dengan Covid-19, sebab selalu menjaga kesehatan dengan mengonsumsi multivitamin serta membersihkan yangan dengan hand sanitizer. Karena itulah, setiap Jumat ia selalu ikut salat berjamaah di masjid-masjid dekat rumahnya.

“Saya selalu ikut salat berjamaah di masjid, baik salat wajib maupun salat Jumat. Saya yakin saja pada Allah. Jika Allah tidak menghendaki kita terkena, maka tidak akan kena. Itu yang membuat saya tidak was-was berlebihan. Yang penting saya tetap bisa beribadah di masjid,” kata warga Jalan Utama, Medan Area. (map/mag-01)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dampak pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia, di Kota Medan mulai mengguncang perekonomian masyarakat. Sejumlah tempat usaha mulai gulung tikar karena sepinya pasar. Selain sejumlah mal, plaza, dan restoran, hingga Jumat (3/4) sore, tercatat 24 hotel memilih tutup sementara sampai batas waktu yang belum ditentukan. Dampaknya, sebanyak 3.500 karyawan dirumahkan.

“Sepinya tamu di seluruh hotel yang ada di Kota Medan, membuat biaya operasional jauh lebih besar dibanding pemasukan. Tamu tidak adan

lagi yang menginap, event atau sekadar kegiatan rapat pun dibatalkan. Cafe pun hanya melayani pembelian dengan sistem ‘bawa pulang’. Akhirnya hotel merugi. Sampai sore ini, sudah ada 24 hotel berbintang yang memilih tutup sementara,” ucap Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Medan, H Agus Suriyono, kepada Sumut Pos, Jumat (3/4).

Data penutupan 24 hotel dan perumahan ribuan karyawan itu diperoleh dari PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Kota Medan. Selain itu, pihaknya juga langsung kroscek ke hotel-hotel. “Situasinya, pengusaha-pengusaha hotel merugi dan opsi menutup sementara usaha, menjadi pilihan yang harus diambil. Di satu sisi, mereka turut menerapkan social distancing. Tapi di sisi lain, ada 3.500 karyawan yang dirumahkan,” katanya.

Adapun sejumlah hotel berbintang di Kota Medan yang memilih menutup sementara, yakni Garuda Plaza Hotel, Hotel Danau Toba International Medan, Pardede International Medan, Raz Hotel and Convention Medan, Karibia Boutique Hotel Medan, Fave Hotel, Hotel Antares, Swiss Bell Inn, Hermes Palace Hotel, Grand Kanaya Hotel, Grand Delta Hotel, Hotel Radisson, Hotel Madani, dan seterusnya (lihat grafis).

Hotel yang tidak tergabung dalam PHRI, seperti hotel berbintang 5, JW Marriott Medan, juga ikut menutup hotel selama dua bulan, mulai 1 April hingga 31 Mei 2020.

Selain hotel, sejumlah mal dan restoran juga tutup sementara. Mal yang tutup antara lain Plaza Medan Fair, Sun Plaza, hingga Centre Point. Artinya, karyawan di mal dan unit usaha di dalamnya juga ikut dirumahkan.

Penutupan sejumlah mal yang di dalamnya terdapat ratusan hingga ribuan unit usaha, restoran, hingga hotel-hotel di Kota Medan, diakui Agus Suriyono, ‘memukul keras’ angka Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan dari sektor pajak dan retribusi.

“Pastinya, PAD Dispar dari semua sektor itu menurun drastis. Ya… tak mungkin kita menagih pajak dan retribusi di saat mereka juga sedang merugi hingga tutup seperti sekarang. Tutupnya usaha-usaha itu tentu akan berdampak kepada kondisi perekonomian kita, khususnya PAD,” lanjutnya.

Meski demikian, kata dia, saat ini PAD Dispar bukan lagi fokus pemerintah. “Saat ini Pemko Medan sedang berjuang melawan Covid-19. Semua sektor pasti terpukul karena adanya Covid-19 ini. Dan tidak ada yang menginginkan itu. Tidak pemerintah, tidak pengusaha, dan juga tidak masyarakat umum,” tuturnya.

Pemerintah, lanjutnya, tidak lagi berfikir soal sektor pariwisata. Tetapi fokus menangani Covid-19. “Nanti bila semuanya sudah kembali normal, inshaallah kita bangkit lagi,” tutupnya.

Sebelumnya, Denny S Wardhana, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumut, mengatakan, pascapandemi Covid-19, okupansi hotel mungkin tinggal 2- persen. Padahal meski tidak ada tamu, semua kewajiban perusahaan tetap harus dibayar, mulai listrik, air, dan segala pajak. Hal ini membuat manajemen hotel tidak kuat tetap beroperasi.

Karena itu, manajemen hotel memilih merumahkan sementara karyawam. Soal gaji sudah disepakati antara manajemen dan karyawan.

Marketing Communication Executive JW Marriott Medan, Cecilia Indriyani, juga megakui penurunan okupansi. Karena itu, JW Marriot ditutup dua bulan, mulai 1 April hingga 31 Mei 2020.

Mengenai persentase penurunan PAD Kota Medan pascapandemi Covid-19 dibandingkan tahun sebelumnya, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Medan, enggan menjawab.

Kepala BPKAD Medan T Syofyan, Sekretaris BPKAD Medan Sulfan Nasution, dan Kabid Perbendaharaan BPKAD Medan Sanusi, tidak bersedia merespon pertanyaan via telepon maupun WhatsApp.

24 Hotel yang Tutup Sementara(No. Hotel Bintang)

  1. Garuda Plaza Hotel (4)
  2. D Prima Hotel (4)
  3. Wisma Garuda (1)
  4. Grand Lubuk Raya Hotel (1)
  5. Hotel Danau Toba International (4)
  6. Pardede International (3)
  7. KAMA Hotel (2)
  8. Raz Hotel and Convention (3)
  9. Hotel Syariah Grand Jamee (1)
  10. Putra Mulia Hotel (3)
  11. Karibia Boutique Hotel (4)
  12. Fave Hotel (3)
  13. Grand Impression (3)
  14. Sumatera Hotel (1)
  15. Grand Melati Hotel
  16. Citi Inn Hotel (3)
  17. Hotel Antares (3)
  18. Swiss Bell In (3)
  19. Jangga House Bake and Breakfast (1)
  20. Hermes Palace Hotel (4)
  21. Grand Kanaya Hotel (3)
  22. Grand Delta Hotel (4)
  23. Hotel Radisson (4)
  24. Hotel Madani (4)
    Sumber: Dinas Pariwisata Kota

Jalanan Relatif Masih Sepi

Hingga Jumat (3/4) kemarin, situasi jalan di Kota Medan masih terlihat sepi meski sebagian dari 14 jalan untuk sebelumnya ditutup siang dan malam, sudah mulai dibuka khusus siang hari terkait pandemi Covid-19. Hanya beberapa kendaraan yang terlihat melintas. Namun suasana jalan raya ini sedikit lebih ramai dibanding minggu lalu, di mana jalanan relatif lebih lengang.

Meski jalanan belum terlalu ramai, di sejumlah halte angkutan umum, antara lain di depan Masjid Raya Al Mashun Medan, sejumlah sopir duduk-duduk dan terlihat ngobrol santai dengan sesama rekannya. Mereka ngobrol tanpa mengenakan pelindung wajah (masker).

“Sebenarnya was-was juga. Tapi apa boleh buat. Kita harus cari nafkah,” kata Wagino, pedagang kaki lima Tahu Sumedang, yang kerap menjajakan dagangannya di sekitaran Jalan SM Raja Medan, kepada Sumut Pos.

Hal senada juga dikatakan, Asiah, pedagang asongan. Ia menuturkan, dirinya harus menafkahi 3 anaknya yang masih kecil-kecil. Sehingga rasa takut akan corona tidak dirasakannya lagi. “Setiap saya jualan, yang saya ingat adalah wajah anak-anak saya. Mereka butuh makan dan biaya hidup serta biaya sekolah. Saya harus bekerja keras mengumpulkan uang. Tetapi alhamdulillah, saya merasa tetap sehat. Anak-anak saya juga,” tuturnya.

Salah seorang jamaah Masjid Raya Al Mashun Medan, Ridho Alfiandi, mengungkapkan, dirinya tidak merasa was-was dengan Covid-19, sebab selalu menjaga kesehatan dengan mengonsumsi multivitamin serta membersihkan yangan dengan hand sanitizer. Karena itulah, setiap Jumat ia selalu ikut salat berjamaah di masjid-masjid dekat rumahnya.

“Saya selalu ikut salat berjamaah di masjid, baik salat wajib maupun salat Jumat. Saya yakin saja pada Allah. Jika Allah tidak menghendaki kita terkena, maka tidak akan kena. Itu yang membuat saya tidak was-was berlebihan. Yang penting saya tetap bisa beribadah di masjid,” kata warga Jalan Utama, Medan Area. (map/mag-01)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/