JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah memperkirakan inflasi bulan Juli 2015 bakal terendah selama lima tahun terakhir. Namun, berdasar data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Juli hampir menyentuh level 1 persen, yakni 0,93 persen.
Kepala BPS Suryamin menyatakan, inflasi Juli tahun ini dipengaruhi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Perubahan tarif angkutan selama Lebaran menjadi mayoritas penyumbang inflasi terbesar pada bulan lalu.
“Apalagi ini kedua timing-nya, arus mudik dan arus balik, kan dalam satu bulan. Kalau sebelumnya, kan terpisah bulannya,” papar Suryamin di gedung BPS kemarin (3/7).
Suryamin menguraikan, tarif angkutan yang lonjakannya paling drastis adalah tarif angkutan udara dengan kenaikan 24,4 persen.”Kenaikan tertinggi terjadi di Kota Pontianak dan Pangkal Pinang. Kemudian, kontributor inflasi terbesar kedua adalah tarif angkutan antarkota dengan kenaikan harga rata-rata 11,8 persen. Kenaikan tertinggi terdapat di Kota Cirebon dan Purwokerto. Tarif kereta api juga ikut menyumbang inflasi 6,95 persen dengan kenaikan tertinggi di Kota Cirebon dan Semarang.
“Yang lain-lain itu ikan segar kenaikannya 3,0 persen, lalu daging ayam ras 6,19 persen. Kemudian, cabai merah ini kenaikannya juga cukup tinggi sampai 14,36 persen. Lalu, daging sapi 4,76 persen dan beras 0,68 persen,” terangnya.
Sementara itu, kata Suryamin, sebanyak 80 di antara 82 kota dalam indeks harga konsumen mengalami inflasi. Dua kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang, yakni 3,18 persen. Inflasi terendah ada di Pematang Siantar, yaitu 0,06 persen. Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Merauke, sebesar -0,6 persen.
“Nah, rata-rata inflasi di Pulau Jawa di bawah 1 persen. Artinya, pengendalian harga di Jawa ini cukup bagus di seluruh kota. Sedangkan di luar Jawa masih fifty-fifty. Artinya, di luar Pulau Jawa ini masih perlu ditingkatkan pengendalian harganya,” ujarnya.
Menurut Suryamin, meski level inflasi Juli cukup tinggi, persentasenya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir. Bahkan, besarannya sama dengan bulan yang sama tahun lalu. Pada 2013, inflasi Juli mencapai 3,29 persen. Sementara itu, pada 2012 inflasi Juli sebesar 0,7 persen; 2011 sebesar 0,67 persen; dan 2010 sebesar 1,57 persen.
Suryamin memprediksi, inflasi Juli ini menjadi inflasi tertinggi selama 2015. Sebab, bulan lalu ada sejumlah momen yang cukup besar, yakni Ramadan dan Lebaran. Bahkan, tahun pelajaran baru sekolah dasar (SD) dimulai bulan lalu. “Jadi, istilahnya sudah menumpuk di bulan Juli. Kalau untuk tahun pelajaran SMP, SMA, atau perguruan tinggi, tidak begitu berpengaruh. Tahun baru juga tidak begitu tinggi,” urainya.
Inflasi tahun kalender pada Juli 2015 adalah 1,9 persen dan inflasi secara tahunan sebesar 7,26 persen (year-on-year). Sementara itu, inflasi komponen inti pada Juli ini 0,34 persen (month-to-month) dan inflasi inti secara tahunan adalah 4,86 persen (yoy). (ken/dee/c19/agm)