26 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Petani Cabai Menjerit

Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos
Penjual cabai merah di Pasar Petisah Medan.

TIGAPANAH, SUMUTPOS.CO -Para petani cabai di Tanah Karo meminta pemerintah segera menstabilkan harga cabai yang berada di titik termurah. Jika pemerintah tak secepatnya menemukan solusi, dipastikan para petani bakal merugi.

Seperti diketahui,hingga Senin (5/6) sore, harga cabai merah yang beberapa bulan lalu sempat meroket ke angka Rp80 ribu per kilo, kini terjun bebas menjadi Rp2-3 ribu per kilogramnya.

Penurunan harga ini juga diikuti oleh cabai rawit yang yang hanya berada di kisaran Rp6-8 ribu per kilogram, cabai hijau Rp3-4 ribu per kilogram.

Harga tersebut jelas tak sebanding dengan modal perwatan yang dikeluarkan para petani. Seperti biaya pemeliharaan seperti membeli pupuk dan obat-obatan yang harganya kian melambung tinggi. “Kalau harga ini tak segera distabilkan, hancur semua petani cabai di Karo ini. Bayangkan sajalah, masak harga di pengepul saat ini cuma Rp3 ribu per kilo. Jangankan mendapatkan untung, modal saja pun tak balik itu,” lirih R Ginting (35), salah satu petani cabai di Kecamatan Barusjahe.

Padahal lanjut Ginting, untuk menanam cabai membutuhkan modal puluhan juta. “Modalnya sangat besar menanam cabai ini. Mulai saatditanam hingga berbu ah,kita harus melakukan pemupukan secara rutin. Selain itu, kita juga harus memberi pupuk organik dan melakukan penyemprotan secara berkala. Padahal harga pupuk dan obat-obatan tak pernah turun harga,” paparnya.

Karena itu, Ginting dan para petani lain berharap pemerintah segera menstabilkan harga. “Tak usahlah tembus harga Rp100-80 ribu per kilogram seperti kemarin, asal harga stabil di angka Rp20 ribu saja, saya rasa petani masih dapat untung, walau hanya sedikit. Ini harga cabai termurah sepanjang massa,” katanya.

Sementara itu, info yang dihimpun kru koran ini dari Pasar Holtikutura Tigapanah, penurunan harga cabai ini terjadi karena banyaknya pasokan barang dari petani. “Sekarang ini cabai merah lagi banjir, sedang tempat pelemparannya hanya ke Medan. Sangkin banyaknya barang, sudah sulit kami menjualnya,” aku br Tarigan, salah satu pengepul di Pasar Tigapanah.

“Inilah masalahnya, harga tak pernah stabil. Kalau tak ada barang, harganya pasti melejit mencapai Rp 80 ribu per kilo, kalau barang banjir seperti saat ini penurunan harga pun jauh kali seperti saat ini. Kami juga berharap pemerintah menstabilkan harga. Karena kalau terlalu mahal dan terlalu murah kami juga kesulitan menjualnya,” tandasnya. (deo/azw)

Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos
Penjual cabai merah di Pasar Petisah Medan.

TIGAPANAH, SUMUTPOS.CO -Para petani cabai di Tanah Karo meminta pemerintah segera menstabilkan harga cabai yang berada di titik termurah. Jika pemerintah tak secepatnya menemukan solusi, dipastikan para petani bakal merugi.

Seperti diketahui,hingga Senin (5/6) sore, harga cabai merah yang beberapa bulan lalu sempat meroket ke angka Rp80 ribu per kilo, kini terjun bebas menjadi Rp2-3 ribu per kilogramnya.

Penurunan harga ini juga diikuti oleh cabai rawit yang yang hanya berada di kisaran Rp6-8 ribu per kilogram, cabai hijau Rp3-4 ribu per kilogram.

Harga tersebut jelas tak sebanding dengan modal perwatan yang dikeluarkan para petani. Seperti biaya pemeliharaan seperti membeli pupuk dan obat-obatan yang harganya kian melambung tinggi. “Kalau harga ini tak segera distabilkan, hancur semua petani cabai di Karo ini. Bayangkan sajalah, masak harga di pengepul saat ini cuma Rp3 ribu per kilo. Jangankan mendapatkan untung, modal saja pun tak balik itu,” lirih R Ginting (35), salah satu petani cabai di Kecamatan Barusjahe.

Padahal lanjut Ginting, untuk menanam cabai membutuhkan modal puluhan juta. “Modalnya sangat besar menanam cabai ini. Mulai saatditanam hingga berbu ah,kita harus melakukan pemupukan secara rutin. Selain itu, kita juga harus memberi pupuk organik dan melakukan penyemprotan secara berkala. Padahal harga pupuk dan obat-obatan tak pernah turun harga,” paparnya.

Karena itu, Ginting dan para petani lain berharap pemerintah segera menstabilkan harga. “Tak usahlah tembus harga Rp100-80 ribu per kilogram seperti kemarin, asal harga stabil di angka Rp20 ribu saja, saya rasa petani masih dapat untung, walau hanya sedikit. Ini harga cabai termurah sepanjang massa,” katanya.

Sementara itu, info yang dihimpun kru koran ini dari Pasar Holtikutura Tigapanah, penurunan harga cabai ini terjadi karena banyaknya pasokan barang dari petani. “Sekarang ini cabai merah lagi banjir, sedang tempat pelemparannya hanya ke Medan. Sangkin banyaknya barang, sudah sulit kami menjualnya,” aku br Tarigan, salah satu pengepul di Pasar Tigapanah.

“Inilah masalahnya, harga tak pernah stabil. Kalau tak ada barang, harganya pasti melejit mencapai Rp 80 ribu per kilo, kalau barang banjir seperti saat ini penurunan harga pun jauh kali seperti saat ini. Kami juga berharap pemerintah menstabilkan harga. Karena kalau terlalu mahal dan terlalu murah kami juga kesulitan menjualnya,” tandasnya. (deo/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/