30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Inflasi Sumut Diperkirakan Capai 4 Persen

Lebih jauh Difi mengatakan, selama tahun 2016, ditengah relatif tingginya inflasi untuk keseluruhan tahun, tekanan inflasi volatile foods (inflasi komponen bergejolak) kembali menurun. Gejolak harga kelompok ini menurun sejalan dengan membaiknya pasokan.

“Tekanan inflasi volatile foods secara bulanan mereda. Inflasi volatile foods pada periode ini menurun dari sebelumnya 2,4% menjadi 0,03 persen. Penurunan tersebut utamanya didorong oleh meredanya tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dari sebelumnya 13,38 persen menjadi -6,78 persen. Adanya koreksi harga sebagian komoditas utama penyumbang inflasi seperti cabai merah, bawang merah dan komoditas hortikultura lainnya, yang didorong oleh peningkatan pasokan di pasaran terkait intensifnya operasi pasar dan perdagangan antar wilayah, terutama wilayah Jawa, juga turut memberikan dampak positif terhadap penurunan inflasi di tiga kota, Medan, Sibolga, dan Padang Sidempuan,” papar Difi.

Sementara itu, tambahnya, tekanan inflasi adminstered prices (inflasi komponen harga yang diatur pemerintah) dan kelompok inti meningkat secara terbatas. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumut mereda hingga ke level 0,19 persen (Desember). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi bulan lalu yang tercatat 0,76 persen dan rata-rata inflasi dalam kurun 10 tahun terakhir.

“Tekanan inflasi administered prices meningkat dari 0,13 persen menjadi 0,42 persen. Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh dampak lanjutan dari penyesuaian tarif cukai rokok yang terjadi pada beberapa periode lalu. Selain itu, semarak perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional serta persiapan tahun baru mendorong meningkatnya inflasi tarif angkutan udara. Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini juga dipengaruhi oleh mulai meningkatnya harga minyak dunia yang mendorong disesuaikannya harga BBM untuk kelompok non subsidi serta tarif tenaga listrik,” pungkas Difi. (ris/ram)

Lebih jauh Difi mengatakan, selama tahun 2016, ditengah relatif tingginya inflasi untuk keseluruhan tahun, tekanan inflasi volatile foods (inflasi komponen bergejolak) kembali menurun. Gejolak harga kelompok ini menurun sejalan dengan membaiknya pasokan.

“Tekanan inflasi volatile foods secara bulanan mereda. Inflasi volatile foods pada periode ini menurun dari sebelumnya 2,4% menjadi 0,03 persen. Penurunan tersebut utamanya didorong oleh meredanya tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dari sebelumnya 13,38 persen menjadi -6,78 persen. Adanya koreksi harga sebagian komoditas utama penyumbang inflasi seperti cabai merah, bawang merah dan komoditas hortikultura lainnya, yang didorong oleh peningkatan pasokan di pasaran terkait intensifnya operasi pasar dan perdagangan antar wilayah, terutama wilayah Jawa, juga turut memberikan dampak positif terhadap penurunan inflasi di tiga kota, Medan, Sibolga, dan Padang Sidempuan,” papar Difi.

Sementara itu, tambahnya, tekanan inflasi adminstered prices (inflasi komponen harga yang diatur pemerintah) dan kelompok inti meningkat secara terbatas. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumut mereda hingga ke level 0,19 persen (Desember). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi bulan lalu yang tercatat 0,76 persen dan rata-rata inflasi dalam kurun 10 tahun terakhir.

“Tekanan inflasi administered prices meningkat dari 0,13 persen menjadi 0,42 persen. Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh dampak lanjutan dari penyesuaian tarif cukai rokok yang terjadi pada beberapa periode lalu. Selain itu, semarak perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional serta persiapan tahun baru mendorong meningkatnya inflasi tarif angkutan udara. Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini juga dipengaruhi oleh mulai meningkatnya harga minyak dunia yang mendorong disesuaikannya harga BBM untuk kelompok non subsidi serta tarif tenaga listrik,” pungkas Difi. (ris/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/